film indonesia kacangan

Sampai kapankah film Indonesia kacangan harus membanjiri cineplex? Hari ini di Jogja, dari 5 studio, 3 diantaranya adalah film-film Indonesia tidak orisinil yang terasa hendak meraih keuntungan cekak semata. Namaku Dick? Extra Large? Tali Pocong Perawan? Hantu Ambulance?

Permasalahannya bukan pada saya tidak ingin memberi kesempatan film Indonesia. Saya sudah.

Permasalahannya, sudahkah kesempatan yang saya berikan dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku industri ini?

Mendaur ulang cerita horor dan komedi porno dan roman picisan tidak menunjukkan kesungguhan sama sekali.

Terlalu Banyak Film Indonesia
Tagged on:     

64 thoughts on “Terlalu Banyak Film Indonesia

  • April 29, 2008 at 1:11 pm
    Permalink

    betul.. setuju.. terkadang film indonesia.. masih mengejar kuantitas saja.. dan pakai aji mumpung.. mumpung film sedang ngetrend.

    Reply
  • April 29, 2008 at 1:17 pm
    Permalink

    Dikira masyarakat kita masih suka film yang beginian kali ya… Atau saya yang terlalu percaya bahwa masyarakat pecinta film Indonesia telah berubah?

    Reply
  • April 29, 2008 at 1:18 pm
    Permalink

    ML (Mau Lagi) belon diputer di sana yaa :grin:

    Reply
  • April 29, 2008 at 1:28 pm
    Permalink

    sayah tidak mendaur ulang roman picisan..sayalah ROMAN PICISAN itu.. hehehehe…

    Reply
  • April 29, 2008 at 1:40 pm
    Permalink

    Mon, nonton Forbidden Kingdom-nya kapan?
    Aku nunguin The Battle of Redd Cliff e… Konon katanya Zhuge Liang dan Guan Yu-nya ndak semengecewakan di Three Kingdoms kemaren.

    Reply
  • April 29, 2008 at 1:51 pm
    Permalink

    Mari kita kembali ke 80an :D

    Reply
  • April 29, 2008 at 2:05 pm
    Permalink

    film indonesia mulai tumbuh ternyata cuman mentos, eh.. mitos..

    Reply
  • April 29, 2008 at 2:37 pm
    Permalink

    Ini soal posisi uang mon, agaknya posisi uang masih berapa di film-film semacam itu. Given a broader choices, pasti lebih ketahuan kemana animo masyarakat mengarah.

    Yang sabar saja.

    Btw, saya senang sekali melempar-lempar quote berikut ini:
    “If you don’t like it, change it. If you can’t change it, change your attitude. Don’t complain”

    Saya kira tulisanmu ini juag bsia digolongkan dalam upaya mengubah perfilman Indoensia, dengan menyampaiakn kritikan dan menghimpun opini publik.

    Jadi, lagi, ya sabar saja. Masih balita ini, baru mulai menggeliat. Sewa DVD dulu aja atau nonton tivi kabel. ;)

    Reply
  • April 29, 2008 at 2:42 pm
    Permalink

    Untung saya jarang nonton bioskop :D
    tapi biarpun filem Indonesia kadang norak & kacangan, tapi bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri kan cukup bagus mas.

    Reply
  • April 29, 2008 at 4:22 pm
    Permalink

    mungkin karena orang indonesianya memang suka sama film gituan. apakah media yang merubah cara pandang masyarakat ataukah media berusaha mengikuti kemauan masyarakat??

    kira2 mana yang benar??

    Reply
  • April 29, 2008 at 4:55 pm
    Permalink

    Mau nonton film di bioskop, film2nya kayak gitu semua…
    Mau nonton TV di rumah, acara2nya kayak gitu semua…
    Ke laut aja dah!!!

    Reply
  • April 29, 2008 at 5:56 pm
    Permalink

    kayaknya judul film indonesia seputar hantu aja ya?

    Reply
  • April 29, 2008 at 5:59 pm
    Permalink

    setuju, kita hanya minta film dengan skenario yang bagus. apa boleh buat, mereka hanya mikirin pasar saja, toh kenyataannya laku2 aja film2 sampah kayak gitu.

    Reply
  • April 29, 2008 at 7:22 pm
    Permalink

    mereka pemalas. maunya untung aja. ini bukan selera masy yang buruk. mereka hanya belum tahu seperti apa film yang bagus, karena memang masih sangat jarang.

    :)

    Reply
  • April 29, 2008 at 10:20 pm
    Permalink

    Mungkin ada baiknya klo film Indonesia mulai mematangkan kompetensinya di bidang animasi 3D kartun yg lucu2 kayak Backom atau produk lain asal Asia. Setidaknya masih pantas ditonton oleh anak2 kita :-)

    Reply
  • April 29, 2008 at 11:32 pm
    Permalink

    yg idealis sedikit sekali.

    emang itu pilem masih ada penontonnya ? oh pastilah ya. lagu kangen band aja banyak yg suka kok

    Reply
  • April 30, 2008 at 12:09 am
    Permalink

    mungkin aji mumpung saja. mumpung masih musim film pocong maka segala nama pocong bisa jadi film hehehe… saya blum bisa komentar karena blum pernah nonton film yg beginian :D

    Reply
  • April 30, 2008 at 12:33 am
    Permalink

    kita termasuk golongan yang udah muak, tapi yang belum muak justru lebih banyak…jadilah pelem2 model gitu mewabah…supply and demand berlaku…hiks

    Reply
  • April 30, 2008 at 5:48 am
    Permalink

    Mon, aku juga sudah memberimu kesempatan untuk pindah platform blogging yang ramah komen namun engkau mengabaikannya.

    Maka aku berjanji, ini adalah komen terakhirku di posting ini!

    Reply
  • April 30, 2008 at 7:17 am
    Permalink

    BTW yg jadi produser film2 ini masih sama kah (Punjabi bersaudara)?

    Ada rumah produksi yg bermutu – nyeni & menghibur?

    Mungkin langkah pertama kita bisa support dana ke rumah2 seperti ini, biar tidak kalah lawan rumah2 produksi yg inginnya raup uang saja.

    Reply
  • April 30, 2008 at 8:40 am
    Permalink

    bah, saya nonton film indo pun biasanya karena terpaksa.

    Reply
  • April 30, 2008 at 8:41 am
    Permalink

    komen sekali lagi. linknya gak keluar

    Reply
  • April 30, 2008 at 9:29 am
    Permalink

    heheh..jadi inget tulisan saya juga, intinya film2 indonesia sekarang recycle dari film tahun 80an.
    *ga cantumin link dulu…heheh..*

    Reply
  • April 30, 2008 at 9:31 am
    Permalink

    Hak hak hak .. mas dibogor itu malah lebih parah jeh.. ada 4 bioskop isinya film indo semua.. kalo pun ada film luar.. paling 2 hari dah ganti lagi.. hiks sebal

    Reply
  • April 30, 2008 at 11:51 am
    Permalink

    untung aja ditempatku ga ada bioskop *grin*

    Reply
  • April 30, 2008 at 12:00 pm
    Permalink

    temen2 saya banyak yang bilang klo film indonesia itu bagus2 .. jadi mana yang harus saya percaya ?

    Reply
  • April 30, 2008 at 12:35 pm
    Permalink

    tali pocong perawannya kemarin keren banget ya mon….sayang setelah itu aq pulang, eh kamu malah nghelanjutin nonton namaku DICK yah ;))
    *ini pembunuhan karakter ga mon*

    Reply
  • April 30, 2008 at 1:57 pm
    Permalink

    Masalahnya adalah “Siapa Anda?”

    Hehehe…

    Reply
  • April 30, 2008 at 2:05 pm
    Permalink

    yo rasah di TONTON tho mon..!!!!
    beres tho..????

    nntn pilm terakhir,pas 3 hr untuk selamnnya di puter.
    habis isi2 kuburan di muncul di bioskop..aku jadi males….

    Reply
  • April 30, 2008 at 2:32 pm
    Permalink

    prinsip ekonomi yang sederhana saja
    di mana ada permintaan
    di situ ada pasar

    laah (masih banyak) penonton indonesia mintanya yang gituan kok!

    Reply
  • April 30, 2008 at 4:01 pm
    Permalink

    mending nonton the band of brothers berulang ulan, 10 kali pun gpp :D

    Reply
  • April 30, 2008 at 4:20 pm
    Permalink

    Namaku Dick?
    *setelah mencari2..*
    Oh.. ceritanya tentang kont*l yang bisa ngomong toh.

    ~sampahMemang

    Reply
  • April 30, 2008 at 5:16 pm
    Permalink

    Salah mon, jawabannya: satu orang konsumen film indonesia yang peduli dengan kualitas film tanah air.

    yang tidak peduli, bahkan yang suka, buanyaaakkk…

    ;)

    Reply
  • April 30, 2008 at 7:43 pm
    Permalink

    man, ini herman???ya ampuuunnnn apa kabr??

    Reply
  • April 30, 2008 at 8:55 pm
    Permalink

    setuju! sayah udah nntn xtra large sama namaku dick. ga mutu!!
    kuantitas oke, barengin kualitas doong!

    Reply
  • May 1, 2008 at 9:25 am
    Permalink

    ngga pernah nonton pilem indo di bioskop! kecuali lagi ada yang mbayari.. :D itu juga masi milih2 deh..

    btw, haiiii,mon!! i’ve found u! :D

    Reply
  • May 1, 2008 at 10:53 am
    Permalink

    aku inget satu forum online yang memasang aturan tidak dibenarkan memajang link film2 bajakan indonesia. Demi karya anak bangsa…

    Tapi film2 luar bertebaran link2 nya…

    *jadi pengen bikin forum khusus bajakan film dalam negeri!

    Reply
  • May 1, 2008 at 2:28 pm
    Permalink

    dulu emang tahun 80an ga banyak ya?

    Reply
  • May 1, 2008 at 6:13 pm
    Permalink

    Saya ndak tahu apa saya harus sedih atau bersyukur bahwa di Banda Aceh tak ada bioskop lagi selama ini, yang jelas saya merasa terhindar saja dari pilem2 ndak mutu begitu. Paling apes kalo kejebak nonton DVD-nya bareng kawan2.

    Ya.. Ya… Saya memang kebarat-baratan… doyannya pilem luar, konon begitu sih tudingan kalo ngeritiki pilem made in dewek, Man.

    Tapi, apa yang mau dibela kalo trendnya berulang mlulu? Ini kan persis dekade 90-an lagi, jaman-jaman yang berjudul Ranjang mendominasi sinema indon?

    Reply
  • May 2, 2008 at 9:01 am
    Permalink

    #daus : tidak peduli? i believe, lemme rephrase strongly believe, ini bukan melulu soal tidak peduli, they just merely don’t have the privilege to see other references.

    just another case of relativity.

    bravaaa man! pernah denger cerita soal an old man yang selalu berdiri di tepi pantai untuk membuang kembali ikan yang terdampar di pinggir laut. mungkin tidak akan lalu membuat semua hewan laut terselamatkan, tapi at least he makes the difference for the one he saved. satu pun can rule!

    Reply
  • May 2, 2008 at 12:26 pm
    Permalink

    film2 hantu itu, basi deeeeeeeeh…

    Reply
  • May 2, 2008 at 4:47 pm
    Permalink

    Cintailah produk dalam negri..

    :lol:

    Reply
  • May 3, 2008 at 7:39 am
    Permalink

    tali kolor perawan?

    Reply
  • May 3, 2008 at 10:04 pm
    Permalink

    aku sekarang sampe anti pati dengan pilem2 indonesia. Di jogja, dah bioskop cuman satu, isinya film indo semua, menderita deh…

    Reply
  • May 4, 2008 at 1:05 pm
    Permalink

    ya gak usah di tonton mas, gitu aja kok repot, atau mungkin jika mas berkerja didunia perfilman bakal mempunyai perspektif yg berbeda tentang mereka.. menurut saya ini lebih baik dari pada mati suri, mereka akan belajar dari pengalaman, kalo kita tidak suka ya jgn di tonton
    lama kelamaan mereka akan berfikir lagi membuat jenis film yg sama, mari kita sama2 belajar untuk perfilman indo yg lebih baik, thx

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.