Selama perjalanan menuju bioskop, saya tahu, saya menonton Iron Lady bukan karena tertarik melihat biografi Margaret Thatcher. Saya ke bioskop dengan harapan dikejutkan sekali lagi oleh Meryl Streep.
And she did.
Meryl selalu membawakan peran yang baru untuk tiap karakter yang ia mainkan. Di detik-detik pertama Iron Lady, kita langsung terkejut ketika menyadari wanita tua yang bungkuk itu adalah Meryl, memerankan Thatcher tua. Sebagai orang yang masih terlalu kecil untuk mengingat Thatcher ketika masih berkuasa, Meryl mengisi imajinasi itu. Ia membawakan kelembutan wanita dan juga kerasnya pendirian seorang pemimpin Thatcherian.
Akan tetapi film itu sendiri terasa seperti thatch—atap ijuk yang berlubang-lubang. Biografi Thatcher ketika berkuasa (dan akan berkuasa) dijalin dengan Thatcher masa kini yang pikun dan demensia. Walaupun mutakhir, gaya penuturan ini tidak disertai benang merah yang kuat. Alur cerita mengambang dari awal sampai akhir, seolah ingin menjadi biografi walaupun banyak dialognya adalah karangan si penulis skenario.
Di saat Indonesia sedang merindukan pemimpin yang kuat, Iron Lady seperti mengiming-imingi apa yang tidak kita miliki. Bagaimana tidak, Thatcher yang cuma perempuan anak pedagang kelontong bisa mengatur pria-pria DPR Inggris dengan penuh otoriter. Thatcher yang nasionalis, penuh ketegasan at-all-cost ketika perang Falkland, dan tidak peduli pencitraan seperti antitesis dari SBY yang peragu dan pencari jalan tengah dan pencitra.
Yang tidak ditekankan film ini adalah cost yang dibayar untuk menikmati ketegasan Thatcher. Kebijakannya yang memberangus serikat buruh, menjatuhkan ratusan korban jiwa di Falkland, hingga pajak-per-orang yang musti dibayar orang miskin; hanya disinggung sambil lalu. Peran pajak-per-orang juga tidak ditonjolkan sebagai penyebab jatuhnya pemerintahan Thatcher.
Namun saya benar-benar menikmati dan kagum melihat akting Meryl. Gayanya berpidato dan memerintah sudah seperti Thatcher andai kata Meryl tidak kelewatan dramatis. Yang saya khawatirkan cuma satu, film ini memberi candu kepada generasi yang tidak mengalami era Thatcher. Candu akan pemerintah otoriter.
Update: Meryl Streep memenangkan Oscar ketiganya untuk film The Iron Lady.
Saya dulu termasuk yang sedih ketika Thatcher “turun tahta”. Padahal ya waktu itu gak ngerti apa-apa :|
Meryl Streep memang selalu mengesankan. Di Mamamia dia juga tampil bagus. Nanti kalau keluar DVD nya Iron Lady pasti aku beli karena kuyakin ia tak lebay seperti Madonna memerankan Evita dulu :)
Ulasanmu yang beginian selalu menarik!
Doohh, ini dia fans momon nomor satu, wkwkwkkw
selalu ngekor dan muji2
get your own viewers, dude!
Aku memang ngefans Momon… seriously :) Aku tak keberatan mengekor dan muji-muji.. apa ruginya?
Iya di Mamamia dia bagus banget. Kayaknya udah jadi tradisi ya setiap tahun kita ditreat dengan satu filmnya Streep yang bagus.
Dia seorang chemist dengan TA-nya bermain di X-ray crystalography. What a lady!
Saya sebelumnya tidak tau siapa meryl streep. Maklum, bukan pecinta film. Bukan seorang kritikus film, hanya penikmat. Dan akting MS sangat luar biasa. Itu bukan film cengeng, tapi saya sempat mengeluarkan airmata pada part dimana dia melepaskan jabatannya sebagai prime minister. Betapa seorang yang sudah berusaha ‘sekuat iron’ pun harus menyerah pada politik yang entah akan seperti kondisinya. Yang tadinya kawan menjadi lawan. Dan margaret thatcher mengalaminya. Menteri-menterinya membelot menjatuhkannya. Sayang sekali pemerintahan dia harus berakhir seperti itu.
Duh, pokoknya sekarang saya suka meryl streep! *anti klimaks* :)))))
Ikut klub fans Meryl yuk!
klo mampir ke blog momon itu senang krn sudah ada sinopsis film2 baru, jd ada alasan untuk tidak nonton film ketika masih baru. jadi mungkin kira2 6 bln lg akan aku tonton ktika eforianya sudah selesai :D
Komenmu absurd tenan :))
Pingback:Secangkir besar coklat dingin dan “The Iron Lady …” « Laan van Kronenburg
ni film kayanya emang berantakan—dan ga lebih dari semacem dokumenter kehdupan MT,
jadi kaya datar2 aja ceritanya..padahal klo mau digali,banyak bgt momen penting khidupan MTyg bkal bgus dijadiin ‘konflik’
Yeah…Meryl-lah penyelamat ni film
Lady Iron like this :)