Twilight

Tidak banyak yang bisa dipuji dari Twilight. Cerita yang biasa. Akting biasa. Sinematografi biasa. Efek visual yang biasa. Singkat kata: film percintaan biasa. Andaikata dijadikan film televisi berdurasi 2 jam, film adaptasi novel ini akan menjadi tayangan yang spesial. Sayangnya ia tayang di bioskop, jadi mau tidak mau Twillight harus rela dibandingkan dengan masterpiece yang lain.

Tapi saya tidak terlalu mempermasalahkan. Mentranslasikan buku menjadi film tidak pernah mudah. Selalu ada detail yang hilang. Penggemar novelnya pasti akan menggerutu. Akan tetapi, karena kerangka dunia Twilight sudah tercipta dalam benak masing-masing penggemarnya, mereka akan lebih mudah menerima film ini dibandingkan dengan penonton yang murni tidak tahu apa-apa.

Sebetulnya masalah saya ada pada penontonnya, atau lebih tepatnya: groupie twilight. Ini adalah groupie yang ketawa-ketawi dan mendesah penuh asmara pada adegan yang sebetulnya biasa-biasa saja. Tetapi, bagaimanapun juga, nonton film bersebelahan dengan laki-laki beraroma bawang, jauh lebih menyiksa.

Twilight
Tagged on:

53 thoughts on “Twilight

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.