Madame X

Hak menikah bagi gay dan lesbian itu ibarat hak memilih untuk kaum kulit hitam. Ketika kulit hitam memilih, maka eksistensinya sebagai warga negara diakui oleh negara. Demikian juga dengan hak menikah. Ketika negara merestui pernikahan sesama jenis, maka negara mengakui keberadan homoseksual. Mereka menjadi warga negara biasa, tidak spesial, cuma berbeda.

Madame X nampaknya ingin jadi persuasi untuk mengakui eksistensi kalangan waria. Tersebutlah seorang waria bernama Adam (Aming), yang diciduk oleh kelompok mirip FPI yang dipimpin oleh sosok yang mirip mantan presiden parpol konservatif kanan. Berhasil melarikan diri, ia terdampar di sebuah padepokan tari yang dipimpin oleh pasangan homoseks. Di padepokan itu Adam ditempa menjadi seorang superhero waria yang membinasakan penindasan atas kaum waria.

Walaupun gagasan film ini bagus dan aktual, tetapi eksekusinya buruk sekali. Alur cerita bergerak tanpa tujuan dalam separo awal film. Kemudian separo sisanya diisi oleh adegan laga yang stagingnya kacau, sehingga apa yang semestinya bisa mengesankan justru menjadi memalukan.

Jika sineas film ini bermaksud memberdayakan waria dan mengkritik FPI, maka Madame X justru menghina semua perjuangan ke arah itu. Saya tidak percaya Nia Dinata memproduseri film ini.

Madame X
Tagged on:

9 thoughts on “Madame X

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.