Disney Rapunzel Tangled

Menonton Rapunzel seperti kembali ke era Beauty and the Beast. Era film animasi yang hidup oleh dongeng klasik, putri, musik, binatang berkarakter, dan keajaiban. Setelah bertahun-tahun merilis film-film dongeng yang payah, akhirnya keajaiban Disney kembali lagi dengan Rapunzel.

Dongeng ini dimulai dengan seorang raja, permaisurinya yang sakit, dan setangkai bunga ajaib. Ketika bunga itu dipakai untuk menyembuhkan sang permaisuri, kemampuan ajaibnya menurun pada putri mereka. Pada suatu malam, seorang nenek sihir menculik sang putri, menyembunyikannya di menara tinggi, dan menamainya Rapunzel.

Delapan belas tahun kemudian, Rapunzel masih terkurung di menara itu. Dongeng si penyihir tentang betapa seramnya dunia bawah membuat Rapunzel tidak pernah turun. Namun, ketika maling kelas teri bernama Flynn Ryder menyusup masuk ke menara itu, rencana sang nenek sihir menjadi runyam.

Film animasi Disney ke 50 ini digarap dengan mengesankan, walaupun karakter-karakternya tidak sedalam Beast ataupun Ariel. Animator dua tokoh klasik itu, Glenn Keane, sempat menjadi sutradara film ini, sebelum akhirnya mundur dan digantikan oleh sutradara pilihan John Lasseter. Akan tetapi energi Keane masih hidup di Rapunzel. Animasinya sehalus animasi 2D, dan mengagumkan seperti film 3D, apalagi jika ditonton 3D.

Sayangnya, komposer handal Alan Menken seperti kehilangan kemampuannya menyihir penonton. Lagu dan musik pengiring garapannya terasa tanpa tenaga, dan mudah terlupakan. Padahal musik selalu menjadi bintang di film-film Disney. Apakah Menken sudah kehilangan pamornya, sepertinya tidak juga, karena musik garapannya di Enchanted begitu luar biasa.

Walaupun begitu, dengan segala kekurangannya, Rapunzel layak menjadi masuk ke deretan film Disney klasik. Tidak mendobrak, tapi klasik.

Rapunzel Tangled
Tagged on:

6 thoughts on “Rapunzel Tangled

  • December 1, 2010 at 8:47 am
    Permalink

    P.E.R.T.A.M.A.X!!! ^^

    Tulisan yg bagus.
    Sori mon, artikel ini termasuk yg aku ga bs ngomentari lebih kecuali : bagus aja deh film2 itu

    * Kategori Penonton Proletar ^^

    Reply
  • December 1, 2010 at 12:28 pm
    Permalink

    Animasinya alus banget. Filmnya juga lumayan kocak. Lumayan lah buat hiburan :D

    Reply
  • December 1, 2010 at 3:20 pm
    Permalink

    Setuju. Kita sebagai orang dewasa juga bisa menikmatinya. Nice review :)

    Reply
  • December 1, 2010 at 7:36 pm
    Permalink

    kalo dulu Alan Menken berkolaborasi dgn Howard Ashman. mgkn krn Ashman dah gak ada, jadinya seperti yang kamu deskripsikan :D blm ntn soalnya..

    Reply
  • December 5, 2010 at 10:37 am
    Permalink

    Buat saya, Rapunzel ga sehebat Disney Classics lainnya (er, ‘ya iyalah Kap’? XD) tapi sudah jauh lebih mending dari yang The Frog and The Princess, setuju sama Momon :)

    Agak kaget juga, karena kadar action-nya lumayan banyak, tapi lumayan biar lebih ‘baru’. Saya suka karakter-karakternya digali lebih dalam, dan Rapunzel sangat adorable :)

    VISUALNYA JUGA JUARAAA! Halus, dan cantik sekali XD

    Setuju juga sama Momon, Alan Menken kaya agak ‘ilang’ di sini. Sangat ‘terdengar’ di Mother Knows The Best, tapi abis itu mendem lagi. Agak sayang, moga di film berikut dia bisa kembali dengan ide-ide jeniusnya :)

    Tapi tetep, Aurora dan Belle for the win dah! XD *hehehe*

    Reply
  • December 21, 2010 at 9:04 pm
    Permalink

    kalau saya bilang film ini benar benar dapat menggali emosi saya dan fantasi – fantasi keluar khas film disney sebelumnya.. menurut saya film ini adalah salah satu karya terbaik disney

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.