air_terjun_pengantin

Film dibuka dengan gambar Tamara Blesynski bermadu asmara dengan pacarnya, lalu disambung adegan Tamara, Tyas Miarsih, Jenny Cortez dan kawan-kawannya berbikini di pantai sambil main-main air.

Mereka memang sedang berlibur, di Pulau Pengantin tepatnya. Ini bukan pulau sembarangan karena selain dulunya adalah perkampungan (yang sekarang sudah ditinggalkan), Pulau Pengantin juga bekas pabrik pengalengan ikan, benteng VOC, dan kuburan Belanda. Lengkap sekali.

Setelah puas menggeliat ke kiri kanan pasir pantai, gerombolan muda-mudi liberal itu menuju air terjun pengantin. Di sana mereka melihat bangunan tua yang rupanya bekas pabrik pengalengan ikan. Walaupun sudah lama ditinggalkan, tetapi shower kamar mandinya masih berfungsi sehingga memancing gadis-gadis itu untuk mandi karena kepanasan. Siapa yang tidak sih?

Tapi pulau itu menyimpan ancaman maut. Salah seorang dari gadis-gadis itu diculik oleh orang aneh bertopeng petruk. Orang itu memotong kaki dan jari gadis itu hidup-hidup. Sangat menjijikan (bukan mengerikan). Akan tetapi, alih-alih menjerit kesakitan, si gadis malah melenguh keenakan (yang saya yakin ini cuma akting yang buruk, bukan menggenjot aspek erotika film ini).

Pada titik ini saya menyimpulkan kalau film ini jelek dan tidak worthy untuk ditonton. Tanpa menyia-nyiakan waktu saya langsung keluar bioskop dan memesan Ca Baby Kailan. Jadi jangan tanya endingnya seperti apa. Ok?

Air Terjun Pengantin
Tagged on:

23 thoughts on “Air Terjun Pengantin

  • December 14, 2009 at 12:45 pm
    Permalink

    wakakakkakak~ berarti cuma 30 menit pertama yo?

    Reply
  • December 14, 2009 at 12:49 pm
    Permalink

    berarti ga liat akting jeny cortez pas digorok lehernya ya….

    Lucu ya Sit?

    Reply
  • December 14, 2009 at 12:51 pm
    Permalink

    anjrit paragraf ketiganya persis apa yg aku pikirkan. mantep. siapa sih yg ngga tergiur buat mandi di shower pabrik pengolahan ikan yg serem dan kuno itu? :))

    Reply
  • December 14, 2009 at 1:29 pm
    Permalink

    hidup Ca Baby Kailan!!! :) *sipping warm hazelnut latte* ;)

    Reply
  • December 14, 2009 at 1:29 pm
    Permalink

    wooogh jadi beneran cuma nonton 30 menit pertama Mon? :))

    Enggak, paling 40 menit pertama aja

    Reply
  • December 14, 2009 at 3:03 pm
    Permalink

    i am curious, what made you decided to watch this movie at the first place?

    i was expecting improvement

    Reply
  • December 14, 2009 at 3:45 pm
    Permalink

    huakakakakkakakak… di tinggal tidur bole mas??

    Niatnya sih gitu, tapi laparr. :D

    Reply
  • December 14, 2009 at 4:09 pm
    Permalink

    berarti yang assoy bikininya aja yah … :D

    mico tahu yang terbaik :D

    Reply
  • December 14, 2009 at 6:15 pm
    Permalink

    Kasihan Tamara yang udah bikin heboh dengan gosip pacarannya sama Bule Brondong itu…

    Reply
  • December 14, 2009 at 10:29 pm
    Permalink

    walah, udah tau filmnya judulnya ga jelas masiha ja ditonton, kalau kata orang jawa moro gebuk
    hehe

    Reply
  • December 15, 2009 at 1:42 am
    Permalink

    padahal kalau dari twitternya tyas, banyak yang muji filmnya lho…

    Reply
  • December 15, 2009 at 4:49 am
    Permalink

    Nunggu diputer di sini atau.. nunggu uncutted versionnya.. smoga ada…

    Reply
  • December 15, 2009 at 9:19 am
    Permalink

    semakin banyak yang bilang bahwa filmnya buruk dan hanya mengandalkan bikini+bodi, maka semakin banyak yang pengen melihat bikin+bodi itu :-))

    Reply
  • December 15, 2009 at 9:38 am
    Permalink

    Ca Babi Kailan? Babinya banyak gak?
    Mak nyusss..

    Reply
  • December 16, 2009 at 7:46 am
    Permalink

    berarti, kamu sempat beli tiketnya and nonton ? anu, kok bs tergerak buat beli tiket ni pilem ? :D

    Reply
  • December 16, 2009 at 10:53 am
    Permalink

    maksa amat air terjunnya diselipin di komposisi yg udah keramean…

    Reply
  • December 17, 2009 at 7:30 pm
    Permalink

    membosankan, aku gak dapat pesannya. betul sekali tulisan momon

    Reply
  • Pingback:Sang Pemimpi - hermansaksono

  • January 5, 2010 at 1:35 pm
    Permalink

    Semoga perfilman Indonesia segera bebas dari genre horor dan komedi nakal…
    berarti yang heboh cuman gosip tentang tamara saja sebagai sarana marketing film ini…

    semoga ke depannya film2 seperti sang pemimpi, laskar pelangi, King, Garuda di Dadaku, Denias akan lebih banyak diproduksi

    Reply
  • January 8, 2010 at 8:49 am
    Permalink

    ahh, ternyata sampeyan ahli dalam mengomentari film ya…walaupun begitu..ada baiknya lah kita menghargai dikit hasil karya negeri sendiri. tapi itu semua berpulang ke pribadi kita masing2…Hidup FFI

    Jika saya tidak menghargai karya negeri sendiri, maka saya tidak menulis kritik ini.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.