contrengBagi saya memilih bukan sesuatu yang sakral. Memilih juga bukan panggilan. Bagi saya memilih adalah pekerjaan. Oleh karena itu harus dilakukan secara rasional, bukan emosional.

Dari mereview 5 partai saya juga memetik manfaat. Karena dengan menelisik lebih dalam saya dapat melihat kelebihan dan kekurangan tiap partai secara lebih dekat dan obyektif.
Dan realitanya—jujur saja—tidak ada partai yang sempurna.

Tapi kita memang selalu dihadapkan pada pilihan sulit. Tidak ada laptop yang sempurna. Tidak ada mobil yang sempurna. Tidak ada rumah dijual yang sempurna. Tidak ada SD untuk anak yang sempurna. Tapi pada kenyataannya kita harus memilih.

Dalam konteks politik, saya merasa harus memilih untuk menyadarkan para politisi DPR bahwa jabatan, gaji, dan kekuasaan mereka adalah pemberian rakyat.

Dalam tebangan pertama, saya pasti akan memilih caleg dari partai yang besar. Suara saya bisa terbuang percuma kalau memilih partai kecil yang tidak akan masuk DPR.

Partai tua dan korup jelas tidak masuk pilihan saya. Memilih mereka sama sekali tidak memberikan edukasi politik bagi kadernya. Oleh karena itu Golkar dan PDIP harus keluar dari daftar.

Kemudian saya juga tidak dapat memilih partai yang mencampur-adukkan the church and the state. Sebagai bangsa yang begitu beragam, sikap campur-aduk akan merusak keutuhan kita. Dengan berat hati, walaupun PKS nampak begitu moderen dan bersih, saya tidak akan memilih mereka. Demikian juga untuk PPP.

Bagi saya penegakan HAM dan kemerdekaan berekspresi itu penting. Dan saya ragu Gerindra dapat menjamin itu. Mereka memang menjanjikan ketahanan pangan dan memberdayakan petani, nelayan, dan pedagang pasar. Saya juga mengidamkan kalangan grassroot negeri ini lebih terjamin hidupnya. Tidak lagi lapar dan kekurangan.

Tapi saya juga memikirkan apa yang terjadi setelah para petani, nelayan dan pedagang pasar itu sudah kenyang dan kecukupan. Apakah mereka dapat mengkritik kepada pemerintah soal distribusi pupuk, misalnya, tanpa merasa takut? Bisakah mereka menuntut penurunan harga BBM tanpa terancam keselamatannya? Bisakah Gerindra menjamin yang aspek itu? Saya belum begitu yakin.

Maka pilihan yang tersisa adalah PAN dan Partai Demokrat. Seperti hasil review saya sebelumnya, saya sudah tidak lagi melihat PAN sebagai partai yang memiliki visi kuat. Demikian juga Partai Demokrat.

Akan tetapi jika melihat pertarungan calon presiden, sebetulnya pilihannya sudah disempitkan menjadi SBY, Mega, JK, dan Prabowo. Salah satu dari mereka punya banyak catatan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Saya merasa perlu untuk mengamankan salah satu yang terbaik dari yang terjelek.

Menjadi non-partisan memang lebih enak. Besok saya akan mencontreng seseorang dari Partai Demokrat.

Siapa yang akan saya contreng besok?
Tagged on:         

53 thoughts on “Siapa yang akan saya contreng besok?

  • April 8, 2009 at 12:07 pm
    Permalink

    nice! setidaknya ada gambaran partai apa yang akan saya pilih… 8-|

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:07 pm
    Permalink

    analisa yang mencerahkan…
    saya coba melihat Parlok…:D

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:10 pm
    Permalink

    kamu ikut2 an momon tho cik ??

    mon.,. kau mau nyontreng caleg demokrat nomer urut satu ???

    eh hanura ngga dipertimbangkan tho mon ?

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:17 pm
    Permalink

    menarik !! tapi saya punya pendapat sendiri .. dan semoga kita semua akan meendapat yang terbaik !!

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:17 pm
    Permalink

    Ga milih.. Ga dikasih kartu T.T
    Tapi mungkin aku mau milih gerindra.. Andai punya kartu. Hahaha..

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:25 pm
    Permalink

    wah makasih reviewnya mas! sepertinya kartu suaraku batal kujadiin poster tempelan dinding kamar :D

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:25 pm
    Permalink

    Yay! Andaikan saya bisa terdaftar untuk contreng-mencontreng, saya juga pasti pilih Partai Demokrat. Sayang ga bisa partisipasi. Selamat mencontreng untuk anda!

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:31 pm
    Permalink

    Analisa yang bagus mas:). Terima kasih.

    Reply
  • April 8, 2009 at 12:59 pm
    Permalink

    nyontreng demokrat yg nomer 1, mas? :|

    Reply
  • April 8, 2009 at 1:11 pm
    Permalink

    hihihih… caleg-nya yang NOMOR 1 Dapil DIY dari Partai Demokrat ya, Mon?

    hihihihihi…

    Reply
  • April 8, 2009 at 2:45 pm
    Permalink

    Salut!!!!
    Tulisanmu jantan betul di sini :)
    Selamat nyontreng, saya tidak :)

    Reply
  • April 8, 2009 at 3:46 pm
    Permalink

    i found the juxtaposition of the church and the state, pks and ppp, contemplatively funny. i shall wait for someone to go for presidency promising to annihilate ministry of religion before i vote.

    Reply
  • April 8, 2009 at 3:50 pm
    Permalink

    Bukannya 4 partai mas Momon?
    Golkar, Gerindra, PDI P, dan PKS kan?

    Reply
  • April 8, 2009 at 3:52 pm
    Permalink

    i wonder how i should translate ‘the church and the state’ doctrine in an article for indonesian readers.

    ha.

    Reply
  • April 8, 2009 at 4:14 pm
    Permalink

    udah kutebak, momon pilih Demokrat.
    paling logis mon.
    paling logis
    :)

    Reply
  • April 8, 2009 at 8:01 pm
    Permalink

    hmmm … kalo aku begini mon,

    kan ada DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten. So … sebenernya ngak cuma milih tentang satu partai saja.

    Kalo’ aku sih punya pertimbangan yang beragam. Untuk DPR pertimbangan utamaku adalah aksesibilitas terhadap pertanggungjawaban caleg yang aku pilih, oleh karena itu aku pilih caleg partai besar yang sudah aku kenal, aku ajak berkomunikasi dan cukup kompeten. So, untuk DPR aku gk pilih partai tapi pilih orang.

    Untuk DPD aku pusing … gak ada yang bisa dipilih. Jadi sama dengan di atas … aku milih sekretaris KAGAMA aja … hihihi

    Untuk DPRD Provinsi baru aku milih partai. Dan hampir sama dengan reasoningmu, untuk DIY aku lebih milih PAN daripada Demokrat.

    Nha, baru yang DPRD Kabupaten aku pilih caleg dari Demokrat yang aku tau dari Internet. Harapanku untuk caleg ini cuma satu: bisa meredam kebijakan-kebijakan a la Ibnu Subiyanto yang nggak pro-lingkungan hidup.

    Reply
  • April 8, 2009 at 10:36 pm
    Permalink

    Hahaha, cara menyeleksi partainya mirip dengan saya, hasilnya juga sama. Bedanya, saya gak akan nyontreng calegnya, hanya contreng partainya

    Reply
  • April 9, 2009 at 12:42 am
    Permalink

    momon akhirnya berdamai dengan dia… selamat yah mon

    Reply
  • April 9, 2009 at 12:45 am
    Permalink

    saya juga kemungkinan paling besar hanya akan menyontreng partainya… abis binun…

    paling ndak kalo emang mo milih calegnya, besok itung kancing dulu

    *nyapin baju yg ada kancingnya buat besok*

    Reply
  • April 9, 2009 at 7:02 am
    Permalink

    Kalo saya malah akan milih dua partai yang berbeda untuk DPRD-I, DPRD-II, DPR-RI.

    Pilihan di DPR-RI untuk mengamankan calon presiden.
    Sedangkan dua dibawahnya untuk partainya.

    Reply
  • April 9, 2009 at 11:08 am
    Permalink

    Momon milih Roy Suryo……ck..ck..bener-bener langkah historis….kakakakka

    Reply
  • April 9, 2009 at 11:11 am
    Permalink

    Aku golput aja dehh..gak kenal semua, mana kertasnya kayak koran lagi..gede cuiyy

    Reply
  • April 9, 2009 at 11:13 am
    Permalink

    ROY SUROY! wakakakaka. if you cant fight em, embrace em ya mon? :))

    Reply
  • April 9, 2009 at 11:13 am
    Permalink

    ROY SUROY! wakakakaka. if you cant fight em, embrace em. rite? :))

    Reply
  • April 9, 2009 at 1:31 pm
    Permalink

    SaLah bung.. Mencontreng itu adaLah hak, tapi goLput adaLah piLihan yang jitu.. Daripada makan semua nasinya basi, lebih baik saya puasa..
    DEMOKRAT??? hahahaha… partai dan orang2 yang sangat tidak siap berpoLitik, cepat mengeLuh dan senjata andaLannya adaLah “kami didzaLimi..”. Harusnya mereka paham (tidak hanya sekedar mengerti dan lihai bagaimana cara mengobrak abrik harga BBM sebagai bagian dari strategi poLitik..) bahwa jika tidak siap ‘berdueL’ ya jangan menjadi apapun dan jangan berbicara apapun.. tidur aja dirumah, atau mancing di baLong.. hehehe…
    Sayang sekaLi bung, dengan berat hati saya mengatakan bahwa anda untuk kaLi ini ‘tidak cerdas’.. :) PoLitik adaLah aktifitas kepentingan (sekaLigus kontra terhadap statement bahwa menjadi caLeg itu adaLah jaLan untuk mengabdi kepada bangsa dan rakyat..) sebab tidak ada yang bebas niLai, dan untuk kaLi ini saya tidak ada kepentingan karena saya sangat tahu bahwa biarpun mencontreng saya tetap tidak akan dapat apa2.. :)

    SaLam GoLput, bung.. :)
    airbening21.blogspot.com

    ——————————————–

    Reply
  • April 9, 2009 at 1:37 pm
    Permalink

    Lho? Politik itu memang aktivitas kepentingan. Oleh karena itu saya memilih.

    Reply
  • April 9, 2009 at 3:20 pm
    Permalink

    Kalau menurut saya, golput bukan berarti Puasa makan nasi basi tapi berdiam diri dan membiarkan diri sendiri di suapi nasi basi oleh orang lain, Kalaupun semua nasinya basi, dengan tidak gulput sedikitnya saya bisa utak-atik dulu nasinya dulu sebelum ditelan bulat-bulat, bisa dijemur dijadikan regginang, atau seburuk-buruknya di fermentasikan aja sekalian supaya jadi tuak … Toh pada akhirnya berdiam diri berarti membiarkan orang lain membuatkan pilihan caleg buat kita, suka ataupun tidak suka. Tinggal contreng yang terbaik dari yang buruk sambil memaki-maki para tikus DPR/D yang sekarang berkuasa, rasanya lega seperti habis buang angin…Plooong….

    Reply
  • April 9, 2009 at 7:25 pm
    Permalink

    bung herman nyontreng demokrat? roy suryo? ada apa ini? bentuk teranyar dari modifikasi stockholm syndrome? wakwakwakwak

    *kabur

    Reply
  • April 10, 2009 at 4:43 am
    Permalink

    Hhmmm.. benar skaLi bung, saya Lupa kaLo bung mungkin ada kepentingan. Berarti tepat sekaLi kaLo bung memang harus mencontreng. Tapi ngomong2, dijanjiin tender apa bung sama orang Demokrat? Hehehehe.. Tapi kaLo mau cash, sebenarnya bung nyontreng Gerindra aja karna duitnya (sepertinya) lebih kenceng :) dan orang2nya terLihat royaL.. Jadi nyontreng nggak perLu pake anaLisis dan segaLa macam teori.. to the point aja heuheu..

    MiLih caLeg = memfasiLitasi orang untuk ‘bejat’. Menjadi fasiLitator bejat (bagi yang masih percaya Tuhan..) itu dapat dosa. ALhamduLiLLah.. tanggaL 9 ApriL saya terhindar dari dosa yang nggak perLu.. Udah sekian periode dan rakyat seLaLu saja berharap. Harapan yang sama diuLang setiap pemiLu, tapi apa daya.. EntahLah siapa disini yang keLedai.. hehehe..

    SaLam :)
    “bukan korban ikLan dan retorika”

    ———————————–

    Reply
  • April 11, 2009 at 4:13 am
    Permalink

    ^saya kader partai Surat Suara Tidak Sah. Tapi bukan berarti saya boleh menyalahkan pilihan orang lain dong.

    Reply
  • April 11, 2009 at 6:47 am
    Permalink

    @Jati says: “MiLih caLeg = memfasiLitasi orang untuk ‘bejat’. Menjadi fasiLitator bejat (bagi yang masih percaya Tuhan..) itu dapat dosa.”
    -=-=-=-=-=-=-=-

    Mau golput ya golput aja mas, ga usah ngomong2 dosa segala, seperti anda saja yang menentukan yg mana dosa, yang mana tidak. Apakah dengan Golput akan merubah sesuatu? Bukannya malah kita memberikan kesempatan bagi orang yang ‘tidak layak’ menjadi pemimpin kita (atau lebih parah org tsb jd golongan ‘bejat’ seperti anda bilang)? …

    Jangan terlalu pesimis mas dalam memilih, diantara ratusan caleg partai itu pastilah ada orang yang capable dan yang bisa mengemban amanat kita. Dan kalaupun, apabila, ternyata pilihan kita itu pada akhirnya menjadi ‘bejat’, toh itu juga bukan kesalahan (dosa) kita, orang yg terpilihlah yang berdosa, karena beliaulah yg menyalah-gunakan amanat yang telah kita berikan bukan? (klo ga salah dulu di buku agama smp saya seperti ini deh, bagi yang dulu ga bolos pelajaran agama pasti tau). Dengan golput malah kita tidak berusaha sama sekali dalam menentukan pemerintahan ini bukan? … (menurut buku agama sih Tuhan tidak akan merubah nasib (keadaan) suatu kaum bila kaum itu tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri bukan?) …

    kalau kita sudah pesimis terhadap pemerintahan/negara kita, lalu kapan dong negara kita bisa maju? … sampai orang2 pemerintahannya dan pemimpinnya bersih, capable, etc? … kapan dong orang2 yg capable itu terpilih kalau kitanya sendiri pada golput? …

    … lari dari masalah tidak dapat menyelesaikan masalah mas … hanya menyembunyikannya saja … untuk sementara …

    … keledai saja tidak lari dr masalah, walaupun dia jatuh pd lubang yang sama 2 kali … sabar … masih ada # kali yang lain kan? …

    -=-=-=-=-=-=-=-
    Maaf mas Herman Saksono … hanya sekedar berargumen … maaf kalo kurang berkenan …

    Reply
  • April 11, 2009 at 2:50 pm
    Permalink

    Setahu saya ada paling sedikit 12.417 caleg DPR (pusat) dan lebih banyak lagi yang untuk DPRD I dan II… Kalo saudara/i Jati bisa menyebut sepuluh dosa saja dari separuh caleg pusat tersebut sehingga begitu hakkul yakin menyebut mereka (semuanya) sampah dan bejat, saat ini juga saya pasti bersujud di kaki saudara dan (mungkin) terpaksa mengakui saudara sebagai jelmaan Tuhan Yang Maha Tahu… Golput adalah salah satu pilihan, apapun alasannya, namun meng-keledai-kan pilihan orang lain atas nama kebenaran golput… rasanya bukan sebuah pilihan yang bijak. Golput menurut saya juga berarti kepentingan…Kepentingan untuk lari dari kenyataan, kepentingan untuk meyalurkan kemarahan karena gagal jadi caleg, kepentingan karena partainya kalah sebagai peserta pemilu di sidang MA, kepentingan karena berharap bahwa karena golput negara ini bakal jadi lebih baik (mungkin saja karena saudara golput, pemilu gagal, terus mendadak muncul setengah dewa yang bisa membahagiakan seluruh rakyat Indonesia) Tapi kalau mau jujur, ini bukan saja seperti mimpi di siang bolong tapi lebih pas dikatakan bukan mimpi manusia yang berakal……. entah kalau itu mimpi dari mahluk lain…****** mungkin ?????

    NB : Saya bukan caleg, keluarga caleg, atau tim sukses caleg apalagi anggota partai, tapi dengan tetap menghargai golput sebagai sebuah pilihan, saya adalah orang yang mencontreng kali ini, mungkin saja sebagai salah satu cara mewujudkan mimpi saya sebagai manusia yang ingin punya negeri dimana anggota DPR-nya takut pada rakyat (minimal setiap 4 tahun sekali) sehingga mereka berusaha sedikit mungkin melakukan dosa, setidaknya di mata rakyat…

    Reply
  • April 11, 2009 at 5:40 pm
    Permalink

    Hhmmm..apa yang bung Andy dan yang lainnya sampaikan sebenarnya sudah ‘dimimpikan’ juga dari tahun 2004. Tapi.. ya begituLah hehehe :)
    Ketika mengetik comment ini saya teringat dengan busung lapar yang teLah ‘membunuh’ adik2 kami disaat orang2 terhormat berebut laptop.. Dan begituLah, GoLput adaLah bentuk perLawanan kami terhadap segaLa yang berafiLiasi dengan penguasa dinegeri ini.
    Tapi monggo mas, mau ngedukung juga gak pa2.. hehehehe… Cuma kaLo bisa jangan pake mimpi, pakaiLah harapan.. sebab mimpi itu gak akan pernah terwujud :)
    Oia.. Agama saya tidak pernah mengajarkan saya untuk mengatakan manusia bisa menjeLma sebagai Tuhan Yang Maha Tahu (saya kurang tau kaLo agamanya bung) hehehehe…. :) Jadi maap banget nih, saya tidak bisa untuk menjeLma.. heuheu..

    ————————————-

    Reply
  • April 11, 2009 at 6:18 pm
    Permalink

    Sudara Jati : Saya setuju bahwa anda bukan Tuhan, sayapun bukan, jadi berhentilah menuhankan diri kita dengan menyatakan salah benar pilihan orang lain, bejat dan baik-nya orang lain sebagai kuasa kita sedangkan menyebut separuh nama mereka saja kita tidak mampu…….

    Reply
  • April 12, 2009 at 10:10 am
    Permalink

    waLah..waLah.. santai bung, jangan emosi hehe :)
    Begini; SBY dan segenap lingkarannya (apapun partai dan koaLisinya) adaLah kumpuLan manusia dzaLim yang tunduk dibawah kaki kapitaLisme sesat dan para kaum borjuis serta goLongan inteLektuaL oportunis, kedzaLiman itu = pendosa. Jadi mengagung2kannya adaLah sebuah kesaLahan (bagi kami itu konyoL, tapi kami memang suka dibodohi sih nggak apa2 hehe..), kecuaLi bagi ‘kaum’ yang berafiLiasi dengan poLa hidup borjuis oportunis. Sudut pandang kita beda bung, dan sungguh kami sekarang jadi pingin tertawa terbahak2 :D
    Makanya jangan cuma nongkrong di cafe dan restaurant aja bung hehehehe, bung terLaLu teoritis :) … mari, berjaLan2Lah untuk meLihat kehidupan desa, pesisir, dan buruh / kaum miskin kota yang ‘payah’.. Maap bung, sudah 4 hari ini kami lagi sedih. Seorang kawan keciL kami yang biasa tidur diemperan depan ALfamart itu udah ‘pergi’. Dan komentar seorang caLeg bahwa itu adaLah sebuah takdir, sungguh.. kami ingin sekaLi membakar spanduk pembodohan tentang Program Pendidikan dari partai ‘dakwah’ itu.
    SeteLah kami ‘menang’ di pemiLu ini dengan suara sekitar 25 persen atau lebih, maka kami sekarang tengah ‘berharap’ akan hadirnya revoLusi damai..
    Apapun pembeLaan bung dan yang lain, negeri ini memang sudah penuh dengan sampah.. dan memiLih yang terbaik dari yang terburuk itu adaLah sebuah kebodohan entah pembodohan (kurang cerdas bung..) hehehe :)

    SadarLah.. retorika dan ikLan tidak akan merubah apapun, karena reaLitaLah yang akhirnya akan berbicara.. :)

    Sepertinya agak keLiru ngobroL disini, saya awaLnya berpikir disini ada warna warni.. tapi ternyata disini adaLah tempat penyeragaman.. jadi buat apa bung Herman kampanye disini heuheu..

    Tabik :)

    —————————————-

    Reply
  • April 12, 2009 at 10:11 am
    Permalink

    waLah..waLah.. santai bung, jangan emosi hehe :)
    Begini; SBY dan segenap lingkarannya (apapun partai dan koaLisinya) adaLah kumpuLan manusia dzaLim yang tunduk dibawah kaki kapitaLisme sesat dan para kaum borjuis serta goLongan inteLektuaL oportunis, kedzaLiman itu = pendosa. Jadi mengagung2kannya adaLah sebuah kesaLahan (bagi kami itu konyoL, tapi kaLau kami memang suka dibodohi sih nggak apa2 hehe..), kecuaLi bagi ‘kaum’ yang berafiLiasi dengan poLa hidup borjuis oportunis. Sudut pandang kita beda bung, dan sungguh kami sekarang jadi pingin tertawa terbahak2 :D
    Makanya jangan cuma nongkrong di cafe dan restaurant aja bung hehehehe, bung terLaLu teoritis :) … mari, berjaLan2Lah untuk meLihat kehidupan desa, pesisir, dan buruh / kaum miskin kota yang ‘payah’.. Maap bung, sudah 4 hari ini kami lagi sedih. Seorang kawan keciL kami yang biasa tidur diemperan depan ALfamart itu udah ‘pergi’. Dan komentar seorang caLeg bahwa itu adaLah sebuah takdir, sungguh.. kami ingin sekaLi membakar spanduk pembodohan tentang Program Pendidikan dari partai ‘dakwah’ itu.
    SeteLah kami ‘menang’ di pemiLu ini dengan suara sekitar 25 persen atau lebih, maka kami sekarang tengah ‘berharap’ akan hadirnya revoLusi damai..
    Apapun pembeLaan bung dan yang lain, negeri ini memang sudah penuh dengan sampah.. dan memiLih yang terbaik dari yang terburuk itu adaLah sebuah kebodohan entah pembodohan (kurang cerdas bung..) hehehe :)

    SadarLah.. retorika dan ikLan tidak akan merubah apapun, karena reaLitaLah yang akhirnya akan berbicara.. :)

    Sepertinya agak keLiru ngobroL disini, saya awaLnya berpikir disini ada warna warni.. tapi ternyata disini adaLah tempat penyeragaman.. jadi buat apa bung Herman kampanye disini heuheu..

    Tabik :)

    —————————————-

    Reply
  • April 12, 2009 at 12:26 pm
    Permalink

    Saudara Jati : Seperti tidak ditujukan kesaya…karena saya bukan pencontreng PD, fans SBY apalagi tim suksesnya dan saya pernah berdinas di sebuah tempat terpencil di Pesisir Kaltim dengan beberapa pasien gizi buruk hingga tahap marasmus dan kwashiokor (mungkin merekalah adik-adik yang anda sebut busung lapar) Disana tidak ada Alfa mart meskipun masyarakat miskin sekelas gelandangan yang saudara sebut juga banyak disini….Jadi rasanya ajakan untuk ke pedalaman, daerah miskin atau “jangan ke cafe dan restaurant” mungkin agak kurang tepat.

    Saya juga tidak pernah menyebut Kapitalis, borjuis, intelektual opportunis atau istilah sulit apapun itu, karena sebenarnya ini soal sederhana… Bisakah kita membuat pilihan (apapun itu) dan apakah kita cukup legowo untuk melihat orang lain membuat pilihan lain yang berbeda tanpa meng-keledai-kan atau men-tidak cerdas-kan (tidak cerdas = ***** bukan ???) mereka ……….. Apalagi membuat pembenaran dengan mengatakan sesesorang yang mungkin beribu kilometer dari tempat kita, yang jangankan nama atau rupa, jenis kelaminnya pun saudara tidak tahu dengan sebutan “Penyeragaman” yaitu sebagai ‘orang bejat’

    Reply
  • April 12, 2009 at 3:32 pm
    Permalink

    Kadang2 dalam obroLan itu ada yang disebut kalimat daLam tanda kutip, sekaLi2 juga disebut perumpamaan.. Saya heran, bung seoLah2 merasa (mungkin) ditujukan atau (mungkin) ‘dipojokkan’.. owh :) maap bung, obroLan tidak kesana hehehe.. Bung aja mungkin yang terLaLu sensitif.. :)
    Kata seorang kawan, “kaLau tidak ingin dikritik (sebenarnya saya kurang sepakat dengan kata kritik..), maka jangan menjadi apapun, jangan melakukan apapun, dan jangan BERBICARA apapun..”. EntahLah, apakah itu sebuah kaLimat yang benar atau nggak. Tapi perLu saya ‘koreksi’ sedikit bahwa Indonesia itu tidakLah cuma sebesar KaLtim aja, sebagai miniaturnya pun beLum cukup.. Saya jadi bingung, bukankah obroLan disini itu adaLah tentang keLakuan ‘para adipati’ dan orang terhormat dinegeri ini? Kalau kemudian ada yang ‘menghujat’ dan beLajar untuk ‘meLawan’ penguasa dan orang terhormat yang dzaLim, kenapa bung yang sensitif??

    heuheu :) sudahLah..

    ———————————–

    Reply
  • April 13, 2009 at 3:01 am
    Permalink

    nyonteng roy suryo doooong….. *ngakak terpingkal-pingkal*

    Reply
  • April 14, 2009 at 12:23 pm
    Permalink

    wah

    mas herman nampaknya sama dengan saya..

    saya juga nyontrend demokrat.lantaran visi partai lain juga udah gak memenuhi keinginan saya

    Reply
  • April 14, 2009 at 4:06 pm
    Permalink

    Yeah,
    Demokrat, smoga plhn terbaik,
    Di bLitar Anas lmyn ramai,
    Scara asli cah bLitar.,

    Reply
  • April 15, 2009 at 4:22 am
    Permalink

    gimana kalo mas Jati saya panggil mas Muhidin?

    Reply
  • April 16, 2009 at 11:06 am
    Permalink

    nyontreng ya nyonterng ….gak nyontreng ya gak nyontreng …gitu aja kok repot *Gus Dur mode on*

    Reply
  • April 16, 2009 at 7:32 pm
    Permalink

    minggu kemarin itu jadi pengamat saja di tps… :)

    Reply
  • April 18, 2009 at 12:04 pm
    Permalink

    Wah maz Herman……..
    hebat ki analisa-ne…….cobak dulu ndobel kuliah di Isipol ato Hukum men nurun Eyang Kasmat
    tapi sebenernya nurun bakatnya memeh juga loh….opo meneh juga punya adik jawara debat….
    Hehehe…..kalo nte sich jadi Golput kepekso wong ra kedaptar jadi DPT…sopo sing salah yo wis semangat rep nyontreng jebul ra iso……yo wis q nyontreng PPP wae ( Partai Pro Padmanaba….)
    hehehe….salam yo u Memeh n Pepeh.

    Reply

Leave a Reply to NN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.