Bermula dari diskusi soal RUU Anti-Pornografi dan Playboy Indonesia, teman saya Ajeng, kemarin berkomentar soal kebijakan kita yang sering jangka pendek. (Kurang lebih gitu ya Jenx? Yang jelas penyampaiannya lebih cerdas dan elaboratif)

Indonesia itu seperti orang berenang yang akan tenggelam. Orang kalau sudah mau tenggelam, tinggal tangan yang diatas air, badan ngepak-ngepak, dan mulut mangap-mangap… ya wajar sekali kalau mikirnya jangka pendek: selamat. Tidak peduli lagi ayunan tangannya salah. Tidak peduli cadangan nafas terlalu sedikit. Tidak peduli lagi gerakan kaki yang terlalu cepat bisa menyebabkan cidera dalam jangka panjang. Seluruh anggota badan sedang berusaha keras untuk selamat keluar dari air.

Singapura, sebelah kita, renangnya sudah bagus dan cepet, tapi karena badannya kecil jadi staminanya letoy. Amerika dan Jepang renangnya sudah oke, sehingga dia sudah mulai memplanning gerakan-gerakan renang termutakhir untuk keuntungan masa depan.

Masuk akal kan kalau selama ini tindakan-tindakan kita cenderung jangka pendek?

Sayangnya tidak :( Jika semua anggota badan Indonesia berjuang bersama-sama agar selamat, tentunya kita bisa lebih cepat survive.

Mungkin karena kita sudah terlalu lama tertindas dan tenggelam di dalam air, dari pengamatan saya, saat ini semua anggota badan Indonesia sudah saling tidak percaya dan justru cari selamat sendiri-sendiri. Tangan berusaha menggapai tiang. Kaki memilih renang. Kepala memilih ke utara. Perut ke barat daya. Paru-paru mengancam akan menyikat Playboy Indonesia. Usus mengimpor beras dan pantat piknik ke Mesir. DPR hingga Dosen rebutan proyek. Sopir bis dan dokter kejar setoran. Pebisnis menyuap pemerintah. Ulama kejar tayang. Polisi rajin menilang. Fakir miskin rebutan sesuap nasi seperti binatang….

Dan masih banyak lagi.

Kalau semua orang sudah tidak punya common-goal dan mau selamat sendiri-sendiri, tenggelamnya tinggal menunggu waktu dooong!

Indonesia Tenggelam

20 thoughts on “Indonesia Tenggelam

  • January 21, 2006 at 1:32 am
    Permalink

    Eh Hormon sadarkah engkau bahwa pikiran kita sejak kecil sudah di buat untuk menjadi mesin pencetak uang (kapitalis abis boo), kalau di lihat dari zaman bahela (purba) manusia cuma mikir satu , makan , tidur, punya keturunan , abis itu mate. yang terjadi di sekarang ini kaya yang elu bilang :
    DPR hingga Dosen rebutan proyek. Sopir bis dan dokter kejar setoran. Pebisnis menyuap pemerintah. Ulama kejar tayang. Polisi rajin menilang. Fakir miskin rebutan sesuap nasi seperti binatang….
    semua itu karena sistem yang kita buat sendiri, coba elu pikir saat pertama mata uang diciptakan , para pembuat duit ini pasti enggak bakal duga bahwa sekarang manusia cuma hidup untuk uang, semua maunya untuk perut dia sendiri
    dari comments elu gua nilai tentang semangat nasionalis kita yang memudar. gimana enggak contoh nya aja tawuran antar mahasiswa wakwkakwkakwa lucu banget sama-sama Indonesia , bahasanya sama , makan nya sama-sama Nasi, ko berantem. na itu cermin sosok wajah kita.

    Reply
  • January 21, 2006 at 7:01 am
    Permalink

    ciken.. anonim…

    btw, cuman mau memperjelas bagian..

    …ulama kejar tayang….

    :D

    Reply
  • January 21, 2006 at 7:14 am
    Permalink

    Wah uang itu tidak diciptakan begitu saja. Orang tidak berkumpul lalu mencetuskan: “Hei, bagaimana kalau kita membuat uang!” Uang muncul ketika sistem barter dirasa tidak efektif. Sistem barter sendiri sebenarnya juga memiliki ciri materialisme.

    Point saya adalah (saya coba perjelas karena postingan diatas diketik jam 12 malam sambil ngantuk jadi emang kesannya kayak ngelantur gituw), sebagai bangsa yang sudah abused selama waktu yang cukup lama (350 tahun-an), saya kok merasa semua orang sudah tidak mempedulikan hal-hal lain selain cari duit. Sopir bis tidak peduli pengguna jalan, yang penting setoran tercapai. Dokter juga. Yang di pemerintahan, juga sibuk bagaimana mencari uang tambahan, tidak peduli kebijakannya merugikan konstituen-nya. Dosen juga tidak peduli mutu akademik kuliahnya, yang penting rejeki banyak.

    Ini tidak salah, karena sifat dasar manusia memang demikian. Tapi ketika orang cuma memikirkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain, sehingga orang lain jadi rugi—ntah dalam jangka pendek atau jangka panjang—itu namanya merusak. Dan ini yang sedang saya rasakan terjadi di sekeliling saya (*tanpa berusaha nampak seperti orang sok alim*).

    Makanya susah juga negur supir bis supaya nyetirnya nggak ugal-ugalan, lha wong yang di pemerintahan aja nggak jauh beda kok.

    Anyhow, semoga diskusi ini bisa berkembang menjadi diskusi yang sehat.

    Reply
  • January 21, 2006 at 8:58 am
    Permalink

    Tenggelam ato mengambang itu pilihan. Dalam situasi krisis kayak sekarang, atau gemah ripah loh jinawi.. Jumlah rejeki dan kesempatan untuk maju tidak berubah. Tak jadi lebih banyak, atau lebih sedikit. Hanya pindah tempat. Orang cerdas tahu bagaimana hidup menunggangi gelombang, bukannya tergulung di dalamnya.

    Tapi kalo pendapat pribadi, saya sih yakin Indonesia gak akan tenggelam dalam waktu dekat. Bangsa kita ini agak bodo (adakah bahasa yang lebih buruk?), tapi punya mental survive yang luar biasa. Buat diajak maju sulitnya minta ampun, tapi buat tercerai berai macam Rusia dulu juga gak gampang. Agak aneh emang, but that’s it! Biasakan hidup dengan kontradiksi dan nikmatilah sambil minum teh panas + nasi kucing di angkringan .

    That’s why I love this country so much, even in the worst part :)

    Reply
  • January 21, 2006 at 9:37 am
    Permalink

    wah, hati-hati mengatakan ulama kejar tayang loh,mon…kemaren aku sudah dicaci maki gara-gara menolak POLIGAMI…mana dibilang menghembuskan isu SARA…waaa…aku pucing:D

    Reply
  • January 21, 2006 at 11:45 am
    Permalink

    btw di atas itu Arief Budiman yang ini bukan ya? :))

    Kalau menurut saya sih ini soal leadership. Seperti opini para pengamat sosial-politik sekitar 3-4 tahun yg lalu, bhw bangsa ini sudah kehabisan seorang leader, bangsawan dan negarawan.

    Dulu kita punya Bung Karno dengan nasionalismenya, yang tidak sekedar di mulut dan berujung pada demo di jalan-jalan, tapi tindakannya nyata, dan membuat Indonesia menjadi negara yg disegani di Asia-Pasifik.

    Atau mungkin, ini bagian dari proses pendewasaan, dan merupakan titik kritis. Jika kita bisa melewatinya, mungkin kita bisa jadi bangsa yg besar, meskipun sudah terlambat sekian puluh tahun.

    Apalagi kita kaya potensi dan sumberdaya alam. India misalnya, kondisinya tidak jauh beda dengan kita (kemiskinan, masalah kependudukan, utang l.n, dst) tapi mereka mulai bangkin ekonominya dengan memaksimalkan potensi intelektualitasnya. Juga China, 10 tahun yg lalu seperti apa, skg ? perekonomiannya sangat maju, pertumbuhan ekonomi 2 digit. Rakyat meningkat kemakmurannya.

    Indonesia lebih dari sekedar China dan India. Sejarah bangsa ini telah membuktikan bhw bngs kita bisa berjaya di dunia, sejak jaman kerajaaan. SDA melimpah, sumber minyak, tujuan pariwisata dunia, dst.

    Lalu kenapa spt ini? kita butuh leader, seorang pemimpin yang dipercaya 200 juta lebih penduduk Indonesia, yang bisa mengarahkan effort kita untuk pemberantasan korupsi ketimbang ngurusi majalah porno, yang memperhatikan pengembangan riset dan pendidikan ketimbang membuat fatwa-fatwa haram dan melarang ini itu, memberi insentif pada industri kecil untuk berkembang ketimbang ribut soal beras, dan berani bicara di pentas dunia ketimbang selalu berkoar-koar tentang anti-kapitalisme atau anti-Amerika.

    Reply
  • January 21, 2006 at 6:27 pm
    Permalink

    Bukan, Mas Topan.. tapi saya ikut berduka cita atas meninggalnya Mas Leysus..

    Reply
  • January 22, 2006 at 12:23 am
    Permalink

    ya semoga kata-kata mas arief budiman benar, eh herman elu enggak salah tulis
    Sopir bis tidak peduli pengguna jalan, yang penting setoran tercapai. Dokter juga. Yang di pemerintahan, juga sibuk bagaimana mencari uang tambahan, tidak peduli kebijakannya merugikan konstituen-nya. Dosen juga tidak peduli mutu akademik kuliahnya, yang penting rejeki banyak.

    Ini tidak salah, karena sifat dasar manusia memang demikian. Tapi ketika orang cuma memikirkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain, sehingga orang lain jadi rugi—ntah dalam jangka pendek atau jangka panjang—itu namanya merusak.

    wewe terus dimana nilai luhur dari suatu profesi bukan kah dokter mempunyai tanggung jawab untuk memastikan seseorang yang sakit untuk sembuh, seorang pengajar mengajar untuk mecerdaskan bangsanya . kalau elu membenerkan tindakan apa yang elu tulis tadi cara berpikir elu udah sama seperti mereka.
    gua jadi bertanya-tanya kalau gitu cara kita untuk bangkit gimana?, sorry ,mas arief menurut gua survive dengan terus dirong-rong perut yang lapar serta ketidak mampuan untuk melawan deras nya produk luar , apa lagi kita cuma bisa mikir komsumtif rasa sangat tersiksa.

    Reply
  • January 22, 2006 at 12:34 am
    Permalink

    Psikopat tulen lain kali kalau nulis pakai koma dan titik ya? Saya pusing bacanya. :P

    Oiya, saya tidak salah nulis, atau setidaknya saya merasa demikin.

    Catet nih :P, saya tidak membenarkan apa yang dokter dan dosen lakukan. Sebaliknya saya merasa banyak dokter dan dosen (terutama dokter) sudah melakukan hal-hal tersebut.

    http://hermansaksono.blogspot.com/2005/09/beda-supir-bus-dengan-dokter.html

    Info rahasia: saya nulis posting ini dalam keadaan setengah ngantuk. Tadi pagi sebenarnya saya sempat kepikiran untuk menghapus postingan ini, karena ramutu. Mumpung masih pagi belum ada yang baca. Tapi Psikopat tulen dan ardho sudah comment duluan :((

    Catatan: jangan nulis dalam keadaan ngantuk.

    Reply
  • January 22, 2006 at 12:51 am
    Permalink

    wkakwkakwkka sep saranya, enak aja ngantuk , gua ini mahkluk malem cuma bisa aktif saat malem semua yang gua tulis full kesadaraan bukan uncounsius mind bro. udah gua duga elu pasti ol jam hari gini. gua mau kasih saran setiap dari blog elu memang kadang menimbulkan perdebataan tapi tidak ada kesimpulan serta jalan keluar jadi cuma muter-muter doang

    Reply
  • January 22, 2006 at 12:55 am
    Permalink

    Hmmm emang diskusi harus ada kesimpulannya? Disimpulkan sendiri kan juga bisa mas ;) Sebuah ide kan tidak ada yang final, harus selalu diuji dan didiskusikan.

    Oiya, baris ini sebenernya ditujukan kepada saya:
    Catatan: jangan nulis dalam keadaan ngantuk.

    Tapi, rupanya malah ada yang kesindir :P

    Reply
  • January 22, 2006 at 1:08 am
    Permalink

    luar biasa luar biasa bravo, memang kesimpulan pasti berbeda pada setiap orang bahkan mempunyai arti yang berbeda. bukan gitu kalau ada suatu masalah bukan kah lebih baik di bedah satu – satu di kelompokan lalu di kaji kenapa hal tersebut bisa terjadi dan terkadang hal ini malah tidak ada maka karena itu penyelesain cuma untuk pribadi orang.

    Reply
  • January 22, 2006 at 6:45 am
    Permalink

    Suka dan paling kesel binti sebel sama negeri tercinta gw!! Huh..gw pantau dari kejauhan gak ada kemajuan hampir dalam segala hal.

    Jengkel cuma dengerin talk only no action..Coba bayangin beberapa temen2x gw di negeri kincir angin yg cuma seumprit dgn mulut besar mereka mengatakan kalo negara kita negara miskin!

    Dasar goblok! Gak pernah di ajar sejarah bahwa negaranya kaya raya karena kita! 350 thn mek kita di jajah dan di kuras habis isi kekayaan sumber daya alam kita..dan mereka nggak TAU?! “Ha, apa 350 thn kita jajah Indonesia?? masa sih??” Gitu jawaban generasi 30 tahun terakhir ini.

    Berani2xnya mereka bilang negara kita miskin dan korupt! Memang masih banyak manusia2x yang tidak peduli akan sekitarnya. LU-lu gw-gw. Kenapa mereka nggak mau bersatu untuk maju..jangan hanya menguras berkat orang lain untuk kepentingan pribadi. Kalo begini terus kapan majunya negara kita.

    Gila..Indonesia itu kaya raya loh! Cuma nggak sadar aja kalo negara kita di goblokkin negara2x yg udah maju.
    Apa yg kita nggak punya?? Minyak?? ada, Rempah2x? ada, hutan? ada, Pantai? ada, sumber daya alam?? bejibun..mau apa?? kita punya semua!!

    Tapi kok masih banyak perusahaan2x asing yg bersenang2x di atas bumi Indonesia ini. Kok bukan kita yg jadi BOSS tapi malah sebaliknya.

    Heran gw, dan sangat menyedihkan.
    Ngomong sampe dower, lobang kuping sampe lebar, kalo gak di dengerin omongan kita sama aja bodong Man..

    Gila udah merdeka 60 taun masih merayap kaya lintah.
    Mau tetep optimis tapi liat kenyataan malah jadi pesimis.

    Reply
  • January 22, 2006 at 6:08 pm
    Permalink

    arief budiman : hah? leysus meninggal?? :(

    *melenceng dr topik*

    catatan : jangan nulis komen sambil ngantuk…

    Reply
  • January 24, 2006 at 9:02 pm
    Permalink

    Bukannya RI sudah tenggelam dari dulu? Atau lebih sopannya pernah tenggelam.
    Ingat dg jaman-jaman seteleah kemerdekaan? yang waktu itu masih sering ada perjanjian2 dg Belanda.
    Sedikit yang saya ingat, wilayah RI pernah hanya tersisa Yogyakarta.
    Tapi koq sekarang jadi luas lagii ya??

    ahh mbuhhh, saya bukan sejarawan,
    ngikuti pelajaran sejarah aja udah malezz, tapi kalau ada yg tau ttg hal tsb, tolong ceritakan lagi.

    Reply
  • January 24, 2006 at 9:03 pm
    Permalink

    Sorry tadi lupa ngasih nama,
    gak afdol kalo pake anonymous

    ekow

    Reply
    • May 2, 2011 at 7:08 pm
      Permalink

      It was dark when I woke. This is a ray of snuhnsie.

      Reply
  • January 24, 2006 at 11:59 pm
    Permalink

    kakak ekow dulu Indonesia tengelam mememang pernah, tapi bukan kah setiap daerah dulunya pernah terjadi pergolakan akibat semangat rakyat yang sadar bahwa sudah dijajah (Bandung lautan api) ,kalau enggak salah sehabis prokelamasi 45 saat belanda menurun kan tentara apa namanya saya lupa saat itu di jawa bagian mana saya juga lupa pokoknya sebelum perjanjian Renville.

    lalu Soekarno mengirim Mohamad Hatta untuk menyelesaikan sengketa dengan Belanda dimana kesepakataan tercapai, Belanda mengakui kedaulatan RI serta menganti rugi kepada RI setelah di jajah sekian lama. tapi saya denger kabar banyak arsip nasional kita justru berada di Belanda ini ?.

    Reply
  • March 8, 2006 at 1:02 pm
    Permalink

    Indonesia memang sedang tenggelam. (Helloww! wake up people!)
    Percuma juga komplain, emang sudah menjadi kenyataan bahwa Indonesia memang sudak bobrok. Kaya akan potensi dan natural resourses, tetep aja hutang tinggi, inflasi tinggi, sekarang import beras dan gula lagi. Yang paling penting sekarang bagaimana agar bisa maju seperti negara-negara tetangga. Gw mencoba membahas negara-negara berikut: (menurut pandangan gw sendiri)
    China. chairman Deng Xiao Ping sadar akan potensi negaranya yang mempunyai populasi terbanyak didunia dan jika ingin ngotot menerapkan komunis murni seperti Uni Soviet, maka china akan bangkrut. Reformasi ekonomi dan “pembukaan” china dengan mengijinkan para investor untuk menanamkan modalnya. (harap ingat, paham komunis pada dasarnya adalah sistim ekonomi yang berlawanan dengan kapitalis). Untuk maju, mau-tidak-mau China harus menerapkan sistim ekonomi kapitalis dengan pemerintahan komunis dalam globalisasi dunia, untuk bisa maju. ditambah dengan tenaga kerja yang (sangat) banyak dan (sangat) murah, maka para investor rame-rame membuat pabrik-pabrik dan industri-industri. Made in China anyone?
    Singapura. Lee Kwan Yu sejak mendirikan negara Spore dan lepas dari Malaysia tahu bahwa negaranya sangat kecil, tidak mempunyai apa-apa sama sekali, TAPI letak geografis Singapura sangat-sangat strategis. Apa yang dia lakukan? menjadikan negaranya sebagai negara Trading dan pusat pelabuhan (Port).
    Malaysia. Sangat disayangkan sekali dulu Soekarno menolak bangsa melayu yang ingin bergabung ke Indonesia menjadi satu negara. ada satu perbedaan antara Mahathir dengan Soeharto walaupun sama-sama lama memimpin negaranya: Mahathir mempunyai visi dan Soeharto mempunyai korupsi.
    Thailand. Sawa dhi krap. sebetulnya orang Thailand sama aja dengan orang Indonesia, korupsi juga banyak disana, selera makanan juga sama-sama pedas. hanya bedanya mereka lucky tidak pernah dijajah sehingga mental mereka lebih merdeka dan bisa lebih berkembang. Orang Thai sadar akan potensi agraria mereka sehingga mereka bisa dapat mengembangkan produk-produk hasil bumi dengan kwalitas yang sangat bagus. kalo gak salah Beras Thailand dan Durian Thailand banyak dijual dimana-mana deh…
    salam dari Tokyo

    Reply
  • February 5, 2007 at 12:01 pm
    Permalink

    Yah itulah negara kita… bencana kagak ade abis-abiznya… sementara orang-orangnya kagak mau sadar-sadar… siapa yang mau ngubah diri kite…
    kite tanye pada rumput yang bergoyang..

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.