kampanye-damai-pemilu-indonesia-2009-pks-8Dilahirkan tanpa tokoh yang memadai, Partai Keadilan Sejahtera bisa naik pamor menjadi salah satu partai yang diperhitungkan. Ini tentu saja berkat dukungan kader dan manajemen yang handal. Pantas saja jika kemudian PKS dilabeli sebagai partai Islam modern, karena manajemennya memang rapih dan profesional.

Dari awal kelahirannya PKS selalu memposisikan diri sebagai partai yang bersih dan peduli. Dengan lantang PKS menolak korupsi dan mengadakan aksi sosial. Entah sekadar berdemo turun ke jalan atau sampai menurunkan orang ke daerah bencana. (Sebetulnya aneh juga ada partai yang berdemo, karena tugas partai adalah mendengarkan pendemo lalu menyalurkan aspirasi mereka di DPR. Buat apa ada Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di DPR?)

Sayangnya gaung PKS hanya terdengar di luar DPR. Di Senayan, kiprahnya terasa melempem. Jarang terdengar kader PKS melakukan langkah/gebrakan yang berarti di DPR. Dalam proses kenaikan harga BBM, misalnya, partai ini justru mendukung. PKS lebih terdengar ketika menanggapi isu-isu populer seperti Ahmadiyah, Undang-Undang Pornografi, dan Israel.

Sikap PKS yang condong ke gaya keras timur tengah keras memang memantapkan semangat massanya tapi di lain sisi membuat takut orang biasa. Kader partai selalu membantah kalau PKS akan menerapkan syariah Islam secara kaku di Indonesia. Tetapi di lain sisi, aksi-aksi PKS selalu terlihat sebaliknya.

Mungkin itulah kenapa akhir-akhir ini PKS seperti hendak merombak citra. Dari partai yang  sangat kanan, menjadi partai kanan-tengah. Iklan PKS yang menyabut Alm. Soeharto sebagai guru bangsa, misalnya, disinyalir untuk menetralkan wajah PKS. Langkah ini terasa tidak konsisten, mengingat status Pak Harto sebagai koruptor hingga saat ini masih mengambang.

Ketidak-konsistenan ini kemudian dilengkapi dengan pernyataan dari Abdul Hadi Jamal kalau kader PKS Rama Pratama juga ikut menerima suap (bagi yang tinggal di tempurung dalam sebulan ini, Abdul Hadi Jamal adalah anggota DPR yang ditangkap KPK atas tuduhan suap). Inilah tantangan besar PKS, dapatkah partai ini memegang teguh sikap yang telah dia tanam dalam-dalam?

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Tagged on:     

35 thoughts on “Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

  • March 31, 2009 at 9:31 am
    Permalink

    Satu hal yang bisa diapresiasi dari PKS, sewaktu kampanye akbar hari senin kemaren, sejak pagi bendera2 besar, beserta spanduk sudah terpasang sepanjang rute yang dilewati massa kampanye. Sepulang kampanye dari Gelora Bung Karno, bendera2 besar dan spanduk2 segera mereka bersihkan.

    Yang patut disayangkan banyak caleg PKS yang memasang poster dan benderanya dengan melukai pohon-pohon.

    Eiya, kalau mas herman sendiri, akan milih PKS gak 9 April nanti?

    Aku rasa itu berkat massa yang cenderung lebih intelek dan koordinasi yang bagus. Semua kembali ke manajemen juga. Aku rasa trik manajemen PKS harus ditiru partai-partai lain.

    Untuk saat ini aku masih undecided Dit.

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:07 am
    Permalink

    salut kampanye kemarin, senin selepas libur panjang, massa tetep ramai di Gelora Bung Karno

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:07 am
    Permalink

    wah analisis yang baik… tapi pemilu kan luber ya…

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:10 am
    Permalink

    review yang menarik, sepertinya PKS memang sedang mencari jati diri

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:15 am
    Permalink

    Ada kemungkinan ga kalau sedikit gaung mereka di Senayan (mungkin) karena nyari “aman”?

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:16 am
    Permalink

    Semoga saya salah tafsir *baru sadar mantan Presiden PKS masih tetanggaan*

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:21 am
    Permalink

    satu blunder tentang soeharto, satu point minus tentang kader PKS Rama Pratama
    dan juga kinerja mereka diparlemen selama periode ini kurang mengena dalam hemat saya.
    saya ingin melihat sebuah partai yang bisa mengurus massanya dengan baik, sebelum dia berkuasa.
    wait and see until the very last moment ..

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:24 am
    Permalink

    hmm….ditunggu postingannya lanjutannya mon :D

    Reply
  • March 31, 2009 at 11:22 am
    Permalink

    partai ini yg saya akuin iklan komunikasi politiknya setelah gerindra…ya mereka merubah image ke partai kanan-tengah yg bersih dan modern. Merangkul semua orang. Memiliki kader2 yg loyal… Itu sudah lebih dr cukup untuk menjadi sebuah partai besar, tapi sayang msh blm ada tokoh yg bener2 MONCER di tingkat nasional. Kl ada “tokoh itu” mungkin akan lain ceritanya skrg.

    Reply
  • March 31, 2009 at 11:48 am
    Permalink

    hhmm lanjott mon….lg butuh referensi banyak neh

    Reply
  • March 31, 2009 at 12:33 pm
    Permalink

    Sepertinya mas momon bakal memilih Partai Demokrat nih.
    1. Partai Demokrat bersama SBY boleh dikatakan sedikit berhasil dalam memberantas korupsi tanpa pandang bulu.
    2. Partai Demokrat bisa dikatakan sebagai partai tengah. Tidak peduli dari kiri – tengah atau dari kanan – tengah.

    hehehe… cuman komen lo mas. Pemilu tetap luber:p

    Reply
  • March 31, 2009 at 2:40 pm
    Permalink

    Herman said: Aku rasa itu berkat massa yang cenderung lebih intelek dan koordinasi yang bagus. Semua kembali ke manajemen juga. Aku rasa trik manajemen PKS harus ditiru partai-partai lain.
    Untuk saat ini aku masih undecided Dit.

    @Herman: Saat ini PKS memiliki fungsionaris partai sekaliber Adang Darajatun (Ketua Kampanye Akbar), yang benar2 berhasil mengelola kampanye senin kemarin.
    Soal tidak adanya tokoh yang memadai di awal pembentukannya, mungkin kita harus menyamakan definisi ‘memadai’. Karena PKS bukan terbentuk/dibentuk oleh ketokohan tertentu, tetapi atas kesamaan ideologi yang diadaptasi dari Hassan Al Bana.

    Reply
  • March 31, 2009 at 2:56 pm
    Permalink

    analisis yg bagus dari mas momon..

    setuju sama ekowanz.. PKS blm punya tokoh ‘besar’
    setuju sama pernyataan klo di DPR, PKS blm kerasa andilnya..
    tidak setuju sama dadan.. saya rasa menyebut suharto sbg guru bangsa itu bkn blunder.. tapi emang jadi terlihat tdk konsisten

    Saya juga blm yakin akan milih partai mana

    Reply
  • March 31, 2009 at 7:14 pm
    Permalink

    @adityasani : Adang Darajatun itu yang pernah nyalon pilkada Jakarta ya dit? Owgh, sudah jadi fungsionaris tangguh rupanya.

    Reply
  • March 31, 2009 at 9:06 pm
    Permalink

    Assalamualaikum
    PKS sekarang seperti gadis cantik yang di perebutkan…..mereka mempunyai pengkaderan yg sangat baik di kampus-kampus dan sekolah-sekolah..mesin politik-nya terlihat jelas.

    PKS tetap partai politik yang pasti melakukan tindakan politik untuk meraih massa…salah satu contoh-nya mengiklan-kan mr.soeharto

    Reply
  • March 31, 2009 at 10:04 pm
    Permalink

    menurut info dari telik sandi … PKS itu yang ndesain intelijen juga tentara juga …

    di Indonesia, yang namanya politik itu ya muser muser di situ-situ aja.

    Reply
  • April 1, 2009 at 5:58 am
    Permalink

    Saya sebenarnya jatuh cinta pada pola kerja dan prinsip berkembangnya PKS, tapi sentimen agama membuat saya tidak ingin memilihnya.

    Bagaimanapun juga, kapanpun juga dan dimanapun juga saya berada, harapan saya terhadap Indonesia adalah tetap sebagai negara yang ber Pancasila dan ber Bhinneka Tunggal Ika, menolak segala bentuk pemerintahan berlandaskan satu agama apapun itu :)

    Semoga ini dapat terkabul :)

    Reply
  • April 1, 2009 at 9:33 am
    Permalink

    @antobilang: iya, nto..dulu dia nyalon buat jadi gubernur, tapi kehabisan dana..jadi gagal..
    sekarang beliau aktif di PKS..

    Reply
  • April 1, 2009 at 10:51 am
    Permalink

    ga ada yang sempurna ya..memilih yang terbaik dari yang jelek-jelek..

    nanti seh mo pilih partainya..terus pilah pilih calegnya

    Reply
  • April 1, 2009 at 12:42 pm
    Permalink

    menurutku diksi ‘pintar’ jauh lebih pas man. pintar menerjemahkan sila pertama pancasila, that is.

    Reply
  • April 2, 2009 at 2:07 pm
    Permalink

    Rama Pratama itu yang mantan ketua Senat Mahasiswa UI, bukan? :D

    Hehehe… bekas aktivis kampus susah benar kalo sudah pakai pin anggota dewan. Mulutnya macam disumpal sepatu.

    PKS? Setidaknya kedinamisan ala oportunisme utk nebeng dimanapun bolehlah diacungi jempol, macam iklan-iklan comotan produk orang :-\”

    Reply
  • April 2, 2009 at 3:07 pm
    Permalink

    Partai Kita Semua..Penuh Kasih Sayang…hidup PKS !!!

    Reply
  • April 3, 2009 at 2:43 pm
    Permalink

    Sebenarnya membangun partai memang harus model organisasinya seperti Golkar. PAN ketika awal terbentuk sudah berusaha membentuk organisasi yang serupa, tapi sayang tidak cukup punya “sesuatu” selain pak Amin. PKS ini juga berhasil membangun organisasi yang kuat, serta tidak terikat ketokohan, mirip2 Golkar (dalam hal organisasi). Saya masih nunggu karyanya di parlemen bilamana bersuara lebih besar. Sementara di eksekutif (bodetabek dan Jabar) sepertinya belum bisa tune in meskipun sudah menang, apakah karena memang ekskutif pilihan PKS bukan kader terbaik yang berlatar belakang manajemen handal (wiraswasta raksasa, professional ternama, eksekutif pemerintahan, militer) sehingga “lambat panas” dalam membuat gebrakan sebagai eksekutif daerah ?

    Reply
  • April 5, 2009 at 6:00 pm
    Permalink

    sepertinya tinggal syariah islam ya yg blom pernah dicoba di indonesia.

    Mungkin bisa mengangkat Indonesia menjadi jauh lebih baik. InsyaAllah. wAllahualam..

    Reply
  • April 8, 2009 at 2:01 pm
    Permalink

    Partai Kebanyakan Singkatan
    Partai Keranjingan Status
    Partai Kampanye Selalu
    Partai Kerajinan Spam

    *berlatih singkatan*

    Reply
  • April 14, 2009 at 9:50 am
    Permalink

    Aq gantungkan harapan besarku pada sebuah partai bernama PKS. yg katax berisi para intelek2 handal yang di kader di sebagian besar kampus2 yg tersebar di seluruh indonesia. smoga harapanq ga cuma skedar harapan kosong. smoga para kader PKS tdk merubah idealisme mereka ketika sudah menjadi anggota DPR.
    SEMOGA

    Reply
  • May 22, 2009 at 12:02 am
    Permalink

    @ awamsangat, karena ternyata banyak orang yang ga terlalu suka ma PKS..

    contoh dilingkungan saya, mereka ga bisa berbaur dengan warga terutama pengajiannya. mereka punya komunitas sendiri jadi ga mau bergabung dengan kami2 ini yg warga biasa..

    just sharing.. ^^

    Reply
  • May 25, 2009 at 10:43 pm
    Permalink

    Boediono, Operator Neolib/IMF di Indonesia?”
    Boediono Membantah Tudingan Neo Lib
    Menyikapi pidato Boediono dalam deklarasi pasangan SBY-Boediono sebagai pasangan capres-cawapres di Bandung beberapa waktu lalu, bahwa saat ini kita sedang menghadapi bukan hanya penjajahan luar negeri tapi juga dalam negeri, Forum Umat Islam menggelar Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) Edisi Khusus bertajuk “Boediono, Operator Neolib/IMF di Indonesia?” di gedung YTKI, Jl. Gatot Subroto, Jakarta (21/5).

    Acara yang diselenggarakan secara khusus bekerja sama dengan Panitia milad Suara Islam Ke-3 itu dihadiri oleh lebih dari lima ratus orang yang memadati Aula Utama gedung YTKI, Jakarta. Hadir sebagai pembicara antara lain Hendri Saparini (Pengamat Ekonomi), Ichsanuddin Noorsy (Pengamat Kebijakan Publik), Ahmad Mubarok (Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat), Fadli Zon (Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra), Zulkieflimansyah (Wakil Sekjen DPP PKS), dan Muhammad Al Khaththath (Sekjen FUI).

    Acara berjalan cukup dinamis dan sempat riuh ketika Ichsanuddin Noorsy memaparkan trackrecord Boediono selama menjadi pejabat pemerintah.

    Saat kepemimpinan Megawati, kabinet gotong royong (2001-2004), Boediono menjabat sebagai menteri keuangan, menurut Ichsan dalam kurun waktu itu boediono setidaknya di sinyalir terlibat dalam berbagai bentuk privatisasi dan penjualan dalam kasus Indosat, tegasnya.

    Dalam kesempatan lain Ichsan juga pernah menyatakan bahwa jika “Boediono terpilih jadi wapres, tinggal tunggu waktu saja bangsa kita jadi budak asing,” pungkasnya. (mj/suara-islam)

    Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) kemarin mengadakan diskusi “Boediono, Operator Neolib/IMF di Indonesia?” di Jakarta. Munculnya Boediono sebagai calon wakil presiden untuk Pilpres 2009 dari Partai Demokrat, memicu polemik lantaran mantan Gubernur Bank Indonesia itu dituding sejumlah kalangan sebagai agen neolib di Indonesia, walau yang bersangkutan telah membantahnya. Beberapa pembicara dalam diskusi itu, Wakil Sekjen PKS Zulkieflimamsyah (kiri), pengamat ekonomi Hendri Saparini (kedua kiri), Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok (tengah), Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon (kedua dari kanan), dan Pengamat Kebijakan Publik Ichsanuddin Noorsy (kanan).(*Bo/Yosep)

    Membedah Tudingan Neolib
    Prasangka publik terhadap calon wakil presiden Boediono sebagai agen neo liberalisme di Indonesia, hingga kini tampak masih terus bertiup kencang. Padahal dalam berbagai kesempatan, mantan Gubernur Bank Indonesia itu telah menyatakan pentingnya peran negara dalam bidang perekonomian maupun ekonomi kerakyatan.

    Menurut Direktur Newslink Corp. Aloysius M. Rebong, tudingan tersebut harusnya didasarkan pada fakta empiris, sehingga perlu dikaji lebih dalam agar tidak menjadi tudingan sepihak. Lantaran itu, Newslink Corp sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang komunikasi tersebut, Senin (25/05) bakal menggelar seminar “Boedionomic: Antara Neolib dan Ekonomi Kerakyatan” di Hotel Borobudur Jakarta.

    “Kita ingin ada penilaian yang jujur terhadap Pak Boediono. Apalagi pada deklarasi di Bandung (deklarasi pasangan capres-cawapres SBY-Boedino, red), jelas-jelas PaK Boediono menyatakan dirinya bukan seperti yang dituduhkan,” ujar Aloy kepada matanes.com, Jum’at (22/05) di Jakarta.

    Dia menyebutkan, sejumlah pakar akan hadir dalam event tersebut, guna mengupas lebih dalam apakah Boediono betul menjadi agen neolib di Indonesia. “Kita banyak melihat perbincangan di media massa, yang menuduh Pak Boediono seorang neolib,” tandasnya.

    Aloy menyebutkan, Boediono sendiri akan hadir dalam diskusi tersebut, selain beberapa pakar seperti ahli ekonomi Raden Pardede, Bara Hasibuan, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Sutrisno dan ekonom Chatib Basri. (*BO/mnews)

    Calon Wakil Presiden (Cawapres) Boediono melambaikan tangan ke arah jamaah usai menunaikan sholat Jumat di Masjid Cut Mutia, Jakarta, Jumat (22/5). Pendamping Susilo Bambang Yudhoyono tersebut bersilaturahmi dengan sejumlah kalangan dalam rangka pencalonannya menjadi cawapres.

    Reply
  • October 14, 2014 at 5:05 am
    Permalink

    Wonderful article! We will be linking to this particularly great article on our site.
    Keep up the good writing.

    Reply
  • January 9, 2015 at 1:52 pm
    Permalink

    I love reading these articles because they’re short but initamrofve.

    Reply
  • March 14, 2015 at 2:54 am
    Permalink

    It’s a pleasure to find someone who can identify the issues so clearly

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.