Jika ada kekhawatiran film Indonesia akan merosot ke era 80-an yang dipenuhi horor, slapstik, dada, dan seks; maka sebetulnya itu sudah terjadi. Film Arwah Goyang Karawang telah membuktikannya.

Arwah Goyang Karawang mengisahkan persaingan antara dua penari jaipong erotis bernama Lilis (Julia Perez) dan Neneng (Dewi Persik). Lilis yang bisa menari lebih liar membuat Neneng iri. Puncaknya terjadi ketika Neneng mendorong Lilis sampai jatuh sehingga dibalas tamparan selendang Lilis. Keduanya beradu mulut, saling memaki dengan kata “l*nte” sampai saya lupa berapa banyak kata kotor itu keluar.

Dan terjadilah perkelahian JuPe vs DePe yang mahsyur itu. Nampaknya dada sudah diniati menjadi superstar Arwah Goyang Karawang. Ketika beradu mulut, JuPe dan DePe selalu berhadap-hadapan hingga tidak ada jarak di antara dada mereka. Entah apa hubungannya dengan alur cerita.

Adegan kelahi mereka mencapai klimaksnya saat Depe menendang wajah Jupe dengan kelincahan pesilat. Saya acungi jempol, sang produser tahu benar cara memonetisasi perkelahian itu. Dan, seolah belum puas mengeksploitasinya di infotaiment dan YouTube, pada scene itu juga muncul tulisan “Adegan perkelahian asli”.

Belakangan, Jupe juga menunjukkan keterampilan silatnya ketika menendang pintu kamar hotel prodeo sampai jebol.

Sisanya tentu tidak jauh-jauh dari dada, seks, “l*nte”, dan slapstik yang tidak diniati. Misalnya seperti Depe menari erotis hingga menjatuhkan buku. Atau Jupe bermain ranjang dengan suaminya. Lalu adegan mereka menari erotis lagi. Lalu adegan Jupe mandi kembang. Tentu diimbangi dengan dialog yang membuat penonton semakin ragu apakah ini horor atau komedi. Jika tidak didukung oleh premis cerita yang menarik, film ini lebih layak disebut softporn.

Sayangnya premis cerita Arwah Goyang Kerawang adalah jiplakan dari film horor Thailand yang berjudul Alone.

***

“Pak! Saya mau berhenti menari jaipong striptease. Saya merasa sudah menyalahgunakan kesenian,” ujar karakter Lilis yang diperankan Julia Perez.

Entah sadar atau tidak, sebetulnya sineas Arwah Goyang Karawang juga telah menyalahgunakan kesenian. Seni film.

Arwah Goyang Karawang
Tagged on:

33 thoughts on “Arwah Goyang Karawang

  • February 21, 2011 at 11:22 pm
    Permalink

    Ini “dada” dalam artian kelenjar susu atau dadaisme?

    Reply
  • Pingback:Tweets that mention Arwah Goyang Karawang - Reviews - hermansaksono -- Topsy.com

  • February 22, 2011 at 12:40 am
    Permalink

    berarti nonton yang versi youtube udah cukup kali ya?

    Reply
  • February 22, 2011 at 2:02 am
    Permalink

    Lah saya jadi tahu yang di YouTube. Ada yang aneh, kenapa orang yang mau misah mundur lagi, membiarkan perkelahian (atau “perkelahian”) berlangsung?

    Ah embuh. Ndak pengin nonton karena keduanya bukan favorit saya :D Saya juga nggak ngikuti kabar tentang mereka :D Wis karepmu mbakyu, marilah masing-masing dari kita cari makan.

    Reply
  • February 22, 2011 at 5:59 am
    Permalink

    Saya betul-betul tidak tahu mau komentar apa ….
    Ragu juga kalau kekosongan film Holywood bisa diisi oleh film lokal

    Reply
  • February 22, 2011 at 10:30 am
    Permalink

    “Entah sadar atau tidak, sebetulnya sineas Arwah Goyang Karawang juga telah menyalahgunakan kesenian. Seni film.”

    Literally LOL

    Reply
  • February 22, 2011 at 10:32 am
    Permalink

    Dadanya kemana-mana ya mas momon… saya gak mau nonton ah. nanti dimarain nenek saya.. :D

    Reply
  • February 22, 2011 at 2:02 pm
    Permalink

    Kalau bisa minta tolong disensor sama lembaga sensor film. Adegan-adegan yang enggak ada kaitan dengan dada sebaiknya dibuang saja soalnya mbikin mood jadi hilang ..

    Reply
      • February 22, 2011 at 9:34 pm
        Permalink

        Kayaknya enggal bakal jadi film pendek koq, soalnya unsur dada hampir ada di tiap adegan, sengaja atau enggak sengaja. Yang saya maksud bagian yang tidak berhubungan dengan dada terutama intro dan kredit title-nya, supaya kita tidak pernah tahu siapa sutradara dan produsernya.

  • February 22, 2011 at 10:02 pm
    Permalink

    haiyah.. seorang Herman Saksono pun turun tangan menonton film bermutu ini. dari posternya aja udah merinding lihatnya hahaha.

    Reply
  • February 23, 2011 at 12:18 pm
    Permalink

    Jadi, JuPe vs DePe akan berdamai setelah tahu film ini sukses dijual di pasar atau tetap berperkara ya?

    Reply
  • February 23, 2011 at 1:29 pm
    Permalink

    “cerita Arwah Goyang Kerawang adalah jiplakan dari film horor Thailand yang berjudul Alone”

    lah.. saya pikir BLACK SWAN :D

    Reply
  • February 25, 2011 at 9:48 am
    Permalink

    nanti juga ilang dengan sendiri sensasi murahan seperti itu….

    Reply
  • February 27, 2011 at 8:07 am
    Permalink

    Aku salutnya sama bang Momon, semua film ditonton, even yang ber-genre pocong-pocongan sekalipun….(*opo mergo pilem Hollywood kukut, terus cari alternatip ya? :)) )

    Reply
  • February 28, 2011 at 7:58 am
    Permalink

    laio…. g pantes tuk ditayangin tuh… lembaga sensor film haruzz lBih ketat

    Reply
  • March 4, 2011 at 4:26 pm
    Permalink

    wah, kalo ada film judulnya Arwah yang ditukar kayanya Laris manis tuh..

    Reply
  • March 11, 2011 at 10:44 am
    Permalink

    ini hasil nobar kamu sama anak2 @CahAndong kan Mon

    Reply
  • February 21, 2012 at 12:28 pm
    Permalink

    COBA KLO YANG JADI LILIS ASLI YANG PUNYA LAGU GOYANG KARAWANG ‘LILIS KARLINA ‘ MUNGKIN GAK CUMA JADI FILM ERTIS ATAU SOFTPORN DOANG.

    Reply
  • June 28, 2012 at 9:07 am
    Permalink

    Hmmmhh,
    Sebenarnya konflik horor in cukup menarik. Latar belakang kisah yang di adaptasi pada kesenian Goyang karawang punya banyak sisi drama sosial yang bisa jadi tampilan yang kaya pesan-pesan moral. Didukung artis yang tampil all-in, hot dan berani macam Jupe dan Dewi Persik filem ini mestinya bisa menampilkan sajian istimewa.
    Sayang sekali Semua fihak dalam filem ini terjebak dalam etos kerja yang serampangan. Tata musiknya ala kadarnya dan ngawur, penata artistiknya acak kadal. Pengambilan sudut kamera sama sekali tidak perduli dengan efek artistik ataupun kualitas sinematik. Lebih lucu meskipun fungsi Depe mempertinggi ketegangan antara karakter utama, namun mereka terjerembab dalam ketegangan yang bukan bagian dari drama filem ini. Rupanya Sutradara menunggangi suasana panas persaingan dua aktris ini untuk mempermudah pekerjaan dia. Padahal memjadi efek berbalik. Kelihatan banget sikap sutradara yang aji mumpung dan malas. Tata tari jelek, Tata artistik jelek, musik awur-awuran.
    Pas betul kalau film semacam ini dianggap filem kelas kampret dan sangat disayangkan materi dasar yang sangat potensial menjadi filem bombastis ternyata menjadi mubazir ditangan sutradara begini.

    Reply
  • June 28, 2012 at 9:26 am
    Permalink

    Terus terang saya ingin mencaci maki sutradara yang berusaha mencari sensasi murahan begini dengan mempertaruhkan kredibilitas pekerjaannya pada insiden murahan. Tidak heran justru yang mengarahkan situasi menjadi sangat tidak bermutu begini adalah sutradara oportunistik seperti ini.
    Kalau aku jadi Jupe bukan cuman Depe yang bakalan kena kemplang tapi sutradara koplo macam gini musti disikat.

    Reply
  • March 15, 2014 at 5:10 pm
    Permalink

    Good way of explaining, and nice post to get information regarding my presentation subject matter, which i am going to present in
    academy.

    Reply

Leave a Reply to aldi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.