Partai Amanat Nasional dilahirkan dengan semangat reformasi di era reformasi. Warna pembaruan PAN juga diperkuat oleh tokoh-tokoh cendekia di jajaran kepartaian. Tapi otak di belakangnya tentu saja Amien Rais.
Sayangnya ketokohan Amien Rais tidak cukup mengangkat PAN untuk mendapatkan kursi DPR yang memadai. Dalam Pemilu ’99, PAN hanya dapat meraih 7,4% suara. Menariknya, jumlah kursi yang pas-pasan tidak membuat PAN kehilangan gigi. Partai ini berhasil mengantarkan Amien menjadi ketua MPR, mengamandemen UUD ’45, membentuk poros tengah, mengangkat Gus Dur sebagai presiden, dan kemudian menjatuhkannya.
Dalam Pemilu 2004 Amien mentargetkan 15% suara di parlemen. Tapi lagi-lagi PAN harus kecewa karena hanya meraih 6,4% suara.
Permasalahan PAN memang terletak pada Amien Rais. Tidak berarti Amien adalah orang yang buruk, tapi ia tidak berhasil menuntun PAN untuk berdiri sendiri. Ketika Amien mengijinkan Sutrisno Bachir untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan, kondisinya sudah terlambat. Tokoh cendekia PAN sudah banyak yang lepas.
Akibatnya partai biru ini seperti kehilangan warna. Arah kebijakannya tidak kuat, seperti tidak tahu mau ke mana.
Belakangan ini PAN sering dijuluki Partai Artis Nasional gara-gara calegnya banyak dari kalangan artis dan seleb. Disinyalir, setelah setahun di DPR, PAN akan mengganti para seleb itu dengan kadernya yang lebih kompeten.
Tentu ini adalah trik yang sah dan cerdik. Tapi di lain sisi juga menimbulkan kesan kalau PAN tidak sedang memperjuangkan nasib konsitutuennya, tapi justru sedang kewalahan menyelamatkan kapalnya yang mau karam.
Dulu kowe nyobos PAN dan Amien kan, Mon?
Pingback:Partai Amanat Nasional (PAN) « Mesin Dolar
tidak sedang memperjuangkan nasib konsitutuennya, tapi justru sedang kewalahan menyelamatkan kapalnya yang mau karam.
ini bagus :D
Ngaku wae, dulu saya noblos PAN dan jatuh cinta pada Amien Rais.. Dulu waktu jaya-jayanya Reformasi.
Tapi aku setuju denganmu, halauannya kian nggak jelas…
PAN dulu sempet jadi partai yg sangat legitimate dgn Amien Raisnya….tp ngeliat Soetrisno Bachir sekarang imejnya tukang hamilin istri orang sih jadi males:D
wew… banyak yang sama ya?
gw taun 99 dulu nyoblos PAN…
taun 2004 mulai ragu, tapi masih milih PAN di DPR (DPRD pilih caleg dari partai lain) dan masih milih Amien Rais jadi presiden…
taun ini… 100% gak mungkin milih PAN!!!
idem sama ichanx… tapi kalo tahun ini daku mo nyoblos, eh nyontreng semua nya… kasian kan kalo yg di contreng cuman 1… nanti yg lain iri..
(hassle)
masalah klasik negeri ini, patron klien. :(
aku ndak pusing dengan nasib partai apapun, tapi patron klien yang mengakar dan membudaya ini bener-bener menyedihkan.
hmm.. suatu kali di tahun 2004, Pak Amien di danai oleh Sutrisno Bachir dan beberapa kolega di PAN. Sutrisno boleh dibilang penyumbang dana terbesar, lalu ia menjadi anak emas bagi Pak Amien.
Sepertinya ada semacam kontrak politik antara keduanya, bahwa sebagai konsesi pendanaan Amien-Siswono 2004, maka Sutrisno mendapat posisi sebagai Ketua Umum PAN.
Setelah Sutrisno Bachir maju, Amien seperti kehilangan muka. ‘Water testing’ yang dilakukan Sutrisno Bachir dengan Iklan ‘Hidup adalah Perbuatan’ menjadi bahan olok-olokan kolega Amien yang masih berada di PAN (Hatta Rajasa, Alvien Lie, Drajad Wibowo)dan yg diluar (Emha).
Beberapa kolega lama Amien di PAN yang masih loyal mulai bimbang, PAN bukan lagi kendaraan yang sama. Bisik2nya Drajad akan segera hengkang, Hatta malah kabarnya duluan. Prof. Didik J. Rachbini bertahan mungkin karena menghormati Amien, bgitu juga Abdillah Toha, dan Alvien Lie.
Lainnya? Mengambang, mencari kendaraan baru.
PMB? Mainan barunya pemuda Muhammadiyah. haha..
Yang jelas kehadiran Sutrisno Bachir, berhasil mengangkat PAN ke ranah infotainment dan meninggalkan ranah politik. hahahaha…
Tahun 2004 aku nyoblos partai ini, tapi tahun ini sepertinya tidak lagi, haha
PAN pasca era Amien Rais seperti kehilangan ideologi.. SB terkesan lugu dalam berpolitik
sinking boat? has it ever actually set sails?
mo, ditunggu ya review PARTAI ORDE BARU nya.
:)
PAN… ugm bgt! :D
Tahun 1999, 2004, 2009 kami (keluarga, rekan) Pilih PAN, tapi setelah dengar koalisi dg PD dan dukung SBY saya NYESAL BANGETS pilih PAN, pdhal alasan memilih PAN di 2009, supaya pak Amien Rais bisa dan mau jadi Capres, tapi ternyata Pak Amien cuma bisa kritik aja dan takut jadi Presiden RI atau mungkin pak Amien cuma sanggup jadi Presiden2an kali ya.
Ternyata nyalinya pak Amien Rais kecil juga ya, apa sdh gak mampu lagi bernegosiasi dg partai2 lain ya ? Setelah mengetahui PAN berkoalisi dg PD dan mendukung SBY pada Pilpres mendatang. Saya dan kawan2 sdh sepakat di pemilu 2014 Insya Allah akan tetap ninggalin PAN alias beralih ke Partai GOLKAR biar ex Orde Baru tapi pemimpinnya lebih berani ketimbang petinggi PAN apalagi pak Amien Rais belum bertarung aja sdh keok dg alasan usia segala. Gak perlu basa basi Pak Amien, kalau gak sanggup jadi Presiden ya katakan aja kalau Bpk cuma sanggup jadi pengkritik aja gitu biar jelas. Slmt Tnggal PAN, slmt tinggal Pak AMien Rais, besok balik kampus aja dan diam dg tenang gak usah ngomong soal negara lagi ya Pak, kami sdh bosa dg Bpk. Penakut, Pengecut, Penjilat.
Buat semuanya…. MARI KITA SELAMATKAN PAN DARI KEHANCURAN. KITA BENAHI BERSAMA, TOLONG JANGAN TINGGALKAN KAPAL PENGGERAK REFORMASI INI.
Saya setuju banget dengan Agung,SE,Msi. Mari kita selamatkan PAN dari kehancuran, bukan dengan meninggalkan, menghancurkan dan mencaci makinya. Bahwa Amin Rais dan PAN di masa lalu adalah idola kita semua, adalah fakta dan bahwa PAN partai paling reformis di tahun 1999 adalah fakta. Bahwa Amin Rais memiliki kelemahan dan kekurangan adalah fakta, bahwa Sutrisno Bachir memiliki kelemahan dan kekurangan memimpin adalah fakta, semua adalah fakta. Namun, mari kita cintai PAN sebagai partai reformis, jangan lihat orangnya. Barangkali masih banyak Amin Rais baru di jajaran PAN. Why not? Bukankah banyak intelektual di PAN? Keputus asaan kita yang kemudian memalingkan muka dari PAN hanya menguntungkan partai lain. Wahai warga Muhammadiyah, mari bersatu membesarkan PAN…