departures

Orang Jepang mengenal ritual nōkan. Mensucikan jenazah di hadapan keluarga yang ditinggalkan sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi ia yang mangkat.

Diago Kobayashi (Masahiro Motoki) tidak pernah bercita-cita menjadi juru nōkan. Cita-citanya adalah menjadi pemain cello. Dia terpaksa melamar menjadi nōkan di desa tempat ia besar setelah kelompok simponinya di Tokyo bubar. Itupun tanpa sengaja lantaran koran salah mencetak lowongan kerja di agen “Departures” (keberangkatan) di mana mustinya dicetak “Departed” (kemangkatan). Diago mengira dia melamar ke agen travel, bukan agen nōkan.

Tetapi penghormatan kepada jenazah tidak jauh berbeda dengan musik klasik yang musti diperlakukan dengan hormat dan lembut. Semakin lama seni baru itu ia geluti, Diago menemukan detak hidup baru dan menguak potongan hidup yang selama ini telah ia tinggalkan. Dan seperti kehidupan, Departures tidak melulu soal hal-hal pahit, dalam beberapa saat selalu ada kekonyolan yang membuat ceritanya utuh.

Maka sudah pada tempatnya jika film Yōjirō Takita memenangkan Oscar untuk film bahasa asing terbaik dan Academy Awards Jepang, juga untuk film terbaik. Kepiawaian Masahiro Motoki memainkan perannya mendorong alur cerita mengalir dengan penuh hati-hati, menyelami kerapuhan hidup.

Ini adalah salah satu film bagus yang pernah saya tonton dan akan nangkring dalam rak ingatan di mana film favorit dijajarkan dengan rapih.

Departures (Okuribito)
Tagged on:

19 thoughts on “Departures (Okuribito)

  • January 7, 2010 at 10:55 am
    Permalink

    yang main (kayaknya) ganteng. coba cari ah…

    Reply
  • January 7, 2010 at 10:58 am
    Permalink

    Bikin ngantuk gak mon? Ceritanya kynya bagus..

    Reply
  • January 7, 2010 at 11:01 am
    Permalink

    film yang sangat bagus dan menyentuh..
    harus dikoleksi tuhh..
    ga nyesel, kesasar milih film di jiffest kmrn
    :)

    Reply
    • January 7, 2010 at 11:26 am
      Permalink

      @esge wah asiknya bisa nonton ini di bioskop :D

      Reply
  • January 7, 2010 at 11:03 am
    Permalink

    @dilla: ketukannya memang pelan, tapi nggak bikin ngantuk

    Reply
  • January 7, 2010 at 11:42 am
    Permalink

    eh nanya mon.
    ituh memang ada adegan yang diulang2 maju mundur gitu (misal pas ketemu temennya, yang nda suka dia kerja gituan) , ato pas jiffest roll film nya salah nyambung yaks.
    baru liat yang di jiffest aja soale

    Reply
  • January 7, 2010 at 11:54 am
    Permalink

    @esge: kasihan sekali. Di DVD gak diulang2 tuh. Pasti operator filmnya jiffest. :D

    Reply
  • January 7, 2010 at 12:42 pm
    Permalink

    wah, nemu film itu di mana? :p *siyul-siyul*

    Hanny amnesianya sampai jam berapa? ;))

    Reply
  • January 8, 2010 at 4:42 am
    Permalink

    Kayaknya bagus dan unik.
    Film ini mengingatkan saya pada simbok di rumah.
    Nun jauh di Klaten sana, mama saya sampe sekarang sering membantu perkumpulan untuk merias jenasah….

    Reply
  • January 9, 2010 at 10:37 am
    Permalink

    cewek dan cowoknya pasti demenin banget :mrgreen:

    pilm jepang gituhhh

    Reply
  • June 8, 2010 at 9:21 pm
    Permalink

    This is a really good summary, I found your weblog browsing yahoo for a related subject and arrived to this. I couldnt come across to much different details on this blog, so it was nice to find this one. I will certainly be back to check out some other articles that you have another time.

    Reply
  • June 17, 2010 at 4:35 pm
    Permalink

    satu hal yang saya dapatkan dari film ini adalah kita harus melakukan yang terbaik dalam kehidupan kita apapun yang terjadi…

    Reply

Leave a Reply to Dilla Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.