Eat Pray Love - Julia Roberts

Pada sepiring spaghetti bersaus tomat Itali, Liz Gilbert menancapkan garpunya, menarik sesuap besar, lalu melahapnya; menyeruput setiap inci pasta berbalut tomat, basil, dan keju parmigiano reggiano. Seize the day. Melahap harinya, hidupnya, nikmat-nikmat. Di restoran alfresco itu, Liz, menemukan kembali satu potong gairahnya dengan EAT—makan—gairah untuk hidup.

Eat Pray Love adalah tentang pesiar seorang wanita untuk memulihkan hidupnya yang telah kosong. Dirundung proses perceraian yang pahit, Gilbert melepas diri ke tiga tempat: Italia untuk eat, menikmati hidup. Kemudian ke India, untuk pray, mencari kejernihan spiritual. Dan berakhir di Bali untuk mencari keseimbangan antara keduanya. Di pulau dewata ini juga, Liz juga menemukan cinta, love.

Walaupun penggambaran penemuan hidup di kota Roma, Italia—termasuk berbicara dengan mulut dan tangan—mendefinisikan apa itu hidup yang basah bergairah, tetapi India tidak terasa istimewa. Bahkan nyaris tanpa makna. Dan Bali, yang semestinya menjadi closing pesiar ini, terasa asing di mata orang Indonesia. Bali menjadi sekadar potret-potret cantik yang dijahit satu sama lain, tanpa nafas Bali. Javier Bardem sebagai kekasih baru Liz, menyajikan akting yang bagus, tetapi masih belum bisa mengangkat suspension of disbelief yang terlanjur hilang, terutama di bagian dermaga pantai yang terlihat baru dibangun kemarin.

Tapi mungkin orang luar Indonesia tidak merasakannya, sama seperti—mungkin—orang Indonesia tidak merasakan “panggung” Italia di Eat Pray Love.

Eat Pray Love
Tagged on:

11 thoughts on “Eat Pray Love

  • October 21, 2010 at 11:59 am
    Permalink

    iyes kak! paling kurang gregetnya pas di India.
    terlalu asik sama ashram kali ya?
    see you later, alligator! :D

    Reply
  • October 21, 2010 at 1:26 pm
    Permalink

    Dah baca (bukunya) belum nonton (filmnya)

    Reply
  • October 22, 2010 at 11:01 am
    Permalink

    ane ada lo pas suteng nya di india xD :D
    ane nonton malah ketiduran (–“)

    Reply
  • November 1, 2010 at 1:28 pm
    Permalink

    Bangga menjadi bagian dari rakyat Indonesia, khususnya melalui film ini, karena Bali digambarkan dengan sangat Indah, seindah aslinya. Dijamin, bule-bule yang datang ke Indonesia, akan betah tinggal berlama-lama di Bali, bikin “ketagihan” deh.

    Reply
  • October 9, 2014 at 4:22 pm
    Permalink

    Fine way of explaining, and nice post to take data concerning my presentation focus, which i am going to deliver in institution of higher education.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.