militerism militerisme
Menanggapi kematian Cliff Muntu yang tewas karena dianiaya di kampusnya, Rektor IPDN mengaku kecolongan. “Mereka (para praja) secara pribadi melakukan kegiatan di luar jam yang telah ditentukan yaitu pukul 22.00 WIB. Ini ilegal,” lanjutnya.

Ilegal boleh saja dipakai sebagai alasan. Tetapi ini tidak menutupi fakta kalau budaya militer masih mengakar di IPDN. Dan lebih penting lagi, budaya militer masih mengakar di negara ini. Contoh paling sederhana adalah seragam PNS yang di bagian bahunya ada bagian untuk meletakkan pangkat. Padahal pangkat semacam itu nyaris tidak relevan di lingkungan sipil. Atau, perhatikan kalau tiap penerimaan siswa baru di SMP dan SMA juga disertai dengan pelatihan berbaris. Bahkan ada sebuah perusahaan air minum yang mengirim seluruh pegawainya untuk mengikuti pelatihan ala militer, lengkap dengan push-up dan bentak-bentakan. Lalu, apa hubungan pelatihan berbaris dengan prestasi sekolah dan kualitas air minum? Supaya displin katanya.

Entah, apakah benar kalau berbaris, push-up, dan bentakan dapat membuat orang disiplin. Atau jangan-jangan itu cuma propaganda semata? Setidaknya insisden-insiden tadi dapat menjadi contoh betapa dalam militerisme telah merasuki bangsa ini. Menwa, Pramuka, Banser NU, adalah beberapa contoh yang lain. Dengan mendompleng gaya militer, sosok-sosok pseudo-militer ini menjadi sosok ‘ksatria gagah’ di masyarakat.

Apakah salah mengidolakan militerimse? Tentu tidak. Tapi tidak pas, apalagi kalau diterapkan pada lembaga yang stakeholder-nya adalah rakyat, karena militerisme cenderung menerapkan budaya militer di masyarakat. Seperti disiplin yang berlebihan, budaya kekerasan, budaya ketakutan dan bahkan budaya sewenang-wenang.

Disiplin dan loyalitas bukanlah hal yang buruk, tetapi tetap harus diimbangi dengan kreativitas dan kepekaan, karena, andaikata semua orang Indonesia sudah disiplin setiap hari, tetapi tidak bisa menciptakan sesuatu untuk menjadikan negara ini lebih baik, itu sama saja kita berjalan mundur.

IPDN dan Budaya Militer
Tagged on:     

63 thoughts on “IPDN dan Budaya Militer

  • April 4, 2007 at 8:11 pm
    Permalink

    saya jadi inget ketika ponakan saya yang cewek minta cariin suami ngomongnya dalam bahasa jawa..”Om, golekke bojo berseragam?”-(Om, cariin suami yang berseragam dong?-red”..hahahaha..untungnya koq ponakan saya akhirnya dapat org sipil asli..peristiwa ini jg mengingatkan pada tulisan Bang Anton Tabah di Pikiran Rakyat saat kasus kekerasan di APDN yang di tayangkan di SCTV beberapa tahun lalu (tulisannya masih ada tuh ternyata di situsnya pikiran rakyat)..kalo yang ngemong aja kasih contoh gitu..mo gmna lg..dan uniknya lagi koq ya menurut survey dosen IPDN sendiri selain kekerasan terjadi jg budaya freesex antar praja..(2000-2004 terjadi kasus 660 kasus freesex-baca detik.com.. pamong-pamong..jadilah contoh baik biar engaku dihargai dan dihormati..dan yang berseragam jangan sok..cukup yang berseragam TK dan SD yang nakal tp lucu..kalo udah gedhe kan jadi tidak bermutu..

    Reply
  • April 4, 2007 at 11:46 pm
    Permalink

    Tidak Relevant dan Significant kata si Just Kidding, eh Jusuf Kalla.

    Reply
  • April 4, 2007 at 11:47 pm
    Permalink

    Saya mencoba mengakses artikel elang dan semut kok tidak ada ya? Sepertinya sudah dihapus ya. Mungkin terlalu provokatif? :)

    Reply
  • April 4, 2007 at 11:51 pm
    Permalink

    Elang dan Semut? Enggak kontroversial kok, cuma saya tunda aja publishnya :D Ada isu yang lebih urgen.

    Reply
  • April 5, 2007 at 12:11 am
    Permalink

    sekolah calon birokrat kok isinya gak pernah lebih dari soal kekerasan…
    jangan heran kalu nanti sudah jadi birokrat beneran, senengnya nyiksa kawulanya (masyarakatnya)…

    hmmmmphhhh
    salam prihatin

    Reply
  • April 5, 2007 at 9:15 am
    Permalink

    disiplin setuju banget. ada lho anak itb yang konon namanya disiplin bersama (ini aku baca dari blognya enda nasution), mungkin harapan bapaknya kelak orang indo bisa disiplin (gak mati).

    cuman masak latihan disiplin harus pake kekerasan? basi banget kan?

    Reply
  • April 5, 2007 at 2:35 pm
    Permalink

    kalo gw pikir2 bener juga yak.
    kita dari sejak kecil tau masalah2 itu. tapi tetep aja orang indonesia terkenal tidak disiplin.

    apa mungkin karena militerisme itu sendiri?

    Reply
  • April 5, 2007 at 5:15 pm
    Permalink

    Disiplin, Yes !!!
    Balas Dendam, NO !!!

    Reply
  • April 5, 2007 at 5:18 pm
    Permalink

    sepertinya untuk jadi aparat di negeri ini mesti di pukul, dicabuli (ups). Pantes pas udah jadi agak sulit cari yang bener. Kenapa mesti begitu

    Reply
  • April 5, 2007 at 7:44 pm
    Permalink

    didats:
    kalo gw pikir2 bener juga yak.
    kita dari sejak kecil tau masalah2 itu. tapi tetep aja orang indonesia terkenal tidak disiplin.

    apa mungkin karena militerisme itu sendiri?


    Mungkin juga… atau jangan-jangan karena penerapan disiplin militer hanya di kulitnya saja ya?

    Reply
  • April 5, 2007 at 8:57 pm
    Permalink

    warga sipil kita masih merasa inferior dibanding militer. mangkanya gemar banget memirip-miripkan diri dgn militer (pakaian, gaya bicara, bertindak, dll).
    bubarkan IPDN sekarang!!!!

    Reply
  • April 5, 2007 at 10:11 pm
    Permalink

    halah … makanya cari sekolah yang aman damai sejahtera dunks :-)
    kayak ipb

    *promosi*

    Reply
  • April 6, 2007 at 6:38 pm
    Permalink

    IPDN = Isntitut Preman Dalam Negri

    Reply
  • April 7, 2007 at 12:02 am
    Permalink

    Pak Herman, kultur militerisme itu bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak negara (AS, Eropa, China, dsb). Yang menjadi isu itu apakah kebudayaan militerisme lebih kuat dan menguasai kebudayaan sekuler, terutama dari segi legal. Ini salah satu indikator apakah suatu negara itu betul2 demokratis [TH].

    Reply
  • April 7, 2007 at 11:32 am
    Permalink

    setubuh ama didats+momon
    pembentukan kedisiplinan menggunakan pola militerisme cuma sampe di luaran aja, karena kita cm disiplin ketika ada yg ngawasi, ngebentak2 dll. tp ketika gag ada yg ngawasi akan cenderun berbuat yg berkebalikan dan bahkan lebih parah sebagai bentuk pemberontakan dan balas dendam.

    aku lebih seneng pembentukan kedisiplinan dengan contoh langsung, gag perlu bentak2 apalagi cm bisa bentak2 tp gag bisa melaksanakan
    * koyo aku *

    budaya di IPDN susah dihilangkan kalo gag potong generasi, karena generasi yg sekarang masih menyimpan dendam akibat kekerasan yg mereka terima dari senior.

    ketika diprotes kekerasan gag boleh dilakukan, mereka paling beralasan: “Kayak gini kok keras. Ini belum seberapa, dulu kami menerima yg lebih keras”

    * alasan ketika dulu nyuruh pus ap *

    IPDN = Institut Preman Dibiayai Negara

    Reply
  • April 8, 2007 at 9:00 pm
    Permalink

    budaya militer bole perlu, baris berbaris bole perlu..disiplin gaya militer bole perlu..tp kekerasannya itu..kayaknya ‘gaya tawanan perang‘nya itu yg gak perlu..blm ‘perang’ dah mati.. :(

    Reply
  • April 10, 2007 at 10:03 am
    Permalink

    –Rektor IPDN mengaku kecolongan. “Mereka (para praja) secara pribadi melakukan kegiatan di luar jam yang telah ditentukan yaitu pukul 22.00 WIB. Ini ilegal,” lanjutnya.–

    Lah jadi ilegal karena lewat pukul 22.00?

    Re disiplin, baris, dan militer

    Baris-berbaris jadi pilihan mudah mendisiplinkan sekelompok manusia karena dalam latihan baris semua peserta harus taat perintah kalau nggak maka dia melanggar harmoni kelompok. Kalo pernah latihan baris pasti inget betapa pentingnya kemampuan mendengar perintah.

    Militer harusnya nggak identik dengan kekerasan. Kekerasan yang menjadi monopoli negara dan dikekang dalam organisasi militer diperlukan untuk kepentingan pertahanan. Bukan kepentingan nggebukin anak orang yang kebetulan lebih muda dan sekolah di tempat yang sama.

    Kenapa disiplin di Indonesia harus dibentuk lewat baris-berbaris dan kenapa bergaya ala militer jadi pilihan banyak orang?

    Karena mereka bodoh, nggak mampu mendisiplinkan diri lewat mind control jadi harus melalui kegiatan fisik. Karena mereka minder kalo liat mas-mas berseragam dengan tanda2 kepangkatan.

    Pikir2… kenapa mereka nggak ikut pramuka waktu SD aja sih?

    (secara jadi pramuka wajib dulu waktu di SD gw….hehehehe)

    Reply
  • April 10, 2007 at 6:46 pm
    Permalink

    dulu stpdn sekarang ipdn (maaf tulisan nya huruf kecil wong otak yang belajar gak ada) kayaknya gak ada abisnya ya. eehhhhhh orang sana pa gak bosan loe menghajar anak orang mending kalau bapakmu yang ngasih makan jelas kan. pantas aja ya di DPR ama MPR orang pade berantem melulu. mending jadi presiden ni kagak jadi camat aja dah senang nya kau. kayaknya semakin hari aja orang udah pada gak bermoral ya.

    Reply
  • April 11, 2007 at 5:46 am
    Permalink

    Siapapun boleh berpendapat negatif terhadap kasus yang terjadi karena itu merupakan hak dari setiap WNI…tapi sebagai ALUMNI STPDN tahun 2001 saya hanya bisa mengingatkan kepada saudara-saudara bahwa kita jangan melihat satu permasalahan dari satu sudut pandang saja tapi cobalah kita melihat dari sudut pandang yang lain.Kenapa anda tidak bertanya kepada para ALUMNI. Dan kalo ada yang menyebut IPDN (Institut Preman Dalam Negeri, Institut Pembunuh Dalam Negeri, dsb)itu namanya FITNAH. Kenapa saya katakan FITNAH….Apa karena saya alumni dari sana saya juga di katakan sebagai “PEMBUNUH,PENGANIAYA, PREMAN” ? Jadi kalo bukan FiTnaH & mencemarkan nama baik apalagi yang bisa digolongan dari penyebutan yang anda lakukan terhadap IPDN ? Karena pada saat anda menyebut IPDN itu artinya anda juga melibatkan beberapa komponen yg ada didalamnya yg tidak akan pernah bisa dipisahkan yaitu ALUMNI dari IPDN…..
    Saya hanya bisa tertawa melihat gaya dari “INU KENCANA” pada saat diwawancarai Stasiun TV…
    KOg bisa INU KENCANA yang dulu hampir membuat rekan saya dari propinsi Bali yang pada saat itu sementara PikEt JaGa SeraMbi PINGSAN akibat ketakutan karena mengira INU KENCANA itu SETAN..Bagaimana tidak ketakutan…mana ada sih orang yang tengah Malam berkeliaran dengan memakai pakaian Putih-pustih dan memakai sorban putih (seperti wali2 songo…).
    Apa wajar menggunakan KITAB SUCI dari masing-masing AGAMA untuk mengambil SUMPAH para PRAJA yang bermasalah dan merasa berhak untuk melakukannya seperti INU KENCANA lakukan selama ini?
    INU KENCANA… dia bukan ORANG SUCI.Kalo memang POLISI bertindak adil…Periksa juga DOSEN serta PENGASUH yang sekarang lagi TOP sebagai PEMBONGKAR kasus di IPDN mulai dari INU KENCANA..Saya yakin banyak ALUMNI yang akan memberikan Kesaksian Pernah DIPUKUL oleh INU KENCANA….
    ……The LAST
    1. IPDN & DEPDAGRI tidak pernah memaksa SAUDARA utnuk memasukkan Anak, Adik atau siapa dari ANda di IPDN.
    2. Pada saat memasuki geRbang IPDN ada satu tulisan yang merupakan peringatan atas pilihan yang diambil karena menjadi Praja di IPDN “SUDAH SIAPKAH MENTAL & FISIK ANDA” …. artinya kalo adnda merasa tidak siap untuk mengikuti PeNdidikan di IPDN silahkan anda BALIK KANAN dan PULANG ke rumah ANDa dan melanjutkan PenDidikan di Universitas atau Sekolah yang mampu anda IKUTI…..
    Ini hanya merupakan salah satu PEndapat dari saya sebagai alumni STPDN yang merasa sedih melihat ALmamater kami Hancur & diHINA serta diFITNAH hanya karena “OKNUM” yang tidak mampu mengikuti pendidikan di IPDN dan “OKNUM” yang melakukan penganiayaan tersebut serta “OKNUM” pendidik yang merasa dirinya SUCI tanpa pernah Berkaca pada dirinya sendiri……

    Reply
  • April 11, 2007 at 7:24 am
    Permalink

    IPDN = Institut Pembunuh Dibiayai Negara.

    Bukan main, dalam konfrensi Pers yang dilakukan praja IPDN, seorang juru bicara mengatakan tidak ada kekerasan di IPDN, kalau pun ada pasti perbuatan Ilegal…ck ck ck…sungguh salut dengan praja penipu tersebut, berani mempermalukan diri sendiri di jutaan pemirsa yang berkali kali melihat tayangan kekerasan yang dilakukan di halaman IPDN . bukan main, sesuatu yang sudah nyata masih berusaha dipungkiri. Lulusan macam ini pastinya calon kuruptor dan penindas rakyat.

    Reply
  • April 11, 2007 at 8:16 am
    Permalink

    Selamat kepada orang tua Praja Pembunuh Cliff Muntu. Putra anda berhasil menunjukkan ilmu yang didapat dari Institut Pembunuh Dibiayai Negara, dengan predikat PEMBUNUH. semoga putra anda mendapat balasan yang sitimpal dengan perbuatannya. Saya berharap pelaku pembunuhan Cliff Muntu tewas digilas buldozer, hingga badannya hancur berkeping keping

    Reply
  • April 11, 2007 at 8:45 am
    Permalink

    IPDN Ikatan Preman Dalam Negri.

    Hidup…. Inu….

    Reply
  • April 11, 2007 at 1:35 pm
    Permalink

    Wah para mahasiswa baik senior dan junior kalian hebat ya bisa tw apa kedisplinan itu sampai2 menggunakan kekerasan tapi sayang bagi kalian bangga n hebat tapi bagi masyarakat termasuk G kalian TOLOL seperti BINATANG.G mw bilang kalian senior / junior yang melakukan kekerasan TERKUTUK KALIAN.Rektor buka mata,dengarkan baca suasana apa yang terjadi di kampusmu jangan cuman mantau biasa ja.Satu pertanyaan saya apa kalian yang melakukan kedisplinan dengan kekerasan tw arti dari kedisplinan sesunggunya?terus kalian ga usah janji tidak akan melakukan kekerasan dengan baju yang resmi yang kalian gunakan seharusnya kalian kalau mw janji n mengikaruinya BUKA BAJU KALIAN dasar kalian tidak tahu malu.

    Reply
  • April 11, 2007 at 2:21 pm
    Permalink

    IPDN is a free campus…

    FREE – to beat up people (preman kaleee maen pukul hantem aja)

    FREE – to have sex (kalo gw baca di detik sih)

    kasihan Cliff Muntu, masa di akhir hayatnya masih sempet di suntik FORMALIN sama praja pembunuhnya.

    Wong edan…Sinting…Gila…Miring…

    welcome to the jungle (Indonesia gak bakalan bisa bener kalo calon camat/lurahnya kayak gene)

    Reply
  • April 11, 2007 at 2:35 pm
    Permalink

    SOK JAGOAN kok di kampus. Gw yakin orang-orang yang suka mukulin juniornya gak punya nyali alias mental TEMPE! Karna beraninya cuma di lingkungan kampus dan ngandalin senioritas. Gw cuma mau bilangin ama anak2 IPDN/STPDN, kalo mau jadi JAGOAN loe salah milih tempat!! Dasar gak berMUTU…!!!

    Reply
  • April 11, 2007 at 2:44 pm
    Permalink

    Bukannya budaya bangsa dan agama kita memang begitu? contoh aja ketika anak kecil disunat, TIDAK SAKIT, padahal sakitnya minta ampun, tapi tentunya TIDAK SAKIT karena sunat memang TIDAK SAKIT dan kalau merasa sakit itu banci…

    kalau kita berterus terang dianggap bodoh, lebih baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, sekali lagi memang budaya kita begitu…

    Orang Indonesia (lihatlah Bapak Bapak birokrat berkulit dan berbibir hitam karena kebanyakan rokok kretek), lebih suka dihormati atas dasar takut daripada dihormati karena dasar respek. Bodoh memang bangsa ini. Tidak heran dijajah oleh Belanda sampai 350 tahun…

    Bangsa ini juga gila materi, tiap hari belanja konsumtif, kartu kredit bisa punya sampe beberapa buah dan herannya (atau mungkin gobloknya).. bayarnya cuma sekedar nyicil… nggak sadar tuh lama lama kegulung bunga kartu kredit?? apalagi kartu kredit bank asing, 39% setahun…

    Kebodohan dan ketamakan harta ini disadari betul oleh Belanda. Tertera jelas dalam tulisan dan foto di Rijksmuseum Amsterdam. Narasi dan foto ketika Kesultanan Palembang digempur oleh kapal uap bersenjata milik Belanda. Kenapa gara-garanya? Gara gara Belanda dikontak oleh Sultan Jambi, minta tolong. Rupanya Sultan Jambi ini ada sengketa tanah dengan Sultan Palembang… ya sudahlah diadu domba abis oleh Belanda. Tentu salah PENJAJAH, kalau bukan salah PENJAJAH maka anda banci… tapi sama seperti sunatan yang TIDAK SAKIT; kayaknya yang bodoh memang orang Indonesia deh…

    Turut berduka cita atas meninggalnya Cliff… Bubarkan saja IPDN, percuma cuma mendidik para birokrat lagi (dan merokok kretek yang baunya minta ampun), mendingan jadi investment banker (dan minum champagne dan makan caviar), heheh:)

    Reply
  • April 11, 2007 at 3:17 pm
    Permalink

    buat mhira yth:
    apapun masalah yg menimpa ipdn saya sangat sedih. seharusnya sebagai alumni stpdn/ipdn kalo memang punya rasa tanggung jawab jangan hanya tulis disini. kemukakan kepada rakyat melalui media masa apa yg benar dan apa2 yg gak benar. baik dosen pembimbing praja atau siapa saja yg sdr anggap tidak benar kemukakan secara jelas tanpa takut resiko.jaman sekarang kalo anda berkata benar masih banyak orang yg mendukung.jadi jangan hanya membela diri saja dengan mengatakan tidak ada yg memaksa masuk ipdn kalo tidak kuat dipukuli. kenapa tidak sdr katakan : pukulan yg ditayangkan di tv2 itu belum seberapa dibandingkan jaman saya dulu toh saya kuat menahan pukulan dari senior dan pembimbing buktinya saya bisa lulus dan jadi alumnus stpdn.berbahagialah sdr sebagai alumnus stpdn bisa menikmati pendidikan gratis dan menjadi pegawai negri. dibandingkan saya karena saya dilahirkan di kampung sekolah juga di madrasah, smp swasta, sma swasta yg mutunya rendah. tapi setiap tahun saya menyetor pajak tidak kurang dari rp.50 juta dan uang tersebut mestinya harus di pertanggung jawabkan penggunaannya.jangan hanya dipergunakan untuk mendidik para pembunuh.
    terakhir saya hanya mengharap kepada alumnus stpdn/ipdn dan para mahasiswa yg pernah memukuli dan menyiksa rekan2nya sendiri bertobatlah dan mohon ampun kepada rekan2nya sesama mahasiswa dulu dan keluarganya sebelum sdr2 diadili di akherat nanti.

    Reply
  • April 11, 2007 at 3:43 pm
    Permalink

    Buat mhira <--- alumni IPDN mhira berkata Pada saat memasuki geRbang IPDN ada satu tulisan yang merupakan peringatan atas pilihan yang diambil karena menjadi Praja di IPDN “SUDAH SIAPKAH MENTAL & FISIK ANDA” weleh2x ini kalo di bahasa smack down artinya mungkin. “Are You Ready To Get Rumble” xixixixixi…. IPDN/ALUMNI IPDN sama2x TOLOL

    Reply
  • April 11, 2007 at 7:18 pm
    Permalink

    Sebagai bangsa Indonesia yang sudah merdeka sejak 1945 dan sekarang sudah punya banyak pemimpin yg HEBAAAAAAT kok masih ada perguruan tinggi dracula penghisap darah segar yang dilindungi PEMERINTAH selama puluhan tahun. Bagaimana rasanya sih jadi DRACULA apa situkang pukul kaos putih dan kaos merah yg ditayangkan TV itu ternyata bisa jadi PEJABAT DDN sebentar lagi lantaran sudah membunuh saudara2nya sendiri. Saya sebagai bangsa Indonesia mengutuk dan berdoa semoga REKTOR , PUREK, KAJUR, KEPALA BIRO di IPDN yang jelas-jelas mengetahui secara pasti karena pemukulan dilakukan dilapangan terbuka kok …. teganya ketawa-ketawa senamg dengan duiiiit milyard dari APBN uang rakyat yang digunakan untuk menyiksa rakyat. Gimana ini Republik Indonesia mau dibawa kemana BAPAK dan IBU 2 DOSEN_DOSEN IPDN, jangan gitu ah apakah anda ridak takut sama TUHAN ALLAH , jangan ketawa…ketawa…lantaran dapau duit tebal dari rakyat yang kebanjiran yang kena gempa yang miskin SADARLAH hai para DOSEN IPDN.

    Reply
  • April 12, 2007 at 7:33 am
    Permalink

    IPDN, kekerasan yang tiada berhenti.

    Kalo lihat tayangannya di TV dimana seniornya dengan leluasa bisa “membina” juniornya. Mungkin pernah dengar istilah “Tuhan telah Mati di Afrika” akibat perang saudara dan kelaparan, kalo sekarang mungkin lebih cocok “Tuhan telah mati di lingkungan IPDN” kampusnya orang intelek, kampusnya orang yang beradap, kampusnya calon pemimpin masyarakat, gimana ? katanya ketika akan diangkat menjadi mahasiswa IPDN bersumpah terlebih dahulu dengan atas nama Tuhan. Kepada senior atau alumni IPDN, jujur dalam hati anda memang senang itu melakukan “pembinaan” seperti itu ? ingat anda ga selamanya akan terus bergitu

    Reply
  • April 12, 2007 at 8:33 am
    Permalink

    IPDN –> institut kah?
    kembali lagi mereka mengatakan senioritas… senioritas… munafik banget seh.
    Senioritas bisa jg dikatakan menghormati yang lebih tua? tapi bagi mereka yang senior adakah mereka menghormati yang lebih tua dari mereka? munafik tingkat tinggi.. sekolah kemunafikan deh ini. memukul anak orang seenaknya.. gimana perasaan dari orang tua anak yang dipukul.. sekolah bego dengan sistem barbar.. wajar aja terjadi free sex n penganiayaan.

    “Hukum rimba berlaku di IPDN, yang kuat yang menang”

    Reply
  • April 12, 2007 at 10:11 am
    Permalink

    IPDN..tragiss banget,y, kasian ortu yang anak-anaknya DEAD, ‘pa ga kepiQran sama mereka waktu mukulin, atau mereka ‘meniqmatinya..(GILA!!!), orang menderita kok senang, saqt jiwa kalee!!!
    mungQn ada benarnya, kenapa negeri ini penuh dengan para pejabat yang memiliki tangan besi, padahal bukan orang meliter, mimpin negeripun jadi terus ketagihan untuk nindas Wong kecil,y, apa betul???
    praja2 ipdn kok diam saja saat ditanya ada ke2rasan atau tidak ?apa anda diancam ga akan dijadiin PNS, katanya hebbbatt, berani donk berkata yang benar walaupun itu pahit..

    Reply
  • April 12, 2007 at 10:34 am
    Permalink

    seharusnya IPDN itu tidak perlu ada karena sudah banyak Perguruan Tinggiyang dapat mencetak Pamong Praja yang sesuai dangan Kriteria yang diinginkan
    Kalaupun harus ada selayaknya tidak terpusat tetapi dikembalikan pada Propinsinya masing-masing….

    Reply
  • April 12, 2007 at 10:37 am
    Permalink

    dulu gw pernah mau daftar…….
    waaaah… untung ga jadi

    Reply
  • April 12, 2007 at 11:45 am
    Permalink

    IPDN = Institut Purba Dalam Negri

    Kebiadaban bak binatang terlebagakan … dan pemerintah nggak nngeh ? Sudah ada kasus kok gak serius ngawasin !
    Pemerintah dlm hal ini Depdagri yg menaungi IPDN jelas SANGAT BERMASALAH dan HARUS BERTANGGUNGJAWAB !!

    Wahai Pak Mentri , pejabat Depdagri, rektorat IPDN !!!!!

    Minta ampun sama Allah SWT !!
    Dosa lalai tugas anda sangat besar !!!

    Minta maaflah pada rakyat !!!
    Anda digaji dgn duit rakyat kok gak peka dan tidak bertanggungjawab !!!

    Reply
  • April 12, 2007 at 12:20 pm
    Permalink

    namanya juga kuliah… orangtua kan nguliahin anaknya cuma berharap 2 pilihan… lulus ato do… ga ada kan yang berharap anaknya keluar jadi mayat gara-gara disiksa ato jadi pembunuh…
    emangnya ipdn itu seperti medan perang… yang masuk ke sana itu… kalo ga mati ya hidup… ga kan?…
    apa mungkin kalo ada perang… alumni dan prajanya itu yang bakal jadi pembela negara terdepan gara-gara udah disiapin fisiknya… kayanya mereka juga bakal kabur de…

    Reply
  • April 12, 2007 at 2:19 pm
    Permalink

    ternyataaaaa di proppinsi jabar teh anu pang lobana residivis pembunuh wahyu hidayat…..ditayangan tv dan radio diberitakan aya anu masih bebas kerja di pemkot bandung, pemda purwakarta, propinsi malahan aya anu jadi ajudan gubernur tapi gak dibilang gubernur mana.
    gimana kerja kejaksaan negeri sumedang?????????? jangan2 kejari sumedang pura2 lupa……trus kalo gubernur2 propinsi kalbar, kalteng, gorontalo, sumut pada mengutuk kekerasan di ipdn tapi jabar yg ketempatan lokasi ipdn malah gubernur jabarnya sebagai orang yg ikut tanggung jawab permasalahan ipdn kok cicing wae.
    gubernur jabar termasuk yg dapat honor dari ipdn gak????? tolong yg tahu ceritain dong.

    Reply
  • April 12, 2007 at 3:51 pm
    Permalink

    sistem pendidikan dengan sistem militer di indonesia seperti halnya IPDN atau sekolah² lain berbeda dengan sistem yang ada di luar negeri, diluar sana sistem seperti halnya pemukulan, penendangan hampir tidak ada.

    Ketika seorang siswa melakukan kesalahan yang diketahui oleh seniornya yang terjadi adalah hukuman fisik individu tanpa ada body contact, dalam hal ini si penghukum tidak boleh menyentuh anggota badan yg dihukum.
    Hukuman yang berupa push-up sampai 100 kali adalah biasa, tetapi tidak pernah dengan penganiayaan.

    Untuk memperbaiki sistem yang sudah berlangsung sangat lama ini memang harus dengan memutus rantai sistem itu sendiri, mungkin dengan cara tidak ada penerimaan siswa baru IPDN yang berikutnya selama beberapa semester dan kemudian angkatan baru ini nanti tetap dibimbing dengan seniornya dengan pengawasan ketat dari pengasuh terutama malam hari (jam22.00-subuh).

    Mental pemaaf dan tidak ada balas dendam harus ditanamkan dengan jelas dalam sistem pendidikan seperti ini.

    Reply
  • April 12, 2007 at 4:09 pm
    Permalink

    SELAMAT KEPADA IPDN,
    REKTOR, DOSEN BESERTA STAFNYA.
    dengan begitu suksesnya mengantarkan
    beberapa siswanya ke alam baka.

    teruskan usahamu untuk membantai,
    sangat bagus kurikulumnya.
    anggap saja semuanya bodoh.
    yang paling pinter lu saja.

    gue juga nggak tahu mahasiswa IPDN itu, goblok apa pinter,
    kok kaya kerbau di cokok.
    dipukul ok aja,
    digebukin ok juga.

    pingin jadi sukarelawan untuk dikirim ke Irak atau Afghanistan?
    masuk aja ke IPDN.
    sangat cocok dengan kurikulumnya.

    pingin sex bebas?
    masuk aja IPDN.
    pasti aman deh.

    ntar keluar, gelar koruptor telah menanti anda.

    sekali lagi selamat deh pak rektor.

    Reply
  • April 12, 2007 at 4:22 pm
    Permalink

    to—–> mhira,
    anda sudah dibiayai rakyat sampai jadi pns bahkan masih menggantungkan diri pada rakyat.

    berbuatlah yang terbaik untuk rakyat.

    bukankah sudah sangat jelas apa yang terekam dalam video.
    tapi ya nggak pa pa, ntar bisa terkenal di seluruh dunia lewat video langka.

    sekali lagi anda sudah diberi uang rakyat.
    moga kedepannya lebih baik.

    Reply
  • April 12, 2007 at 4:27 pm
    Permalink

    buat sdr mhira, saya secara pribadi tidak melihat IPDN sebagai sesuatu yang buruk. Karena saya juga melihat ada beberapa lulusan IPDN yang baik juga dan saya juga idak setuju apabila nama institusi tsb dikait2kan dengan tindakan premanisme, pembunuh dsb. Tidak masuk akal sehat jika negara kita memang bertujuan membentuk institusi preman. Terlepas dari figur seorang Inu Kencana dan dosen2 lain saya melihat memang ada sesuatu yang tidak benar pada almamater yang anda banggakan.
    Kematian seorang Cliff Muntu ato Wahyu Hidayat adalah pertanda bahwa masih banyak hal yg harus dibenahi. Apa yang terjadi pada mereka (oknum praja)adalah murni tindakan premanisme yang berlindung dibalik sebuah institusi. Pembentukan mental ? Penegakan disiplin ? Nggak masuk akal ?
    Anda beruntung sebagai seorang yang mampu lolos dari hal-hal yang dialami Cliff atau Wahyu…tapi apakah itu membuktikan bahwa anda lebih baik (lebih kuat,tepatnya)dari mereka ?
    Jika anda memang seorang alumnus IPDN, jangan deh melihat orang2 yang ‘menyerang’ almamater anda, tapi coba lihat dari sisi adik2 kelas / junior2 anda. Tanpa disadari perilaku adik2 anda sedikit banyak adalah hasil bentukan pembinaan atau pengasuhan dari seniornya. Mari kita berikan solusi yang baik buat IPDN bersama-sama…buktikan bahwa IPDN bukan spt yang masyarakat bayangkan. Keterbukaan/transparansi mungkin dapat menjadi langkah awal yg baik. Apa yang jelek kita ungkapkan, bukan untuk dicerca, tapi dibenahi demikian juga hal-hal yang baik juga perlu disampaikan, itu saja. Kalo IPDN sudah spt itu saya pikir tidak perlu ada figur Inu Kencana lagi, kita semua sudah mampu menilai apa itu IPDN dari keterbukaan dan kemauan untuk memperbaiki dari IPDN sendiri, dengan peran aktifdari pihak manajemen, siswa dan alumnus.

    Reply
  • April 12, 2007 at 4:42 pm
    Permalink

    mhira,
    saya yakin anda pasti seorang praja wanita…..’tul kan ?

    Wajar kalo anda berkata spt itu lha wong jelas nggak bakal dipanggil ke barak praja pria trus dipukul dan diinjak-injak di bagian (maaf) dada.

    anda hanya mengutuk oknum pelaku yang notabene adalah junior2 anda. Tapi sadarkah bahwa apa yang mereka lakukan ini adalah hal yg turun temurun dilakukan..? Bukankah yang melakukan pengasuhan dan pembinaan adalah kakak2 seniornya, termasuk anda ?

    Adakah usaha anda ato rekan2 alumni anda yang berusaha menghentikan tindakan barbar tsb..?

    Seorang pamong praja yang baik dinilai dari kepribadiannya. Tetapi apabila itu semua ditutupi dengan keseragaman,..segalanya menjadi bias..karena semuanya terlihat sama.

    Reply
  • April 12, 2007 at 5:56 pm
    Permalink

    Rekan-rekan, mari kita jaga agar diskusi ini tetap konstruktif. Jangan sampai ada personal attack yang kasar terhadap orang lain. ;)

    Trims

    Reply
  • April 13, 2007 at 8:33 am
    Permalink

    ga tau mesti bilang apa ? komentar apa lagi tentang IPDN ? sudah berkonspirasi terorganisasi melakukan pembinaan terhadap junior, gerakan tutup mulut ? lebih takut sama senior ketimbang dengan Presiden ? ah apa lagi ? eh tambahan secara berjamaah berusaha menghilangkan jejak penganiayaan dengan menyuntikkan formalin ?
    pengecut ? lari dari tanggung jawab sampe takut masuk penjara ngumpet dibalik perlindungan Pemprov Jabar ?
    jangan sampe deh ketemu praja IPDN apalagi alumninya di jalan, gw takut dikeroyok praja IPDN kan braninya keroyokan

    Reply
  • April 13, 2007 at 9:57 am
    Permalink

    umm…IPDN gak ada yak didaftar teroris ?

    hikhik

    Reply
  • April 13, 2007 at 10:45 am
    Permalink

    keluar dari IPDN paling jadi koruptor, dari kelas KTP sampai PROYEK.

    persiapkan aja uang yang banyak jika akan mengurus KTP, pastinya siplah.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.