200px-posterfilmkcb

Sebagai negara yang populasi muslimnya terbanyak sedunia, jumlah hiburan bernuansa Islami di Indonesia bisa dibilang minim. “Ketika Cinta Bertasbih” adalah salah satu film yang berusaha menjawab kehausan tersebut.

Film hasil adaptasi novel Habiburrahman El Shirazi ini terpusat pada Azzam, mahasiswa asal Indonesia yang sudah kuliah S1 9 tahun di Universitas Al Ahzar, Mesir. Perjaka soleh dan sederhana ini kenal dengan Eliana, putri dubes yang suka memberi french-kiss pada orang yang baru ia kenal (sesuatu yang absurd, bahkan untuk standar bule, kecuali hippie, tapi itu 40 tahun yang lalu). Azzam juga naksir seorang anak kyai yang ia sendiri belum pernah lihat fotonya, apalagi ketemu langsung. Azzam juga memiliki kenalan seorang anak konglomerat bernama Furqon, yang menginap di presidential suite hotel untuk mempersiapkan ujian skripsi.

Menterjemahkan buku menjadi film memang tidak pernah gampang. Memang ada beberapa novel yang sukses difilmkan. “Ketika Cinta Bertasbih” termasuk yang gagal karena tidak memanfaatkan kekhasan medium film. KCB terpaku pada dialog-dialog gamblang dan alur yang bergerak ngalor-ngidul tak terarah. Penggarapannya juga terasa tidak serius karena sinematografinya menyia-nyiakan keindahan Mesir. Efek bluescreen-nya juga payah.

Saya melihat “Ketika Cinta Bertasbih” sebagai penghinaan kepada umat muslim karena pesan-pesan dakwah yang disajikan segamblang-gamblangnya ini seperti meragukan kemampuan pemirsanya untuk berpikir sendiri.

Review yang ikut nonton bareng:

Ketika Cinta Bertasbih
Tagged on:

56 thoughts on “Ketika Cinta Bertasbih

  • June 29, 2009 at 1:49 am
    Permalink

    french kiss ke orang yang baru dia kenal… wogh mau donk kenalan

    Reply
  • June 29, 2009 at 1:52 am
    Permalink

    untung nontonnya dibayarin momon… fiuhh…
    dari segi cerita, menurut aku bener-bener novel yang di filmkan. bahkan sampai dialognya pun berasa sekali bahasa tulisnya.
    best part (untuk dicela) nya adalah ketika adegan terakhir (sebelum bersambung) pertemuan azzam dengan adiknya di bandara terjadi lebih dari sepuluh detik tanpa arti apa-apa. WTF?! so tersanjung banget gak sih?!

    Reply
    • December 9, 2012 at 9:53 am
      Permalink

      Assalamualaikum .. Trims bgt atas bacaanx shg sy dpt mnaambh ilmu agama sy .. Bs minta tlg ga carax bikin blog atw website pribadi ? Sebab sy adl seorg mualaf dan pgn menuangkan kisah hidup sy mnjadi mualaf .. Slama ini sy bingung gmna carax sbb sy ga pny computer .. Bkin dr hp bs ga ? .. Kalo bisa smga tulisan sy dpt mnggugah org laen untk lebih mndlami islam .. Contact person sy 085883005883 .. Thakns ..

      Reply
  • June 29, 2009 at 3:57 am
    Permalink

    =)) =)) =))

    3 smiley itu sebagai reviewku.

    *menunggu yang datang bawa-bawa ancaman tuhan ah*

    Reply
  • June 29, 2009 at 5:28 am
    Permalink

    yup, adegan bluescreen di scene makan ikan bakar di pantai itu parah banget.

    Reply
  • June 29, 2009 at 6:14 am
    Permalink

    Bluescreen itu apa tho? *ini pertanyaan serius karena aku cuma tau bluescreen di komputer aja*

    Reply
  • June 29, 2009 at 8:46 am
    Permalink

    kalimat kuliah S1 9 tahun kok dilink ke antobilang? wkwkwkwkwwk….
    pencemaran nama baik ituh *ngilang*

    Reply
  • June 29, 2009 at 10:16 am
    Permalink

    menyedihkan mengingat banyak nama besar yang juga ikut berperan di situ meskipun figuran :|

    Reply
  • June 29, 2009 at 10:29 am
    Permalink

    Setidaknya, alasan mereka yang memilih untuk tidak berpoligami menemukan jawabannya secara “Islami” di film ini, bukan secara logis hermeneutik…

    Reply
  • June 29, 2009 at 10:40 am
    Permalink

    saya suka paragraf terakhir postingan ini +5 inspiratif

    Reply
  • June 29, 2009 at 11:03 am
    Permalink

    wakakakakaka … Momon is opening another “word war”. udah yang keberapa ya?? heheheheh

    Reply
  • June 29, 2009 at 11:35 am
    Permalink

    untuuunggg… belum nongton…

    baca reviewnya udah horor gini :D

    Reply
  • June 29, 2009 at 11:44 am
    Permalink

    @gunawan
    reviewnya bukan ketawa guling2.. tapi ketawa sambil pukul2 meja . ..

    Reply
  • June 29, 2009 at 12:39 pm
    Permalink

    Sebagai muslim, saya tidak perlu hiburan yg bernuansa islami. Yang saya butuhkan cuma hiburan yang sesuai nilai-nilai Islam tanpa perlu menonjolkan simbol-simbol agama.

    Reply
  • June 29, 2009 at 12:51 pm
    Permalink

    Emang dasarnya ga pengen nonton, skr tambah gak kepengen.. :))

    Reply
  • June 29, 2009 at 2:38 pm
    Permalink

    nunggu tuhan komen ah..

    hihihih…

    kuliah 9 tahun aja jauh-jauh ke mesir.. ke jogja aja!!

    *manjat piramid*

    Reply
  • June 29, 2009 at 9:22 pm
    Permalink

    Err.. pas ceritanya di Mesir ada adegan pertarungan robot-robot raksasa ndak?

    *berasa Transformer*

    Reply
  • June 29, 2009 at 10:22 pm
    Permalink

    wah, komennya blm ada yg seru. *penonton kuciwa*

    Reply
  • June 30, 2009 at 9:53 am
    Permalink

    hoi, aku tuh baru 7 tahun kuliahnya mon, sama kayak kamu. :p kalau yang 9 tahun kan tika…

    *lempar momon pake tasbih*

    Reply
  • June 30, 2009 at 1:52 pm
    Permalink

    setuju sama Sunu.
    Minimal ada yang bisa dipetik dari pilem ini.

    Mungkin memang kebanyakan masyarakat Indonesia tidak biasa berpikir sendiri.
    Semoga suatu hari semakin banyak pilem yang bisa bikin masyarakat Indonesia bagai kerbau dicucuk hidungnya..

    Reply
  • June 30, 2009 at 1:53 pm
    Permalink

    assalaamu’alaykum..

    sungguh tidak ada dakwah dalam bentuk film,musik,drama,dll dalam islam.
    dan ketika film bernuansa dakwah muncul namun pada kenyataannya hanya cerita cinta, ini lah fitnah dunia yang telah terjadi. ketika pengharapan akan meraup keuntungan duniawi di atas namakan dengan sebuah nama ‘dakwah’.

    ketahuilah bahwa dakwah bukan hanya sekedar menyampaikan akan tetapi ada suri tauladan di sana.

    dari ‘aisyah ra, para sahabat bertanya bagaimanakah akhlak rasulullah saw, kemudian ‘aisyah menjawab akhlak rasulullah adalah al qu’ran.

    marilah dari sekarang saudara,jangan mengandalkan munculnya film islami kemudian dari sana mengharap dapat hidayah namun tuntutlah ilmu agama berdasarkan kitabullah dan as sunnah agar kita mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah ‘azza wa jalla

    Reply
  • June 30, 2009 at 1:55 pm
    Permalink

    @syaikhah..

    sungguh tidak ada dakwah dalam bentuk film,musik,drama,dll dalam islam.

    jadi waktu Sunan Kalijaga menyampaikan ajaran Islam dalam bentuk cerita dalam media wayang, itu bukan dakwah tho..

    owalah.. baru tau saya..

    makasih ya mbak, pencerahannya..

    Reply
  • June 30, 2009 at 2:23 pm
    Permalink

    Aku kurang tertarik dengan film yang
    bertema ‘LATAH’, yang kemaren laku
    keras, buat lagi yang setipe tapi tanpa
    progress (teknis ) yang berarti.

    Lama-lama kaya sinetron juga…
    :D

    Reply
  • Pingback:Yang KCB « +._cHoRo_.+

  • June 30, 2009 at 9:13 pm
    Permalink

    @Syaikhah :

    ketahuilah bahwa dakwah bukan hanya sekedar menyampaikan akan tetapi ada suri tauladan di sana.

    Mbakyu, Pak Chaerul Umam itu seleksinya dah mati-matian supaya yang main pelem juga santun kalo ndak ada trik kamera. Kang Abik nongkrongin pelemnya juga tiap hari, ndak seperti AAC. Sayang pelem bukan buku….

    Reply
  • Pingback:Ketika Cinta Bertasbih 1 « /alle/blog/

  • July 1, 2009 at 5:13 pm
    Permalink

    Walah, wes mahal2 bikinnya, jauh2 pulak, uelek tho Jebule. Mas Sutradaraaaa! Bikin sinetron wae sanaaa! >:)

    Reply
  • July 1, 2009 at 7:14 pm
    Permalink

    mana ini?? kok ndak ada keributan???

    *panggil The Fallen dan Megatron*

    Reply
  • July 2, 2009 at 12:35 pm
    Permalink

    *panggil laskar pembela “Ketika Cinta Bersambung”

    *provokator mode = on*

    Reply
  • July 3, 2009 at 12:01 am
    Permalink

    Tipikal umum bangsa Indonesia, N-A-T-O : No Action, Talk Only. Sudah terlalu banyak orang di negeri ini yang pandai bicara & mengkritik tp toh Human Development Index kita semakin melorot saja. Ayo dong buktikan bisa buat film yg berkualitas tp tanpa melanggar syariat Islam. Sutradara Chaerul Umam dari dulu dikenal sgt konsisten dlm jalur film2 bertema Dakwah. Dari film Al-Kautsar thn 1977 misalnya, di film ini penyair Rendra (si burung merak) mulai mendapatkan hidayahnya hingga menjadi muslim.

    Reply
  • July 3, 2009 at 9:22 am
    Permalink

    @Ukis: Human Development Index itu justru bisa menunjukkan seberapa dewasa sebuah bangsa untuk menerima kritik. Jika melihat reaksi Anda, saya tidak terkejut HDI kita masih di taraf medium.

    Reply
  • July 4, 2009 at 4:12 am
    Permalink

    wahahahaha….
    mas momon curaang….
    reviewnya pendek bgt……

    hmm… jadi itu orang2 pada ditraktir biar ga usa ngeriview panjang2 ya..? :P

    Reply
  • July 6, 2009 at 1:22 pm
    Permalink

    cuakakakakakakak ………………….

    film indo terakhir yg gue tonton itu jelankung ….
    stelah itu …. udah gak ada lagi …………

    A.N.C.U.R semua film2 indo ………

    S.E.M.U.A.N.Y.A ……………………….

    gue aja ketawa ngakak nonton ayat-ayat cinta !!!!
    gak banget tuh, amit2.

    Reply
  • Pingback:Ketika Cinta (Transaksional) Bertasbih 2 - hermansaksono

  • Pingback:Si Bungsu » Blog Archive » Kecewa Berat

  • October 24, 2009 at 10:33 pm
    Permalink

    cinta adalah anugrah yang terbesar yang diberikan kepada kita… dan cinta akan abadi jika cinta itu dipupuk dengan keimanan dan ketakwaan hanya semata-mata karena allah swt.

    Reply
  • Pingback:Wajah Korban KCB - hermansaksono

  • Pingback:Ketika Momon Bertasbih ituh..

  • January 29, 2010 at 6:42 pm
    Permalink

    Saya juga emoh nonton.
    Eneg lihatnya…
    Cuma jualan kostum aja buat narik penonton dari kalangan muslim. :p

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.