Anda di Jogja, dan tiba-tiba ingin makan pempek Palembang! Gawat! Oleh karena itulah tim Tur De Ramen kembali turun ke jalan, mencicipi lima warung pempek, dan menuliskan pengalaman mengenyangkan ini supaya kalau Anda pengen pempek Palembang di Jogja, setidaknya Anda tidak perlu tanya-tanya tukang becak atau dinas pariwisata.

Pempek Mang Pari 19 alias Pempek Tamsis

Kapal Selam, Pempek Tamsis

Pempek Jalan Taman Siswo yang naik daun di pertengahan dekade 2000-an ini sekarang punya cabang di Jalan Kaliurang. Selain menyediakan pempek dan tekwan, warung ini juga menyediakan agar-agar telur (yang walaupun cukup enak, tidak dibahas di sini :D ). Saya kurang mengerti kenapa warung ini ngetop, karena pempeknya agak sepi rasa ikan, walaupun kenyalnya pas. Kalau mau dibilang murah, sebetulnya ada warung-warung lain yang menjual pempek di bawah Rp 8000. Untuk cuka-nya, harum bawangnya nendang, sayang agak terlalu manis.

Tekwan, Pempek Tamsis

Kami juga mencicipi tekwannya. Dan seperti pempeknya, kekenyalannya pas. Namun kuahnya lebih mirip kuah bakso daripada kuah tekwan.

Pempek 26

Jalan Kaliurang

Kapal Selam Topping Ayam, Pempek 26

Pempek ini menambah sentuhan baru dengan membubuhkan topping ayam (atau topping cumi di atas pempeknya—sesuai pesanan). Di sini, yang dimaksud topping adalah suwiran dada ayam rebus dengan rasa Royco atau cumi goreng crispy. Apa mau dikata, toppingnya bukan gimmick yang mengesankan; untungnya pempek kapal selam yang disajikan (Rp 8000) bisa berdiri di atas kelezatannya sendiri berkat cita-rasa ikan tenggiri yang tidak terlalu ditahan-tahan. Tekstur pempeknya yang terlalu kenyal mungkin akan sedikit menganggu para penganut aliran pempek otentik. Lucunya, cuka disajikan dalam vas bunga warna putih, walaupun asamnya pas, tapi terlampau manis buat saya.

Tekwan, Pempek 26

Pempek 26 juga menjual tekwan, sayang bakso tekwannya terlalu kenyal dan bagian luarnya lembek karena dimasak terlalu lama. Kuahnya cukup dekat dengan rasa tekwan, tapi enak kenapa juru masaknya terlalu banyak memasukkan seledri dan udang kurang segar, sehingga rasanya jadi meleset.

(Update: per 19 Juni, warung pempek ini sudah pindah)

Pempek Ulu Bundar

Utara Mirota Kampus

Kapal Selam, Pempek Ulu Bundar

Ini adalah golongan warung pempek murah, dengan harga kapal selam Rp 5000 saja. Dengan harga segitu rasa ikan tenggirinya telah memanjakan lidah saya. Tekstur pempeknya agak terlalu renyah ketika dikunyah, mungkin karena digoreng terlalu lama. Tapi itu termaafkan karena bisa diimbangi rasa dan harga yang as. Cuka-nya lumayan, andaikata tidak terlalu kental asamnya, bisa dibilang enak.

Pempek Ny. Kamto

Bu Kamto mendirikan warungnya tahun 1984, tepat di gang kecil seberang Toko Ramai. Sejak saat itu ia menjadi legenda perpempekan Jogja. Sekarang cabangnya ada di Plaza Ambarrukmo, Jalan Kaliurang, dan Jalan Gejayan; jadi bisa dibilang ini adalah pempek yang paling gampang dicari.

Kapal Selam, Pempek Kamto

Setelah rasa pempeknya sempat kehilangan “kekamtoan” di pertengahan 2000-an, Kamto bangkit lagi dengan citarasa yang mendekati citarasa pempek di tahun-tahun awalnya. Dari kesemuanya, pempek Kamtolah yang ketika selesai dimakan membikin rindu cita rasa tenggiri lagi. Dengan harga bersaing dengan pempek yang lain—Rp 9000—ukurannya sama besar dan teksturnya lumayan empuk. Untuk cukanya, sepertinya memang bukan keistimewaan Kamto: rasanya agak tersaturasi.

Tekwan, Pempek Kamto

Pempek Kamto juga menyediakan tekwan (Rp 9000) yang cita rasa kuahnya persis seperti tekwan bikinan nenek saya. Saya cuman agak menyesalkan bakso-bakso tekwannya tidak seperti bikinan nenek yang kenyal dan tidak putus dalam sekali gigitan. Tapi selebihnya oke.

Pempek Raja Rasa

Jalan Mataram

Kapal Selam, Raja Rasa

Lokasinya di sebelah pusat pariwisata Jogja yang bernama Malioboro, dan sebetulnya agak aneh membuka warung pempek di situ mengingat turis umumnya tidak mencari makanan khas Palembang ketika mereka main ke Jogja. Tapi, dengan harga Rp 5000, pempek ini enak. Tenggirinya harum dan berbekas di lidah, tapi saya sedikit berharap teksturnya lebih kenyal. Cukanya, bisa dibilang terenak dari kelima yang kami coba. Walaupun encer, tapi asem dan manisnya pas.

Manakah yang paling enak?

Walaupun cita-rasa selalu pulang ke selera, tapi saya paling suka Pempek Kamto karena rasa tenggirinya yang paling membekas. Untuk cuka pempek, yang paling enak justru di Warung Raja Rasa karena tidak terlalu sigrak.

Itu soal rasa. Soal harga, saya yang tinggal di daerah utara cenderung ke pempek Ulu Bundar utaranya Mirota Kampus karena dekat dan rasanya lumayan. Akan tetapi, pempek Raja Rasa memang lebih enak untuk pempek dengan rentang harga di bawah Rp 5000.

Untuk tekwan, sayangnya belum ada yang menggantikan cita rasa tekwan masakan almarhum nenek saya. Jika harus memilih, kuah tekwan Pempek Kamto paling enak, walaupun bakso-bakso tekwannya kelewat empuk.

Jangan lupa baca review Choro, Medina (part 2), dan Alle. Jangan baca Sangperi maupun Funkshit, karena mereka ikut makan tapi nggak nulis. Pengecualian untuk Bang Kristupa yang walaupun ikut makan dan tidak ikut menulis tapi sudah mengajari teknik memotret makanan supaya terlihat ledzat.

Pempek di Jogja
Tagged on:

71 thoughts on “Pempek di Jogja

  • May 7, 2018 at 5:06 pm
    Permalink

    Ya ampun mas momooon ini aku lagi bobo sore cantik di sebuah hotel di malioboro, lalu teringat bahwa jaman dulu banget aku pernah makan pempek enak di daerah sini. Lalu aku google dan jeng jeng jengggg ketemu blogmu ????

    Reply
  • December 3, 2019 at 10:30 pm
    Permalink

    Ny kamto asli jogja kah?
    Kmrn ke bandung sdh cabang di Braga

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.