Selamat datang di Macau, surga perjudian di timur jauh.
Bahkan ketika feri dari Hong Kong masih di air lepas, beberapa penumpang sudah sibuk latihan main kartu. Apalagi begitu kau mendarat di pelabuhan, kasino demi kasino tidak akan luput dari pandangan. Akan tetapi, kemegahan impor dari Las Vegas ini hanya menjadi tempelan yang janggal. Perjudian memang penting untuk menjaga denyut turisme Macau (turisme menyumbang lebih dari 80% pendapatan negara), tetapi jantung hati negara kecil ini tetap ada di kota-tuanya: Largo do Senado.
Setelah menurunkan bagasi di pulau Coloane, kami langsung naik taksi ke Largo do Senado. Berbeda dengan Hong Kong yang tergesa-gesa, ritme di Macau lebih tenang dan kalem. Sepanjang jalan dijajari bangunan-bangunan klasik yang nampak belum siap menerima kasino-kasino modern dengan kemegahan artifisialnya.
Kita harus bersyukur Largo do Senado masih selamat dari perusakan arsitektur modern. Ini adalah pusat kota yang dibangun oleh Portugis ketika mereka masih berkoloni di Macau. Jalanannya yang berliku-liku dipaving batu kapur, membentuk motif binatang dan tumbuhan, sangat khas Portugis. Demikian juga bangunan-bangunanya yang dicat pastel kuning, hijau, dan merah jambu. Terasa seperti Eropa, walaupun kebanyakan adalah orang Asia yang tidak bisa membaca alfabet latin.
Dua jam bisa dihabiskan berjalan-jalan menelusuri lika-liku gang sempit Largo do Senado. Selama di jalan, mata akan dimanjakan oleh rumah dan gedung yang bercat pastel; seperti Gereja St. Dominic, Katedral Macau, dan Mansion Lau Ka. Konon mansion milik taipun itu tidak ada dapurnya, karena tugas utama gundik-gundik yang tinggal di situ bukanlah memasak.
Jalan-jalan kami berhenti di reruntuhan katedral St. Paul yang dibangun tahun 1582, dan gerbangnya masih berdiri tegak hingga sekarang. Di dekat katedral itu berdiri Museu de Macau. Seperti Largo do Senado, museum ini memanjakan pengunjungnya dengan beraneka display yang cantik. Replika rumah-rumah Macau, beserta isinya, memberikan gambaran bagaimana rupa Macau tempo doloe.
Satu jam tidak terasa di dalam museum. Ketika kami keluar, langit Macau sudah gelap dan Katedral St. Paul bersinar oleh lampu-lampu di sekitarnya. Kami menjadi saksi adanya Eropa di Asia.
Setelah sukses menerobos kerumunan turis yang berlapis-lapis (dan tak lupa membeli suvenir), akhirnya kami mendapatkan taksi untuk pulang ke pulau Coloane. Coloane ada di selatan pulau Macau, mengapit pulau Taipa yang di tengah-tengah. Ketiga pulau itu terhubung oleh jembatan.
Pagi hari di Coloane
Bersyukurlah bahwa Coloane tidak dipadati turis ataupunkasino.
Pagi itu, sambil menghirup udara sejuk, saya dan Hanny sarapan di Coloane town square yang tenang. Setelah membeli egg tart dan croissant dari Lord Stow Bakery, kami mengambil duduk pada bangku kecil di dekatnya. Menikmati pie eggtart yang crispy, dan isi custard susunya yang lembut dan manis; sambil sesekali menyeruput kopi susu panas.
Coloane mirip seperti Macau ukuran mini. Chapel St. Francis Xavier yang tidak jauh dari town square, sebentuk sewarna dengan Gereja St. Dominic yang kuning. Termasuk jalanannya yang dipaving gaya Portugis. Saya sempat sebel ketika segerombolan anak-anak datang mendekati kapel. Saya tidak mau ketenangan minggu pagi itu rusak oleh turis, apalagi yang anak-anak. Ternyata… mereka mau ke kapel untuk mengikuti sekolah minggu.
Meninggalkan kapel dan air mancurnya, kami berjalan terus menelusuri trotoarnya yang di pinggir pantai; duduk sebentar di perpustakaan Biblioteca; kemudian masuk ke gang-gang kampung yang berwarna warni pastel.
Perkampungan itu tenang dan ramah, jauh dari nuansa turis. Bapak-bapak menyapa anggukan saya, sementara ibu yang sedang mencuci kursi tersenyum senang ketika dijepret foto. Sayangnya kuil Kun Lam tidak berhasil ditemukan, karena ketika gang utama itu mencapai ujungnya, kami telah kembali di Town Square Coloane, tempat sarapan yang enak itu.
Dan waktu sudah mendekati 10.00, tanda bahwa harus segera melepas Macau dan kembali ke Hong Kong untuk berbelanja.
bangunan portugis yang dihuni warga china…menarik
wah… asik ketok’e…
macau bikin maleeesss, pengennya bengong aja makan egg tart sambil mandangin laut :D
Pingback:Hong Kong Disneyland - Travel - hermansaksono
mas momon udah kurus sekarang ternyata… *ah iri..*
fotonya keren2 Mon, tapi keknya jaketmu keknya lebih keren Mon. Pinjem donkkk
Arsitektur bangunan yang mendominasi kota Macau memang penuh dengan nuansa arsitektur klasik dan hebatnya hal ini tetap dipertahankan oleh pemerintah setempat.
Saya yang kebetulan juga seorang arsitek sangat kagum dengan arsitektur bangunan disana. Para arsitek kota Macau dalam membangun tetap mengacu pada arsitektur setempat dan selalu selaras dengan bangunan di sekitarnya.
Ditunggu artikelnya yang lain.
Endah Dewi
(arsitek)
my blog: http://www.arsitekonline.com/
Asyik anget yah jalan-jalan nya