Seperti yang kita ketahui bersama, somasi seorang Ustad atas mahasiswa UGM nampaknya berujung ke jalan damai. Mirip dengan kasus yang lain, permasalahannya memang bermula dari sebuah tulisan kecil di sebuah weblog, lantas ada yang ndak terima, ngirim email, dan tulisan di blog itu harus lenyap. Tapi memang, dalam suasana Ramadhan (dan pendadaran), perdamaian menjadi preferensi yang menarik.
Menurut hemat saya, sebetulnya Sunu tidak perlu merespon tuntutan via email tersebut, apalagi tulisan Sunu tentang dakwah komersil itu sama sekali tidak menyebutkan nama orang secara langsung. Bagi saya, tuduhan dalam email tersebut tidak berdasar dan justru terasa mengancam perlindungan yang diberikan kepada warga negara dalam mengutarakan pendapatnya.
Pilihan untuk menempuh somasi juga terasa tidak pas, karena untuk kasus yang sedemikan lemah, kerepotan untuk memperbaiki opini massa akan lebih berat daripada hasil dari somasi itu sendiri. Selain itu, somasi untuk artikel yang ‘aman’ semacam tulisan Sunu, justru akan menimbulkan kekhawatiran dalam mengutarakan pendapat di ruang publik. Seperti ndorokakung bilang, “Sekarang giliran Sunu, besok mungkin saya, lusa sampean, dan siapa lagi berikutnya.”
Dalam perjalanan menjadi negara demokrasi yang matang, kebebasan berpendapat memang menjadi sebuah isu yang serba abu-abu. Yang jelas, bagi saya ini bukan momen untuk takut berpendapat, tapi momen untuk lebih terampil mengutarakan pandangan kita.
pertamax
kebebasan berpendapat penting, dan berani bertanggung jawab pada apa yg kita katakan juga penting.
:|
perdamaian setelah somasi lebih tepatnya..haha
Yap… ga ada suatu masalah yang selesai karena perang… di mana-mana damai adalah penyelesaian masalah, semoga aja perdamaian ini bisa terus berlanjut..:)
Btw… ane punya website di http://www.puthzel.com atau http://puthzel.com/index.php isinya tentang berita-berita juga tapi segala tentang TIPS & TRICKS semoga web ini bisa memperkaya wawasan temen-temen… thanks…
wekekekek…
elektro ma SMA 3 emang heboh yo mon..
ah, setelah lama ngilang akhirnya diapdet jg, ha3… :)
yah, kalo menurutku berarti artikel itu mengenai sasaran dong. Soalnya yang dimaksud disitu kan akhirnya juga tersindir juga, ha3… :) Cuma reaksinya yang muncul ternyata berlebihan kan juga menunjukkan klo ustad-pun juga manusia, ha3… :D
kalo akhirnya udah berdamai ya baguslah. Tapi perdamaian ini kan jg gak berarti kritikan itu gak boleh dilakukan kan??
saya juga agak menyesal kenapa Sunu harus menarik ucapannya lalu meminta maaf. padahal tiada satu nama pun disebut.
logikanya sih, si sunu gak salah yak? trus kenapa takut dan ngapus postingannya?
aneh….
eh lama banget gak ke sini. ada dokter monika sekarang ya, mon? huaaa…lucuuuu….:))
hmmm… tapi tulisan sunu itu menyerang umum tapi yg ditembak perorangan. yg selalu membicarakan sedekah ya cuma ustadz Yusuf Mansyur itu yg mensomasi sunu. ga ada lagi.
teknik begini menurut saya kurang bertanggung jawab karena cenderung menutup peluang pihak yang terkait untuk melakukan klarifikasi. misalnya di tulisan suni ditulis tentang dai kondang Jawa Barat dan dai sejuta umat. pada tahu kan kalo yg disebut adalah Aa Gym dan Zainudin MZ. lah masa Aa tiba2 melakukan klarifikasi dan somasi ke sunu dan dia menyebutkan bahwa Aa lah ustadz kondang itu… lah kagak bisa kaleee..masih mending kalo ustadz Yusuf Mansyur ga malu2 amat dia mengakui di emailnya bahwa julukan ustadz sedekah itu begitu lekat dengan dirinya (padahal bukan dia yang ngasih julukan itu)..
Sunu harusnya lebih berani lagi,show must go on.ustad juga manusia
Perdamaian itu indah
sang ustadz atau managementnya terlalu bersemangat dalam berdakwah, termasuk dakwah lewat somasi :)
saya sangat menyayangkan munculnya somasi tersebut. harusnya jika merasa keberatan (ya diletakkan donk..), hendaknya dibicarakan dulu dengan pendekatan kekeluargaan, amar ma;ruf – nahi munkar, sekaligus merajut tali silaturahmi. pasti hasilnya lebih baik dan menentramkan hati.
bukan begitu ustadz..?
Tapi alhamdulillah, akhirnya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak.
sebenarnya yang harus dikedepankan adalah legowo menerima kritik. Ternyata enggak semua orang berpikiran terbuka terhadap kritik dan selalu diasosiasikan dengan ‘penyerangan’
Kapan yah menjadikan masyarakat yang dewasa dan berpikir terbuka?
kita masi boleh komen kan?! ntar ikut-ikut disomasi juga?!
sunu gak harus ngapus tulisannya kalo aja dia bisa nunjukin bukti yang kongkrit bahwa tulisannya bukan cuma omongan pinggir jalan yang diangkat ke media.
saya ndak ikut ikut ah.. coba tanya bu dokter monica saja.. sudah lama beliau ndak muncul..
Mmm, kayaknya ga nyebut nama ya…
tapi kok bisa kayak gitu ya…
jadi inget kasusnya boy kuyo
kamu akan aku somasi, mon…mosting gak bilang2x
Ustad e bener mon.. khan ada ayat.. Walaa tasytaru bi ayaatina tsananan Qaliila
Jangan kau memperjual belikan ayatKU dengan harga murah..
dia jual dengan harga tinggi kok :D
menarik mengikuti berita tentang KH zainudin MZ, disaat pamornya mulai naik dengan mengisi sebuah acara religi di stasiun tv, kini tersandung maslah asusila, menjadi pertanyaan, apakah ada kepentingan dibalik tuduhan ini, hanya dengan sikap bijak kita bisa menjawabnya. salam sukses bro…
Thanks for sharing such a nice thought, paragraph is good, thats why i have read it entirely