Jarang sekali kita mendapati film Indonesia yang dikerjakan dengan baik. Setahu saya, lebih banyak yang cuma direkam pake video, akting pas-pasan, dan alur yang kalau tidak terlalu simplistis, ya terlalu membingungkan. Laskar Pelangi adalah film yang menurut saya sangat baik, karena dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Film yang diadaptasi dari novel Andrea Hirata ini menceritakan perjuangan seorang guru dan murid-muridnya untuk memperoleh pendidikan hingga tuntas pada sebuah SD di derah miskin Belitung. Perjuangan itu memang tidak mudah—keterbatasan ekonomi memberi tantangan luar biasa sulit demi mendapatkan fasilitas dasar (yang bagi pembaca blog ini, pasti sudah taken for granted).

Kesungguhan Mira dan Riri dalam mengerjakan Laskar Pelangi terlihat pada sinematografi yang menawan, musik yang tidak asal tempel, dan penuturan yang mengalir dengan baik. Tapi pujian utama harus ditujukan kepada aktor-aktornya. Permainan Cut Mini (Bu Guru Mus), Ikranegara (Kepala Sekolah), dan kesepuluh siswa SD Gantong terasa natural dan enak ditonton.

Film ini tentu tidak sempurna. Alurnya sempat kehilangan arah di tengah jalan, sesuatu yang hampir selalu terjadi di film Indonesia. Untungnya kengelanturan ini bisa segara menemukan gregetnya. Tapi begini, seandainya rata-rata film Indonesia mendapat skor 6 bintang, maka saya tidak keberatan memberi Laskar Pelangi 60 bintang.

Laskar Pelangi
Tagged on:

98 thoughts on “Laskar Pelangi

  • September 26, 2008 at 3:23 am
    Permalink

    60 dari berapa, Mon? :P

    Michael Clayton 80 lah, No COuntry for Old Men 90 :D

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:24 am
    Permalink

    Woo momon memberikan 60bintangnya!
    Btw,aku blm nongton!

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:25 am
    Permalink

    ternyata disini dikau, mon :D
    yah, review ini mentrigger interest saya untuk menonton (versi resminya)
    makasih udah berbagi…

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:59 am
    Permalink

    Suka sama yang jadi lintang kecil. Castingnya pas menurutku. Melihat sosoknya aku speechless. Sangat lintang, bikin terharu. Tp lintang dewasanya gak cocok.

    Reply
    • January 15, 2015 at 12:55 pm
      Permalink

      Thanks for shnarig. Always good to find a real expert.

      Reply
  • September 26, 2008 at 4:47 am
    Permalink

    wogh, emang sih filmnya bagus. saya aja jadi pengen nonton lagi… :D

    Reply
  • September 26, 2008 at 6:58 am
    Permalink

    Belum sempat nonton.. Jadi pengen segera nonton neeh..

    Reply
  • September 26, 2008 at 7:04 am
    Permalink

    Dapet 60 dari momon..
    Shoot!
    is it that good? huaaa…mauu liaatt..

    Reply
  • September 26, 2008 at 7:27 am
    Permalink

    emang TOP dah…
    salute buat Riri Reza..
    pesan sosialnya juga disusun dg apik,tanpa terlalu banyak dialog

    Reply
  • September 26, 2008 at 7:47 am
    Permalink

    Betapa dashyat..!!!

    Film “Sherina” menampilkan dua anak dari strata sosial middle-up di tanah Parahyangan lengkap dengan landscape-nya.

    Film “Denias” mengupas kisah anak pedalaman Papua yang berjuang demi pendidikannya termasuk tampilan alam Papua yang masih “perawan”.

    “Laskar Pelangi”.. habis-habisan mengeksplorasi alam Belitong, sedari pedalaman hingga pantainya yang sangat kaya. Sudah pasti termasuk kisah sepuluh anak (plus satu) yang juga berjuang demi pendidikan mereka.
    Mereka menuntut hak mereka sebagai warga negara; “..mencerdaskan seluruh bangsa..”
    Juga sangat banyak cameo yang muncul disana.. penasaran??

    Sudahlah, tanpa mengurusi royalti Andrea Hirata dan Miles-Team, anda HARUS nonton film “Laskar Pelangi”. Sangat mengusik masa kecil kita..

    (tribute to my childhood friends; at Manado, Dobo, Parigi)

    Reply
  • September 26, 2008 at 7:55 am
    Permalink

    sudah masuk waiting list :D Sebetulnya dari segi novel terlalu hiperbolis dan bertele – tele menurut saya, tapi kisahnya memang menyentuh & memberi inspirasi. Semoga visualisasinya dalam layar lebar bisa melegakan :D

    Reply
  • September 26, 2008 at 8:01 am
    Permalink

    Jadi pingin nonton nih…

    Nonton di Jogja antri ga ya?

    Reply
  • September 26, 2008 at 8:36 am
    Permalink

    aku pek nonton… mungkin sabtu nek rak senin,..
    dilihat dari anak anak kecil pemeran itu,.. wis merasa gak bakal nyesel nontonnya nanti….

    dan film ini bakal menjadi film endonesia keduaku setelah mirror yang aku lihat di biskop…

    NB. pas nonton mirror aku merem terus…

    Berarti ini film Indonesia yang pertama kamu tonton di bioskop dong!?

    Reply
  • September 26, 2008 at 8:43 am
    Permalink

    dan sayapun belum menontonnya *siap siap booking ticket*

    Reply
  • September 26, 2008 at 8:45 am
    Permalink

    Weleh.. Nungguin versi download aja dech… Ada gak?? Ada yg mau menyediakan?
    ;-)

    Nungguin liburan aja dah, masih rame…

    Buat mas Herman, salam kenal..
    :-)

    Reply
  • September 26, 2008 at 9:15 am
    Permalink

    ngantri tiketnya sampe lari2 + jatoh2 ndak mas? ;))

    Untuk hari ini belum ada korban jiwa.

    Reply
  • September 26, 2008 at 9:32 am
    Permalink

    I give qyuqyu rainbows,..
    padahal bom nonton ;)) [cekikik lampung]

    Reply
  • Pingback:suprie.in.ruangkopi.com » Blog Archive » Laskar Pelangi - The Movie

  • September 26, 2008 at 9:40 am
    Permalink

    maaf, bukan bermaksud membajak, namun kami2 ini, harus menunggu seseorang untuk mengaplod di yutub.

    Reply
  • September 26, 2008 at 9:55 am
    Permalink

    Malam ini rencana mau nonton ah, kemarin kehabisan tiketnya!

    Kalau mau nonton malam ini, antrinya dari jam 10.

    Reply
  • September 26, 2008 at 12:47 pm
    Permalink

    Mon, ini Ekowanz kesinggung gak ya kamu ambil jatah postingnya? :D

    Btw, sesuatu di masa lalu-ku juga tiba-tiba berloncatan dari alam kenangan pas nonton semalem Mon, belum lagi cerita-cerita masa kecil ibuku :D

    Sebetulnya aku justru memberi alasan buat Ekowanz andai2 dia males apdet blog.

    Reply
  • September 26, 2008 at 1:19 pm
    Permalink

    Kenapa sih pemeran Ibu Muslimah mesti aktris yang “cakep”? Itu yang merusak film ini saya rasa.

    Salahkah jika Cantik?

    Reply
  • September 26, 2008 at 1:21 pm
    Permalink

    Tanggapan soal film-film kita: hal lainnya yang tipikal adalah casting yang buruk.

    Setuju. Etapi casting tokoh ketika mereka dewasa juga jelek, apakah ini stigma artis ibukota?

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:00 pm
    Permalink

    Nyebrang tekan kene gak ya Mon? Belitong sama Malaya kan cuma deket ya? Kalau nggak nyebrang, terpaksa nunggu versi donlotan

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:02 pm
    Permalink

    Sudah menonton dan saya menyarankan bagi siapapun yang belum menonton untuk menontonnya.

    Reply
  • September 26, 2008 at 3:23 pm
    Permalink

    nonton pilem ini juga saya merasa melihat diri saya di masa lalu :))

    walopun ada beberapa bagian yang lebay.. tapi pilem ini tetep bagus

    Reply
  • September 26, 2008 at 9:39 pm
    Permalink

    saya suka sama settingan properti yang mereka, nyaris alami dan tidak dibuat2…

    baju2 yang mereka kenakan juga lusuh.
    make up artist juga TOP bgt

    Reply
  • September 27, 2008 at 1:14 am
    Permalink

    @antown :
    coba pratiin, properti baju yang mereka gunain dari hari ke hari itu lama2 jadi bersih..
    lah koq bisa? ^^
    dimana kesan lusuhnya yak?

    Reply
  • September 27, 2008 at 9:59 am
    Permalink

    ooo jadi yang ngantri panjang sampe belok itu pada ngantri pilem itu ya?.. *kebetulan kemaren jumatan di rooftop amplaz*

    Reply
  • September 27, 2008 at 11:55 am
    Permalink

    hmm… sepertinya banyak yang suka pilem ini..

    Reply
  • September 27, 2008 at 1:05 pm
    Permalink

    gak jadi nonton gara2 penonton..
    mending mereview penontonnya aja ..gwahahahaha..

    Reply
  • September 27, 2008 at 2:27 pm
    Permalink

    Belum nonton nih. Tapi film Indonesia cenderung membosankan dan monoton. Ngga tau napa ya?

    Reply
  • September 27, 2008 at 3:28 pm
    Permalink

    udah nonton hari pertama.

    Salut luar biasa…. Film nya bagus. rating 60 ya papa mas momon. :)

    Seperti apa yang Andrea Hirata sendiri bilang:

    Kukatakan padamu kawan, jika engkau menemukan keindahan di setiap lembar novel Laskar Pelangi , engkau akan menemukan keindahan dalam setiap perpindahan gambar dalam film Laskar Pelangi. Bukan karena film ini diadaptasi dari novelku. Namun sejujurnya kukatakan padamu kawan bahwa film Laskar pelangi adalah salah satu dari film yang paling mempesona yang pernah kusaksikan dalam hidup

    Reply
  • September 27, 2008 at 4:32 pm
    Permalink

    Pesan saya buat yg mo nonton tp blm baca bukunya, jangan nonton sama yang udah baca bukunya. Pasti orang yang udah baca bukunya tersebut bakalan bawel setengah mati pas film (seperti saya contohnya)

    sama seperti pas The Dark Knight nih, Laskar Pelangi lg jd topik favenya para blogger nasional…..

    Reply
  • September 27, 2008 at 9:18 pm
    Permalink

    aku blm nonton mon.
    pengen nonton juga.
    karya2 yg membangkitkan inspirasi dan motivasi (seperti buku dan film LP) sudah selayaknya diperbanyak.

    Reply
  • September 27, 2008 at 10:46 pm
    Permalink

    film yang “beda” dari film indonesia kebanyakan.
    dari promosinya aja udah ketauan, kalo film ini adalah film bermutu.

    Reply
  • September 28, 2008 at 12:29 am
    Permalink

    sinematografinya mantap!
    ceritanya apik!

    sayangnya aku kebagian tiket di barisan depan,
    pegel leherku..

    Reply
  • September 28, 2008 at 4:56 am
    Permalink

    Bisa bagi2 60 bintang, emang kamu bintang brp mon?

    *mlayu*

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.