Diskusi sebenarnya adalah hal yang sangat positif, apalagi diskusi yang berisi argumen smart dan heterogen, karena itu adalah wahana untuk menguji opini dan pengetahuan kita. Konon, seperti itu bisa membuat orang semakin cerdas.
“Dan apa yang dibutuhkan Indonesia saat ini anak-anak???”
“Orang-orang cerdas ibu guruuuuu!!!”
Tetapi entah kenapa, budaya kita (Jawa tepatnya) cenderung memilih untuk menciptakan perdamaian semu dengan menarik diri dari diskusi, terutama jika diskusi mulai terlihat atos (tidak terkecuali saya, tapi saya sedang belajar untuk tidak takut berdiskusi). Contohnya di blog milik Dewi, sedang muncul opini agar kita menarik diri dari diskusi yang berbau SARA. Memangnya apa sih spesialnya SARA kok sampai tidak boleh diangkat? Takut menimbulkan kerusuhan? Kalau begitu, mas-mbak yang diskusi jangan emosian dong. Diskusi memang butuh ketenangan dan kearifan, selain juga pengalaman.
Saya tidak menyangkal kalau sebagian orang-orang di pelosok Indonesia yang lebih terbelakang dan pendidikannya kurang, mungkin lebih sensitif kalau SARA disinggung-singung. Tapi kalau tidak pernah belajar untuk tidak reaktif terhadap pandangan orang lain, saya rasa kerusuhan antar agama bisa menjadi agenda tahunan :P
Lucunya lagi, budaya kita juga membiasakan diri untuk mengharapkan kesimpulan dari sebuah diskusi. Seolah-olah diskusi tanpa kesimpulan adalah upaya membuang-buang waktu saja.
Di Milis Dosen UGM misalnya, beberapa dosen mengkritik pola diskusi di milis tersebut karena setiap diskusi yang keras akhirnya menggantung begitu saja, tidak ada kesimpulannya… Aneh ya? Udah jadi dosen kok masih minta tolong dibuatin kesimpulan :P Disimpulkan sendiri kan bisa. Lagipula, sebuah wacana tidak wajib difinalkan dan diseragamkan. Kenapa kita tidak berikan saja otonomi untuk menyimpulkan diskusi kepada masing-masing peserta dan pendengar diskusi?
trus kesimpulannya apa? ehheeh…
gue rasa pada takut kali…takut diskusinya ternyata bisa munculin fakta-fakta ato teori yg bisa mematahkan apa yang udah mereka yakinin sejak lama.
contoh yg semua orang pasti tau aja lah. liat oom C. Darwin dgn teori evolusinya. rusuh kan tuh…
gue sendiri lagi diskusi sama bbrp temen utk ngeyakinin mereka ttg sebuah metode baru yg lebih bagus. tp gara-gara metode lama yg udah mengakar bgt di otak mereka, tmen2 gue ini pada mati-matian ngebelain cara mereka. padahal udah jelas salah…
jadi ngelantur ngga sih gue? masih setengah melek nih…
Topik menarik, Mon. ;)
Kalau saya liat sih kenapa diskusi agak “ditabukan” menyentuh topik SARA, karena memang SARA, khususnya terkait agama untuk sebagian orang memang tidak untuk didiskusikan.
Ada sebagian (besar?) orang yang beranggapan kebenaran agama itu mutlak, sehingga memang tidak untuk menjadi objek diskusi, perdebatan, penelitian, dst.
Padahal, satu syarat utama suatu topik bisa menjadi bahan diskusi adalah jika peserta diskusi dan topik tsb bisa diurai dengan logika, sehingga meskipun pada akhirnya tidak terjadi kesepakatan, tapi masing-masing peserta diskusi bisa memahami alur diskusi, dan diskusi bisa berjalan.
Melogikakan topik terkait agama ? bisa2 kamu dituding tidak beriman, kafir atau sesat! :))
Note : kejadian ini hanya berlaku di negara-negara terbelakang sepertinya. Hehe…
gua setuju untuk tentang membicarakan segala sesuatu bahkan terpaut tentang SARA sekali pun soal nya kita negara bebas (demokerasi culun), dengan kata lain kalian seakan-akan berusaha mencari kebenaraan yang tidak ada batas, bukan kah sesuatu akan lebih baik jika ada jalan keluar dari suatu permasalahan , coba anda pikirkan segala keruwetaan yang ada kita cuma pikir ngomong tanpa ada perubahaan yang berarti (NATO: NO ACTION TALK ONLY),gua mau nambain kata-kata topan anak jalanan, bukan hanya negara berterbelakang tapi negara yang mengagung-agungkan agama padahal agama sendiri bisa di bedah menurut ilmiahnya (Teologi metafisik atau theodicea). oh iya gua suka sekali gaya menyidir elu penuh dengan intelektual
oh iya gua lupa Rizky elu udah pernah baca karya Darwin belom, masa dia bilang paus itu berasal dari beruang yang berusahaan untuk berenang,dan lebih parahnya lagi manusia di nilai evolusi primata, Rizky emang elu mau di bilang monyet.
The Origin of Species bukan tulisan yg susah dicari kok.
ummm….gue tadinya mau ngebales lebih lanjut komentarnya mang Psiko..tapi ngga jadi. klo di pikir-pikir lagi komentar gue bisa bikin topik ini jadi melenceng dari konteks en topik awal.
dengan gaya WWF. gue melakukan tap out…
hehehe…bisa aja ya ngelesnya…
sepertinya orang kita harus diajarkan untuk menahan esmosi terlebih dahulu. orang kita kenyataanya lebih cepat naek darah alias marah/tersinggung. contoh kecil, ketika aku sedang di hard rock cafe singapore, yg kebetulan tidak boleh merokok didalam, aku liat ada seorang pengunjung merokok. ditegur ama waiternya, oh sorry katanya. coba orang kita….suka suka gue donk !!! jadi lo mau apa ??? gengsinya terusik.
satu lagi saat aku n my hubby lagi di changi airport, disediain internet gratis. my hubby asyik maen chess di internet. tiba2x datang seorang bule yg kayaknya butuh internet banget ; we are all busy here, and u playing chess ?? laki aku cuma oh sorry, and ngasi komputernya ke dia. kalo ornag kita kali ; suka2x guelah mau maen catur, mau ngapain. gue duluan kok yg dapat nih komputer !!
baca baik-baik dulu dong mas Herman yg terhormat dan cerdas..tamu Dewi datang baik-baik dgn memberi komentar soal kalimat bu dewi yg kasar dan vulgar (itupun diiringi dgn kata ‘piss’).
Dan maksud si tamu nggak melarang diskusi SARA tapi cara bu Dewi yg menginjak-injak SARA karna SARA itu juga bersifat sensitif, dgn pernyataan bu dewi yg udh dihapus oleh bu Dewi ,kira2 bunyinya seperti ini:kenapa nggak diberantas saja poligami yg menurut dia melecehkan perempuan,dan menggunakan bahasa Vulgar yg berhubungan dgn lobang vag1n4,celup dan sebagainya.
Dan yg bu dewi lakukan bukan menDISKUSI kan Sara tapi mengINJAK-INJAK SARA.
Hhkk…
Kalo sitamu tau bapak dan ibu ini ternyata nggak bisa diajak berDISKUSI (malah jadi kagak nyambung),sitamu bakalan nggak sudi untuk berdiskusi atau berkomentar satu huruf pun..
… just wasting my precious time…..
mungkin itu memiliki mind set yang berbeda,mungkin referensi bacaan anda selama ini tidak pernah menyentuh yang sedikit keiri-kirian…ada yang salah dengan vagina????
coba anda tengok novel AYU UTAMI…:)
Yah saya setuju sekali dengan opini r. topan berliana, memang Mas Mon kalo udah menyangkut SARA diskusi akan menjadi lebih panas justru akan cenderung menjadi anarkies, hal ini khan yang harus kita hindari. Hal yang berbau agama memang seharusnya tidak untuk didiskusikan, apalagi didiskusikan oleh orang diluar agama yang kita anut ( lihat oponi saya di Blog Dewi ), jadi menurut saya hal-hal yang berbau SARA sebaiknya dihindari untuk menjadi bahan DISKUSI ( TABU. Red ).
Di Milis Dosen UGM misalnya, beberapa dosen mengkritik pola diskusi di milis tersebut karena setiap diskusi yang keras akhirnya menggantung begitu saja, tidak ada kesimpulannya… Aneh ya? Udah jadi dosen kok masih minta tolong dibuatin kesimpulan :P Disimpulkan sendiri kan bisa. Lagipula, sebuah wacana tidak wajib difinalkan dan diseragamkan. Kenapa kita tidak berikan saja otonomi untuk menyimpulkan diskusi kepada masing-masing peserta dan pendengar diskusi?
Kalo diskusi, tujuannya adalah untuk mencari solusi dari suatu wacana, Mon…
Beda lagi halnya dengan debat, yang tentu saja tujuannya lain..
Kenapa orang sering menarik diri dari debat atau diskusi..?
Karena kebanyakan orang mulai menyerang dari sisi yang tidak sehat saat dia mulai merasa kalah. Contohnya : ngomongin orang lain cupu, mengejek soal penampilan, dan lain sebagainya.
Bagi orang – orang yang gerah melihat hal ini, ya pasti cabut dong… karena ngga ada gunanya lagi diterusin.. :)
bang Hans yang terhormat gua tau sekali perasaan mas yang takut terjadinya perang saudara cuma gara-gara SARA, tapi jika kita punya niat baik dalam membahas suatu wacana dengan melepas segala embel-embel yang ada dikita (agama, status, gender, dll).
demi suatu niat yang baik dimana percakapan tentang SARA bisa menjadi cermin kita untuk lebih dewasa dalam menghadapi puralitas , dalam percakapan tentang hal yang menurut saya terdapat ambiguitas ini, dituntut kecedasaan emosi kita , bukan kah hal ini yang ingin disampaikan mas momon tapi, saya bukan membela mas momon saya hanya mengatakan apa yang ada di otak saya.
maka karena itu saya selalu menekan kan ada suatu kesimpulan (walaupun saya tau hal ini hanya bisa berlaku untuk diri perorang).
tapi saya mau tanya kenapa setiap orang yang membicarakan SARA bisa naek darah ? kita mesti tau alasan seseorang naek darah, ya sudah anggap saja comment ini sebagai komen yang tak bermutu dan melenceng dari topik
memang topik ini menarik, dan rasanya hubungannya ke budaya kita yang kurang bisa menerima pemikiran atau pilihan orang lain. mungkin kita terbiasa di orde baru, di mana semuanya ditentukan sama pakde. jadi kita cenderung mencari panutan, dan manut saja dengan pilihan panutan tersebut. nah, kalau ada orang lain yang berbeda pilihan, langsung hajar habis bleh. kayak fpi aja.
ehm , pendapat akang setiawan ada benernya juga soalnya sekarang sudah terjadi pergeseran paradigma berpikir, dan hal itu suatu hal yang tidak tabu, tapi enggak itu doang mas pada masa orde baru pengekangan kebebasan pendapat dan diskriminasi merajalela, dan saya adalah salah satu korban diskriminasi itu. coba inget-inget yang namanya stasiun TV dulu cuma ada satu. sekarang bebebebellelele berjibun.
“Kalau begitu, mas-mbak yang diskusi jangan emosian dong”
=) iya itu dia…harus cari person dan timing yang tepat buat nge-diskusiin segala sesuatunya ^_^
saya tertarik juga nih sama statement di comment mba dian.
mungkin mind-set indonesian musti dibagusin dulu, musti di-refresh berkali-kali dan dijauhin sementara dari urusan perut dan duit (untuk urusan berpikir)
saya rasa diskusi itu seeP seeP aja untuk timing dan pelaku yang tepat, plus dilakukan dengan itikad baik dan penuh kehati-hatian. itu kesimpulannya ^_~
wee ada tamara bulemaenski cek3x udah cerai kawin aja sama gua mau ^_^
first of all…
org gila tulen..kesimpulan yg gue dapet…
You’re just a pathetic…
lo tipe komentator yg bego tapi belagak pinter..siapa sih diri lo..kalo berani tunjukan jati diri lo…
mbak Tamara ngasih komen yg sopan dan baik..lo menjawab dgn jawaban bego dan nggak mutu..
kasiaaan deh looowwww….
HOWGOODYOUMAKEURSELFLOOKMORON
psikopat tulen.listen TO ME:
AWAL NYA YG DITULIS DEWI BUKAN NGEBAHAS SARA TAPI MENYERANG SARA, NGOMONGIN SARA BOLEH2 AJA TAPI JANGAN MENGINJAK2 SARA KARNA SARA ITU SIFAT NYA SENSITIF, SEKALI LAGI SENSITIF BUNG!!!
PSIKOPAT TULEN SAYS:
“gua tau sekali perasaan mas yang takut terjadinya perang saudara cuma gara-gara SARA, tapi jika kita punya niat baik dalam membahas suatu wacana dengan melepas segala embel-embel yang ada dikita (agama, status, gender, dll).
demi suatu niat yang baik dimana percakapan tentang SARA bisa menjadi cermin kita untuk lebih dewasa dalam menghadapi puralitas , dalam percakapan tentang hal yang menurut saya terdapat ambiguitas ini, dituntut kecedasaan emosi kita”….
WTF IS THIS???
LO NGERTI SAMA APA YG DIBICARAKAN NGGAK SIH???
STOP PREACHING DEH..
LO MENGANGGAP RAKYAT INDO INI DAN SEMUA ORG YG MELAKUKAN KERUSUHAN BASED ON SARA ORG2 BODOH DGN TINGKAT KECERDASAN EMOSI RENDAH….
LO BISA LIAT DI AMRIK,IRLANDIA,PERANCIS YG BARU2 INI NGALAMIN KERUSUHAN SARA..DAN AUSTRALIA YG JUGA BARU2 INI NGALAMIN KERUSUHAN SARA……
NGGAK USAH JAUH2,DINEGARA KITA JUGA …
OH YEAHHH..MUNGKIN CUMAN LO YG PINTER DAN MEMILIKI KECERDASAN EMOSI TINGGI DIDUNIA INI….
SARA EMG NGGAK PERLU DIANGGAP KERAMAT..TAPI YG PENTING HARGAI SARA..DGN CARA TIDAK MENGINJAK-INJAK SARA SEPERTI YG DEWI TULIS DI BLOG NYA…
OH YA..YOU ASKED ME “WHY DO PEOPLE BELONG TO RELIGION…
THAT’S FUCKING EASY QUESTION U KNOW….
AND YOU THOUGHT THATS SMART QUESTION..?? BAH..
I’LL TELL U LATER ON MY BLOG…
NO MORE MENYUMBANGKAN SUARA GUE BUAT LO
THE LAST WORD FOR YOU PSIKOPAT TULEN : IMBECILE !!!..
OH YA DEWI…
NGGAK ADA YG SALAH DGN KATA VAGINA… DGN KIBLAT BACAAN LO YG KE AYU UTAMIAN..TAPI LO SALAH PENEMPATAN.. MENGGUNAKAN BAHASA VULGAR DIARAHKAN UNTUK KEPERCAYAAN ORANG LAIN…
PSIKOPAT TULEN SAYS:
“gua tau sekali perasaan mas yang takut terjadinya perang saudara cuma gara-gara SARA, tapi jika kita punya niat baik dalam membahas suatu wacana dengan melepas segala embel-embel yang ada dikita (agama, status, gender, dll).
demi suatu niat yang baik dimana percakapan tentang SARA bisa menjadi cermin kita untuk lebih dewasa dalam menghadapi puralitas , dalam percakapan tentang hal yang menurut saya terdapat ambiguitas ini, dituntut kecedasaan emosi kita”….
WTF IS THIS???
Hahahah Tamu, comment anda tepat sekali
komentar-komentar dari p.tulen sama sekali NO POINT
Opini anda sama sekali tanpa konsep,tak berarah dan ngawur
oh ya cendrung SOTOY :P
nice blog mon :)
woooooooaaaaaahhhhh , satu hari tidur pulas sampe hari ini, wawawa udah ada yang mengkritik saya , terima kasih dulu tentang kritik yang pedas ini , tapi ini wujud tanggung jawab saya atas kata yang saya katakan.
saya terima semuanya dengan lapang dada, mengapa saya bisa mengeluarkan pendapat seperti itu ,saya akan serta kan semua alasan saya.
pertama-tama Tamu anda merupakan bukti bahwa kecerdasan emosi anda rendah , lihat saja kata-kata anda sendiri yang berbau emosi dengan mengunakan kata2 yang weee mantep punya (anda seharusnya mencontoh mas momon).
saya hanya mengatakan realita di Indonesia ini kalau anda tidak percaya pergi saja ke wilayah pedalam, serta tanya kan pendapat kepada penduduk itu apa yang mereka ketahui tentang indonesia sekarang ?.
Lalu pendapat anda tentang saya
“LO MENGANGGAP RAKYAT INDO INI DAN SEMUA ORG YG MELAKUKAN KERUSUHAN BASED ON SARA ORG2 BODOH DGN TINGKAT KECERDASAN EMOSI RENDAH….
LO BISA LIAT DI AMRIK,IRLANDIA,PERANCIS YG BARU2 INI NGALAMIN KERUSUHAN SARA..DAN AUSTRALIA YG JUGA BARU2 INI NGALAMIN KERUSUHAN SARA……
NGGAK USAH JAUH2,DINEGARA KITA JUGA …”, wakwakkwa wakak gua mau tanya sama anda saat kerusuhan 14 mei(walau kerusuhan berbau politik plus SARA,tapi mahasiswa sendiri tidak bermaksud untuk anarkis , tapi rakyat nya) anda ada dimana ?.
PERNAH KAH ANDA MELIHAT DENGAN MATA KEPALA ANDA SENDIRI, ORANG YANG BERUSAHA MELINDUNGI HARTA BENDANYA DARI PARA PENJARAH TERSUNGKUR , TERGELETAK TAK BERDAYA BERSIMBAH DARAH , DARAH YANG KELUAR DARI KEPALANYA, PERNAH KAH ANDA MELIHAT REKAN KERJA ANDA SENDIRI MATI DIHADAPAN ANDA SENDIRI, TEBAKAR HIDUP-HIDUP DIDEPAN MATA MU TANPA TAU HARUS BERBUAT APA, MELIHAT RUMAH MU YANG KAU ANGGAP TEMPAT TERNYAMAN DI DUNIA HILANG BAGAI DEBU SAAT HABIS TERBAKAR!, SAAT TIDAK TAU HARUS BERLINDUNG PADA SIAPA . MELIHAT IBU TERCINTA ANDA GILA KARENA PERASAAN KEHILANGAN SUAMI TERCINTA SERTA AYAH YANG DIKASIHI ANAK-ANAKNYA.
ANDA ADA DIMANA ?, mungkin anda ada di luar negeri saat itu, lalu dengan suara yang terasa perihatin, anda mengatakan “KEJAM”, hanya itu.
jika kita mempunyai pengendalian diri sepenuhnya saya yakin kerusuhan macem seperti itu takkan melukai hati kita , dan rakyat kita takkan mudah terhasut oleh kabar-kabar yang memecah bela kita.
lalu kata-kata anda yang, “OH YEAHHH..MUNGKIN CUMAN LO YG PINTER DAN MEMILIKI KECERDASAN EMOSI TINGGI DIDUNIA INI….”, saya tidak seperti yang anda katakan saya hanya manusia biasa yang berusaha mencari kesempurnaan jiwa dengan terus belajar, mendengar (walau seektrim apa pun pandangan itu), berdialong, serta terus mencari kebenaraan.
Maaf mas momon saya mengunakan blog ini untuk membelah diri saya, tapi saya harus melakukan nya , hal yang berhubungan dengan Mas TAMU ini akan saya lanjutkan di blog miliknya.
lalu rony, aduh-aduh , anda tau enggak kenapa saat bicara SARA orang bisa marah?, coba anda amati orang yang bicara masalah ini , dari pengamatan saya ,saya melihat bagaimana mereka mengadu 2 kepercayaan yang semestinya tidak di pertentangkan, dari sini saya nilai manusia selalu membela apa yang sudah mereka percayai bulat-bulat tanpa mengkaji pendapat orang lain, dalam dialog tentang SARA ini ada baiknya kita mencari resolusi tanpa ada yang dominan. hal itu yang saya maksud dialog tanpa ada embel-embel lainya.
lalu anda katakan hal itu tidak mungkin eeeeeeee coba dulu , dan saya udah melakukannya bahkan dengan pemuka agama, dan pandangan yang saya dapat dari dia luar biasa bijak tanpa ada unsur agama nya sama sekali.
tentang jati diri saya maaf takkan saya ungkap karena saya ORANG ANEH.
TAMU CUPU yang terhormat, saya bingung dengan pendapat anda tentang gurauan saya kepada TAMARA( kalau saya salah,
TAMARA bisa menegur saya secara terbuka dan saya akan langsung minta maaf). kenapa anda (TAMU) kaya orang kebakaran jenggot, TAMARA sendiri tidak mempermasalahkanya, kenapa anda yang mesti report.
saya sudah melihat blog anda yang minim kreatifitas dan tulisan nya ijo kaya swam bikin mata sakit,
saya menilai anda hanya takut akan saya, atau anda iri kepada saya, atau karena anda sudah terlalu lama menikmati hidup enak di Singapura.
kenapa anda takut akan sebuah realitas terdalam dalam suatu masyarakat, tampaknya anda sudah terlalu lama melihat hal yang indah-indah, tanpa melihat sedikit pun kebawah.
apakah anda pernah merasakan hidup seperti pemulung sampah di Indonesia pekerjaan mereka rendah tapi hasilnya indah , lingkungan bersih dari sampah (walau sampah belum sepenuhnya berhasil di olah).tapi gaji mereka cuma 250.000 satu bulan
(diwilayah komplek rumah saya).
Singapura yang kalian banggakan tampaknya membuat anda lupa bumi pertiwi( saya mengomentari pendapat anda di blog anda buat ,kenapa disini saya merasa tulisan saya tidak sesuai dengan isi blog TAMU yang cupu)
YA Rumput tetangga selalu lebih hijau dari pada rumput rumah sendiri
..sorry ya.. saya sibukk..
anda mapir ke blog saya sebelom saya sempet ngepost jawaban saya dari pertanyaan anda…kenapa org meluk agama…pertanyaan buat anak kelas 1 sd itu…
oh soal tamara..dia temen saya….
tapi maksud saya…
and tuh kebanyakan nonton infotainmen… mangkanya saya bilang begitu dlm english…
aneh kok nggak nangkep…
oiyah… anda punya blog nggak…
biar saya bisa liat seberapa cerdas dan pinter nya anda….
…
saran ya setop deh p.tulen..semakin anda ngomong semakin menggambar kan seberapa bodoh dan piciknya anda….
take care yaa….. :P
Jadi kesimpulan….? :-)
Belom nyampe kita2 ini….
Jalan trus Mon !
mas momon:p
bukannya apa-apa, diskusi tentang SARA sering kita hindari karena kita gak siap, secara infrastruktur khalayak kurang siap, karena sudah biasa pake stereotype. kalo misalnya mas momon dan temen2 mau memulainya, supaya diskusi si sara ini jadi biasa, nah ini yang perlu dipelajari, dicari entrypointnya yang tepat, dan tentunya bertahap, kira-kira gimana?:)
sofie
waduh waduuuh, lama absen dan kelamaan di depan plywoOd, ternyata bikin saya ketinggalan banyak “pembelaan diri”
weLL, saya engga keberatan dikomentarin mas p.TUL kaya gitu.
saya rasa, comment mencerminkan pemikiran, itu aja.
biarlah apapun orang bilang, yang jelas, intinya bakalan keliatan siapa yang berisi dan siapa yang -nothing ^^
Saya ada KASUS SOAL AGAMA. Bisakah teman2 mampeeer ke :
hotdiskusiagama.blogger.com
Mohon pemecahan kasusnya dari pendapat teman2. Diskusi dengan kepala dingin jangan marah2 :)