Sang Moderator, Pak Tikno, memang mampu memancing SBY dan JK untuk saling berdebat. Akan tetapi, Aviliani raise the bar terlebih dahulu, sehingga debat capres terakhir ini seperti mengulang debat-debat sebelumnya. Tentu, panggungnya lebih megah dan kemasannya lebih baik, tapi saya kurang merasakan kesungguhan para capres untuk menawarkan sesuatu yang baru.
Sepanjang debat, Megawati terus-menerus mengulang mantra “pada waktu saya jadi presiden dulu” . Saya yakin Ibu Mega adalah nasionalis sejati. Saya juga yakin, seperti kebanyakan orang Indonesia, Bu Mega merasakan kemakmuran Indonesia masih jauh di angan-angan. Permasalahannya, Megawati terlalu banyak fokus pada permasalahan. Kampanye Mega Prabowo terjebak dalam kampanye negatif yang berlarut-larut hingga kehabisan porsi untuk memperinci program mereka sendiri.
SBY, dengan pengalaman politiknya, memiliki pemahaman yang baik dalam konsep-konsep kenegaraan, seperti demokrasi dan otonomi daerah. Saya rasa sikap beliau untuk selalu mengikuti undang-undang menunjukkan pola kerja yang tepat untuk negara demokrasi. Sayangnya, kebanyakan orang tidak peduli undang-undang. Sikap antipati terhadap politik dan beban pikiran sehari-hari membuat masyarakat ingin solusi cepat—yang kalau perlu melabrak undang-undang.
Ini yang membuat penampilan JK terlihat istimewa. JK tidak banyak pusing membahas undang-undang, beliau lebih banyak berkelakar soal hal-hal di lapangan. Dengan ekspresi yang jenaka dan jawaban yang witty, JK telah menghibur kita. Akan tetapi JK tidak menunjukkan itikadnya untuk bekerja di bawah undang-undang. Menilik kebiasaan JK yang suka menerabas aturan, debat semalam belum menjawab keraguan saya.
Pak Tikno, menyimpan pertanyaan terakhir setelah para capres memaparkan pernyataan penutupnya. Apa yang akan dilakukan para capres jika kalah? Mega menjawab dengan singkat. SBY menjawab dengan gaya seorang negarawan. Jawaban JK jenaka dan cerdas.
Acungan jempol saya berikan kepada SBY dan JK yang selalu minta maaf sebelum menyerang lawannya, dan bersalaman setelah menyerang. Mungkin inilah yang disebut gaya berdebat ketimuran?
Secara umum terlihat bahwa SBY dan JK tidak memiliki perbedaan yang mendasar dalam melihat otonomi daerah, sementara Mega mungkin kurang lebih begitu. Yang jelas kita harus sangat bersyukur telah mampu melalui banyak rintangan menuju proses demokrasi yang semakin terbuka.
*oot*
mon mon, berhubung bu prita udah bebas, bannernya juga dibebasin dari sidebar ya
:D
Iyah semalem lumayan seru tapi jadi sindir-sindiran antar JK n SBY. Sementara bu Mega ngomong terus padahal kan dah dikasih tau waktunya abis, dia g peduli. Yg paling berkesan jawaban ke 3 capres waktu ditanya apa yg akan dilakukan jika tidak terpilih. Ibu Mega bikin kaget, giliran gini aja pertanyaannya jawabnya singkat bener. Jawaban SBY ok. JK lucu tapi terkesan sempat bingung mo jawab apa.
demokrasi itu harus disukuri toh?
ssuuuukkkkuuuuurrrrr!!!!!!!
huaaaa……… jadi menyesal semalam tidak menonton acaranya… :(
JK putaran pertama, SBY putaran kedua,.. hihi.. asal bukan Mega :P
debat tambah rame…
kampanye makin seru di tipi: Iklan DIKNAS VS Iklan MEGA-PRO
lucu… lucu…. (sambil geleng2)
http://ekojuli.wordpress.com/2009/07/03/kampanye-makin-seru-iklan-dibalas-iklan/
Pingback:muhanifa.com » Blog Archive » Review Debat Capres Final
Menurut hemat saya, sebenarnya tidak susah u/ menentukan calon pemimpin periode mendatang. Melalui acara Debat inilah setidaknya kita sudah diberi gambaran…
– Capres dengan asal-usul dinasti, dgn smangat perubahan yg berapi-api, tapi juga minim solusi untuk perbaikan negeri (Seorang anak Pahlawan)
– Capres lain dari wong kecil, pengalaman mengabdi pada bangsa membentuk fikiran&hatinya tidak kerdil (Seorang Negarawan)
– Capres si gesit lincah tapi dikhawatirkan kurang mau diarah..(Seorang Usahawan)
Untuk kebaikan bangsa; layaknya kita mengesampingkan asal-usul &/ras mereka…Pilihlah yang paling sedikit “mudarat”nya .hehehehe…bravo 8 Juli 2009
wes debat capres ya rame juga kemaren tapi pokoknya lanjutkan lah, salam kenal
debatnya ga seru…
Aku udah nyontreng :D dah dikirim ke konjen San Fransisco. Eh ternyata di Indo masih berdebat ya presidentnya hehehe
Setuju dengen komentarnya Lia H. BEgitu nonton, saya juga langsung membuat pendapat serupa di facebook status saya:
capres @ debat in my humble opinion:
Mega = bertele2 n tidak efektif. waktu 1,5 menit overtime terus.
SBY = efisien dan tepat. waktu 1,5 menit tepat terus.
JK = bahasanya praktis, meneyntil emosi, ada kocaknya juga. Ngoboi! wkwkw.. klarifikasi 1 menit bilang lebih. haha :D
Gak sempet nonton, sibuk berkapitalis ria sama temen2 :D tp dari siaran ulangnya sih kyknya lebih kocak.
acungkan dua jempol buat SBY………
Kalau nyentang, saya bakal milih JK tapi sayang saya ndak nyentang :)
si ibu sering kehabisn waktu.. hihihi
SBY = kalem, sabar. Tapi tim suksesnya acak-acakan dan kalo ngomong suka ngawur
JK = lincah dan lucu, tapi kadang suka cas-cis-cus keluar dari aturan
Mega = No comment dah. Kalo inget kasus pasir sama Singapore + penjualan kapal tanker + privatisasi Indosat bikin sakit ati
iya sih JK ngak suka dikekang aturan… cocok lah sama entrepreneur ,kecuali aturan agama.
kalo soal menerabas. saya sndiri ngeliat ada momen yang diperlukan menerabas aturan. apalagi grass root memang butuh itu..
smntara SBY , sayang teamnya terutama fox banyak ngebuat blunder …
yang gak berubah dari SBY adalah ceramahnya bikin ngantuk
hehehe.mega cuma nyampah aja mah dari dulu.
gak berkompeten jawabannya
tetep sby lah.udah jelas gaji pns naik.pensiun bokap naik terus.menpan nya sodara kakekku.hahahaha
Kayaknya JK is OK..hari gini masih lambat ? apa kata dunia
Hidup Aviliani! *moderator terbaik sepanjang sejarah debat*
Untuk para capres jangan mikirin manjadi orang no satu di Indonesia tapi mikirin nasib rakyat
oke euy, eh sorry numpang thread comment posting ini utk berkenalan dulu, saya Agus Suhanto… :)