83 thoughts on “Pada Sebuah Poster Ketika Cinta Bertasbih…

  • June 22, 2009 at 11:39 am
    Permalink

    Supaya penonton lebih mau menonton? Entahlah… Padahal penonton Indonesia cukup cerdas kok, tanpa perlu dilabelin ini itu mereka bisa memilih untuk menyukai suatu film atau tidak…

    Reply
  • June 22, 2009 at 12:50 pm
    Permalink

    next movie – transformer 2. dijamin asli mesir juga lho :D

    Reply
  • June 22, 2009 at 12:56 pm
    Permalink

    sebaiknya blog membawa mudharat ini ditutup saja..

    *ngemil kurma*

    Reply
  • June 23, 2009 at 10:42 am
    Permalink

    @ fikri pratama polito:

    “dasar orang indonesia bisanya mengkritik, disuruh kerjakan sendiri nggak mampu, dasar manusia zholim.”

    apa kita harus jadi sutradara dulu untuk mengkritik sebuah film? ato kita harus jadi guru dulu baru bisa bilang bahwa seorang guru SD yang suka mukul muridnya itu bukan guru yang baik? mas, SESEORANG DICIPTAKAN DENGAN KAPASITASNYA MASING-MASING. disini, kita sebagai penonton PUNYA HAK buat MENGKRITIK apa yang disajikan pasar pada kita. dengan argumen yang sama, apa Mas berani marah-marah ke Ebert dan Roeper karena pekerjaan mereka adalah murni kritikus film–tanpa pengalaman jadi sutradara, aktor, atau produser?

    dan buat stempel mesir itu…
    saya cuma pingin bilang bahwa itu lokasi pembuatan film bukanlah magnet utama bagi penonton yang cerdas. Lawrence of Arabia was (and still is!) an amazing movie walaupun syutingnya di Spanyol.
    stempel asli mesir di poster itu nggak nyambung, bikin saya pengen ketawa, dan malah membuat saya berpikir produser secerdas apa yang ngiklan dengan cara ini.

    oh ya, dengan mengkritik stempel itu, kami nggak bermaksud untuk menghina film ini. kami hanya ingin agar –kalaupun ada film dakwah or genre-genre sejenis di industri film indonesia– dakwah itu disajikan DENGAN CERDAS. buatlah skenario yang logis, konflik yang PENTING, dan PLOT yang rapi.

    FYI, kalo misalnya saya cuma nyari konsep ‘nggak boleh pacaran sebelum nikah’ saya juga bisa nonton The Godfather lho, hehe =)
    makanya saya ingin agar the-so-called-film-dakwah bisa memberikan pelajaran hidup yang lebih luas, universal, dan membuat kita berpikir….dan sekali lagi, nggak penting itu syutingnya di mesir ato bukan.

    Reply
  • June 23, 2009 at 5:16 pm
    Permalink

    Yak, kepada semua oknum yang membawa nama agama untuk argumentasi. saya mau tanya… bukankah tamtsil (sandiwara) itu dilarang ? di film2 “Islami” yang beredar, semacam AAC, bukankah ada adegan mesra layaknya suami-istri (meskipun cuma menjurus), padahal aktor dan aktrisnya bukan suami istri? jadi kalo anda menontonpun, termasuk dholim kepada diri sendiri (zina mata dan pikiran)…

    Syukron..

    Reply
  • June 23, 2009 at 5:59 pm
    Permalink

    Assalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh,

    ana ucapkan terima kasih atas segalanya.

    Wassalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh.

    ===The end===

    Reply
  • June 24, 2009 at 12:43 pm
    Permalink

    wealah, lama ga buka blog si momon, ternyata ada momen seru gini. nyesel aku :p

    @momon
    ga mau dihentikan nih mon? :p

    @tika
    cieeeh, bisa jadi jodoh nih :))

    Asli Mesir tuh, penanda pemodalnya serius. jadi, mari yg nonton lebih serius :p

    @fikri
    menurut saya, kalau lagi panas2nya berdakwah, masygul dengan kondisi dakwah islam, pasti jadi mudah tersulut spt ini. Maklumi deh mas Momon ini :)) soalnya doi pikirannya —liat deh deskripsi di profilnya– bebas gitu (ga jelas juga siapa yg menjarain).

    kalao njenengan mau menambah daya tahan mental, coba google nama Nabi SAW, tapi awali dengan kata2 umpatan dalam bahasa Inggris. Hm, itu bisa menarik sekali. Tempatkan diri sebagai orang ketiga sebelum melakukan itu.
    * gara2 itu saya pernah sampai ke situs Penyembah Setan. Wealah,… :))

    Piiiis

    Reply
  • June 24, 2009 at 6:01 pm
    Permalink

    “terhadap film agama kami !!!!.”

    Agama yang aneh? Agama siapa ya? Mudah2an bukan Islam dien-ku, yang orang itu maksud.

    Aneh nya? Nama orang itu gabungan arab-sansakerta-latin. Fikri = pikiran, Pratama = pertama/diutamakan, polito = sopan dan bijak. Namun isi tulisannya tidak mencerminkan namanya.

    Dia memohonkan Allah agar sayang pada orang lain, namun dia sendiri tidak ingin mengenal orang yang dia mohonkan? Mendoakan orang yang tidak ingin dikenal, seperti memberi tutupan tanpa pancinya (mau rebus apa? rebus tutup). Ikhlaskah dia? Padahal dalam Islam ada perintah untuk saling mengenal (QS. Al-Hujurat:13)

    Dia menginginkan orang untuk bijak hanya dari sergahan normatif, apakah ini dakwah sebenarnya? Padahal dakwah dalam Islam kan menyeru dengan cara yang baik (QS. An-Nahl:125).

    Kenapa cap Mesir lantas dicemooh, mungkin karena karya yang menggunakan kata kelas berat ‘dakwah’ (bagi mereka yang punya ‘sense’ bagus mana yang bersifat menghina Islam atau bukan -seperti Tika dan kaminya walau di heh?kan) akan berpendapat tidak seharusnya film ini masuk dalam motif spasialisasi. Apakah dia ingin film itu ditonton orang karena menjual Mesir-nya saja bukan lantas ‘isinya’?

    Apakah dia ingin bangsanya hanya menelan kulit, tanpa merasakan isi.

    (in other case, probably not him) Ana ukhti antum berlompatan dengan mengebu-gebu -namun sementara sama sekali tidak mampu berbahasa Arab, memahami nahwu, balaghah, fashahah, dan ratusan akar linguistik Arab lainnya, bukankah itu berarti hanya merasakan kulit saja.

    wallahu a’lam.

    Reply
  • June 24, 2009 at 6:50 pm
    Permalink

    setuju sama zam. blog ini membawa mudarat. jd harus ditutup! barangkali yg mbuat antek2 yahoo.di *lari*

    Reply
  • June 24, 2009 at 8:33 pm
    Permalink

    @yg punya blog : salah keitk mon. maksudnya… Lanjutkan!

    Reply
  • June 26, 2009 at 1:21 pm
    Permalink

    chill maannn…. logo “asli mesir” itu hanya bahasa perdagangan.. agar orang tertarik.. dan kelihatan menarik.. terbukti ana wa antum jami’an (saya dan kalian semua) jadi tertarik.. komentar boleh tapi tak perlulah terlalu diperdebatkan..
    afwan kalau ane salah kate.. syukran.. god bless you all

    Reply
  • June 28, 2009 at 9:32 pm
    Permalink

    Slogan “dijamin asli mesir” itu emang lucu, kyknya ketakutan filmnya gak laku. Mending diadakan doorprize gt bwt penontonnya dpt hadiah jalan2 ke mesir. Ya udahlah gak usah smp debat gt, lha wong filmnya aja udah gak laku. Kalah pamor sm tranformers n garuda di dadaku.

    Reply
  • June 28, 2009 at 11:33 pm
    Permalink

    Wah di Transformer 2 ngga ada cap ginian nih.. berarti bukan Mesir Asli kali yeeeee….

    Reply
  • June 29, 2009 at 8:40 pm
    Permalink

    Ngapain pake cap dijamin asli mesir segala? Di hollywood sutradara mo pake background hutan,gurun,gunung es apa aja jg udah disediakan studionya. Klo org qta jln2 ke mesir aja pamer. Mending hasilnya bagus?!

    Reply
  • Pingback:Ketika Cinta Bertasbih 1 « /alle/blog/

  • June 30, 2009 at 10:43 pm
    Permalink

    Gile benar ni forum
    hanya gara2 stempel aja sampe kayak perang saudara
    akhi ukhi sadar yo
    jangan pada marah apalagi bawa agama serta iman
    ini cuma filem bukan dakwah
    photo n gambar bergerak itu haram
    apalagi ni filem
    mending baca buku aja deh
    nggak ribet masalah “ASLI MESIR” lg
    semoga kita diberikan kelapangan hati n kepeningkatan iman untuk menjadi hamba yang saleh
    amin

    Kita kan membahas poster film, kenapa bawa-bawa bukunya?

    Reply
  • July 3, 2009 at 3:43 pm
    Permalink

    @Syakira_cihuy : “Ya udahlah gak usah smp debat gt, lha wong filmnya aja udah gak laku. Kalah pamor sm tranformers n garuda di dadaku.”

    Lha wong penontonnya sdh 2 jutaan kok. Mungkin film ini gak cocok buat anda & sejenisnya. Tp sgt efektif utk menarik penonton yg anti sufi (suka film) ke bioskop. Sesekali tontonlah film dengan hati, jgn mengandalkan rasio semata. Sudah 12 tahun sy tdk ke bioskop krn alasan aqidah. Tp kemarin memberanikan diri utk nonton KCB krn faktor “Chaerul Umamnya”.

    Reply
  • July 4, 2009 at 9:33 pm
    Permalink

    film ini lbh ditujukan pada me’bandingi sukses AAC aja…. esensi religiusnya juga agak sedikit dipaksakan… cinta terkesan terlalu dibawa2 atas nama agama…
    lbh menonjolkan Mesir-nya daripada efek & kualitas film-nya! padahal, klo mesir trus kenapa? keren gitu??? yach…. malah terkesan gak cinta & bangga ma negeri sendiri! terlalu memperlihatkan sikap NDESO kita karena terlalu membangga2kan film yg dibuat di mesir! Huhhhh….. rak maen…..

    Reply
  • July 4, 2009 at 9:37 pm
    Permalink

    @ Ukis:
    yee.. Mas, klo alasana aqidah, knp nontonnya karena Chaerul Umam? kok bukan lillahi ta’ala? hwahahaha…..

    Hmm… kmaren saya nonton bukan karena nama besar KCB atopun Chaerul Umamnya, tp karena mencari “tasbih” dalam cinta-Nya. hohoho

    Reply
  • July 5, 2009 at 8:11 pm
    Permalink

    Kalau sudah begitu panas seperti ini, kembalilah ke khitah..
    Ayat Ayat Al-Litisau (lidah seperti pisau)

    Saya cuma ingin mengingatkan kepada banyak orang saja,
    pergunakan lidah dengan baik dan sewajarnya,
    emosi kadang melenakan kita,
    jadi semua kembali lagi ke pribadi masing2.

    Lidah itu seperti pisau yang malah bisa membunuh diri sendiri.

    Reply
  • July 8, 2009 at 3:41 pm
    Permalink

    Ketika Cinta Bersambung
    be what you want to be… To Be Continued…

    Reply
  • July 14, 2009 at 2:59 pm
    Permalink

    Sebaiknya ga prlu diperdebatkan, yang merasa filmnya kurang bagus ksh tau dimn yg kurang bagus dan beri masukan dengan santun, dari pada mendepatkan masalah stempel lebih baik masalah negara yg lbh besar, buat teman2 yg suka dg filmnya jangan terpancing dengan kata2 org krng baik, do’akan saja mrk. ingat!!! Awas Ghozul Fikri.

    Reply
  • October 25, 2009 at 8:49 pm
    Permalink

    barat! barat! make internet en ngomen di blog ini udah termasuk menggunakan fasilitas orang barat… yo nda usah bawa agama-agama… ini nih cuman pelem! sandiwara!

    Reply
  • February 16, 2010 at 11:45 am
    Permalink

    nyaingin AAC, soalnya waktu itu AAC setting film di mesir tapi lokasinya di india,, nah KCB istilahnya pgn ngejek AAc kalo ini setting di mesir, lokasi juga di mesir

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.