Blood Diamond bukanlah film yang historically significant. Ceritanya sesederhana sebuah road movie biasa, walaupun mengoyak hati. Tokoh pertama adalah Solomon Vandy, seorang nelayan di Sierra Leone yang keluarganya tercerai-berai ketika desanya diserang kelompok front revolusi. Solomon akhirnya disekap dan dijadikan tukang tambang berlian untuk mendanai persenjataan revolusi. Tokoh kedua, Danny Archer, seorang penyelundup berlian yang mengetahui kalau Solomon menemukan sebuah berlian besar. Danny, yang nyawanya terancam karena operasi penyelundupan terakhirnya gagal, membujuk Solomon untuk membantu menyelundupkan berlian itu. Sebagai imbalan, jika penyelundupannya sukses, Solomon dapat menyatukan dan berkumpul lagi dengan keluarganya. Dengan menyeret segudang konflik dan perbedaan, mereka berdua memulai perjalanannya.

Menonton film ini rasanya seperti dejavu, seperti nonton film holiwut lain. Akan tetapi, film ini menyentuh kita melalui backstorynya tentang pemberontakan di Sierra Leone. Bagaimana kaum pemberontak radikal dengan keji membunuh penduduk satu kampung dengan bedil, sementara yang tersisa dipotong tangannya. Juga bagaimana para pemberontak mendidik anak-anak kecil menjadi militan berdarah dingin, yang antara lain dengan mengajari tangan-tangan kecil itu membunuh tawanan dengan bedil. Film ini mempertanyakan kemanusiaan manusia, kenapa nyawa menjadi remeh temeh?

Sebetulnya Blood Diamond punya misi sekunder, yaitu mengajak kita bepikir dua kali sebelum membeli berlian. Boleh jadi, berlian tersebut dipakai untuk mendanai persenjataan. Tetapi, karena penduduk negara kita cukup miskin dan jarang nonton film —apalagi beli berlian—pesan yang satu ini lebih nyantol: bagi sebagian besar kita, ketentraman sudah menjadi bagian hidup yang lazim. Taken for granted.

Pasti ada yang membantah. “Negara kita ini penuh gonjang-ganjing kok!”

Betul, tetapi mari kita ingat sekali lagi kapan kita pernah merasa was-was akan ditembak oleh militan sewaktu sedang asyik jalan-jalan. Atau was-was tangan kita akan dipotong tanpa alasan yang jelas. Atau tiba-tiba disekap dan disuruh kerja paksa dibawah acungan bedil. Saya cukup percaya kalau rasa aman dari ancaman sudah lazim kok di negara kita.

Saya mikir lagi…

Ah siapa bilang. Tentu saja nyawa kita tidak terancam oleh gerakan revolusi bodoh seperti di Sierra Leone. Tetapi pemerintah masa lalu dan sekarang telah menghasilkan sebuah sistem kacau-balau yang mengancam nyawa rakyatnya. Bedanya dengan Sierra Leone, sekarang kita bisa berteriak sebelum segalnya jadi lebih runyam.

Refleksi Blood Diamond
Tagged on:

17 thoughts on “Refleksi Blood Diamond

  • January 25, 2007 at 1:43 pm
    Permalink

    yah bisa berteriak, mudah2an di denger teriakannya… Siera lone serem banget yach… wah kudunya hare gini dah ga ada negara spt itu

    Reply
  • January 25, 2007 at 2:01 pm
    Permalink

    @aku:
    Biar teriaknya lebih keras, bisa berteriak bersama-sama. Berteriak pun tidak harus literal kok :D

    adi: Terima kasih :)

    Reply
  • January 25, 2007 at 2:03 pm
    Permalink

    berteriakpun sia-sia saja, malah memperkeruh situasi :)

    Reply
  • January 25, 2007 at 3:32 pm
    Permalink

    Teriaknya gimana mas yg konstruktif itu??
    Yang pasti bukan uh..ah..uh..ah kan..?? :-D

    Reply
  • January 25, 2007 at 5:08 pm
    Permalink

    blood diamond tu sama aja berlian konflik yang selalu jadi tema film James Bond ya? yang judulnya ‘Diamonds Are Forever’?
    trus di ‘Casino Royale’?
    di film ‘Lord of War’ juga ada tema ttg berlian konflik. trus apalagi ya gw lupa.
    tapi pesennya emang kena. ‘jangan beli berlian kalo emang ga mampu’. hehehehehehe

    Reply
  • January 25, 2007 at 9:23 pm
    Permalink

    bagus reviewnya. aku blm nonton yg ini :)

    Reply
  • January 26, 2007 at 12:18 am
    Permalink

    leonardo dicaprio ternyata bisa bagus juga yak…*masih terpengaruh titanic hehehe…

    nominasi oscar yak pilemnya ?

    Reply
  • January 26, 2007 at 4:21 pm
    Permalink

    lah diendonesa bagian timur mungkin berasa was² juga mon, secara masih sering bentrok sesama bangsa juga…mo kluar rumah takut diculik atau ditembak, atau dibikin cacat :(

    memang ketenangan yang paling menyenangkan

    Reply
  • January 27, 2007 at 11:15 am
    Permalink

    aku ngga akan beli berlian

    Reply
  • January 27, 2007 at 4:29 pm
    Permalink

    eh, eh, coba cek link ini deh:

    http://www.tnr.com/doc.mhtml?i=20061218&s=chotiner121806

    ceritanya tentang nelson mandela yang not so happy tentang film blood diamond. ternyata katanya dia lumayan menyupport industri berlian. majalahnya yang nulis sih lumayan kredibel lah. ‘the new republic’ yang di film ‘shattered glass’ itu lhoo.

    belum nonton blood diamond sih. tapi yang aku notice: gosh, how come that cheesy titanic boy suddenly turn into one helluva sexy man?

    Reply
  • February 2, 2007 at 1:08 pm
    Permalink

    Wah kritis nih. Tapi di Indonesia orang udah teriak juga ga ada yang ndengerin dan berubah.

    Reply
  • February 6, 2007 at 11:26 am
    Permalink

    Memang kita ga mendapat mimpi buruk seperti yang dialami tokoh Solomon, tapi penduduk di pulau lain negara Indonesia raya? Seperti di Ambon waktu itu contohnya. Kita ga tau aja, kalo itu juga terjadi di pelosok2 sana.
    Seperti yang pernah diceritain sama seorang tentara kenalan Bapak kita (Bapakku dan Mas Herman), dia pernah melihat orang2 di Ambon pada berbaris di pinggir pantai untuk satu2 ditembak mati. Ada kakek2, ibu2, dan bahkan anak2. Remember that Mas Herman?

    Reply
  • December 5, 2007 at 3:18 pm
    Permalink

    Blood diamond memang asli seru filmnya. dari yang aku baca Blood Diamond itu komplit, ada thrillernya, romance, intrik, konspirasi, kasih sayang ortu ke anak komplit dah. kalo kondisi di Indonesia, jangan terlena, gak semua daerah di Indonesia aman dari situasi mencekam seperti jakarta (ibukota tercinta). contohnya Aceh (dulu, alhamdulillah sekarang dah aman). Ambon, daerah Papua. situasi disana g kalah ngeri sama yang di film Blood Diamond. moga2 konflik segera berakhir di daerah itu.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.