Gara-gara blognya Toni jadi loncat ke blog tausiyah dan menemukan artikel tentang sikap kaum Hindu terhadap Islam. Membaca dua kubu agama saling melontarkan tuduhan dan kebencian saja sudah cukup menyedihkan, apalagi membaca ini:
Tetapi, seyogyanya, kaum Hindu yang minoritas juga menghormati umat Islam yang mayoritas untuk menjalankan ajaran agamanya, termasuk dalam soal aurat.
Dalam negara demokrasi kita mengenal konsep ‘Majority Rule and Minority Right’. Kalau diartikan kurang lebih: mayoritas berkuasa tetapi minoritas tidak kehilangan hak-haknya. Upaya memaksakan nilai kelompok mayoritas ke semua orang seperti di Indramayu tentunya tidak benar, apalagi kalau menggunakan dalih ‘kami adalah mayoritas’.
Mendengar berita-berita semacam di Indramayu, Padang, Tangerang, Perancis, Amerika S erikat membuat saya ketakutan. Apakah semua orang akan terus menerus berseteru hanya karena berbeda melihat suatu hal?
Ada tiga orang buta yang memegang gajah. Si buta pertama berkata:
“Gajah itu lebar dan pipih”
“Gajah itu panjang dan meliuk-liuk,”ujar si buta kedua.
“Gajah itu besar dan kokoh,” ujar si buta kedua sambil memegang kaki gajah.
Dimana-mana kok manusia saling memusuhi atas nama perbedaan ya ? manusia saling menyakiti karena ada yang berbeda. Merasa dirinya benar, dan yang berbeda dengan saya maka salah.
Kalau memang spt itu, lalu kenapa Tuhan menciptakan banyak perbedaan di bumi ?
Seandainya Tuhan bisa mereply comment saya di blog ini … :D j/k.
Perbedaan itulah manusia….
bagaimana mengelola perbedaan menjadi lebih indah itulah memanusiakan manusia
aku takut kalo aku pulang ke indonesia aku gak kenal indonesia lagi…karena indonesia sudah menjadi kayak afganistan…
gimana kalau anakku nanti bertanya..”mami.. kog indonesia lain sama cerita mami..yg katanya selalu hidup rukun dan saling menghargai walaupun dari banyak suku dan agama yang berbeda?”
*sedih..banget..prihatin…kesel…campur aduk jadi satu….*
seorang teman gua pernah berkata:
” Menakjubkan apa yang orang lakukan demi agama, tapi lebih mengerikan apa yang orang lakukan atas nama agama “
Saya terlahir sebagai muslim dan kebetulan dibesarkan di kota kecil yang sangat heterogen dari segi agama. Sejujurnya, yang Mas Herman tulis itulah yang ada dipikiran saya ketika RUU APP menjadi perdebatan.
Islam memang mayoritas tetapi tidak berarti dapat memaksakan kehendak seperti itu….
Bukankah menggunakan jilbab tidak dilarang di Indonesia?itulah toleransi.
Buat mb Ayu, saya masih yakin Indonesia adalah negeri yang ramah, ia cuma sedang mencari bentuk, seperti ABG yang agak susah diatur.
Sejak kecil kita didoktrin untuk memahami pancasila dengan butir-butir yang ampun banyaknya.Di sana juga kita seakan “dipaksa” untuk belajar bertoleransi. Tapi toleransi itu sendiri tidak terlalu dijiwai oleh beberapa pemimpin agama. Ambil saja contoh doktrin di pengajian sejak saya SMA dulu, Islam bukan agama “ter”baik tetapi agama yang “baik”, karena yang lain tidak baik. Padahal jelas-jelas dalam AlQur’an ditulis bagimu agamamu dan bagiku agamaku.(maaf saya hanya bisa mencontohkan doktrin di agama saya saja). Sedih banget ketika akhirnya saya benar-benar memahami doktrin itu.
Jika semua pemimpin agama terus mendoktrin umatnya dengan cara begitu, kita akan berakhir dengan saling membenci.
dy
waaa..aku jadi inget pelm “CRASH”
gtu kali yaa..klo orang-orang saling bertindak berdasarkan praduga..dan saling melabeli orang lain dengan agama, ras dll..lalu men-generalisir..
manusia bodoh…
buatan manusia kok dipercaya 120%
hayo yang ngerasa pintar bela diri..
sahabat,
mengapa yang punya rencana bikin ruu app orang indonesia, tapi yang kena getahnya taliban, afghanistan dan arab? di mana-mana, penolakan terhadap ruu app ditunjukkan dengan menghina dan merendahkan taliban, afghanistan, arab dan padang pasir.
banyak orang arab di indonesia tidak berjilbab. bisakah kita memahami perasaannya ketika kampung halamannya dihina-dinakan? bagaimana perasaan kita ketika kebetulan hidup di luar negeri, dan di depan mata kita orang sana menjelek-jelekkan bangsa kita?
ada baiknya kita dengarkan kata hernani sirikit,”saya menolak ruu app bukan karena arab dan padang pasir. itu sudah masuk wilayah penghinaan terhadap SARA. saya menolak ruu app karena masalah pornografi sudah diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana. jadi, maksimalkan saja pasal pidana itu.”
so, saling memahami perasaan etnis lainlah. arab, taliban, afghanistan, padang pasir, kan tidak ikut campur pada ruu app.
salam,
sahrudin, samarinda.
Salam kenal bro Herman,
Fenomena kegagalan agama saat ini khususnya di indo memang sangat kental. Rancangan UU APP atau konsep apapapun yang terkait dengan unsur agama secara implisit telah menunjukkan kegagalan agama itu sendiri dalam menjaga moralitas umatnya. Urusan moralitas itu sebenernya bukan urusan pemerintah, melainkan individu orang thd Tuhannya melalui mediasi institusi agama dan kitab suci sebagai landasan fundamental berpijak.
Pada saat suatu konsep atau kepentingan institusi agama tertentu telah masuk dalam environtment politik negara, maka kekuatan agama itu sebagai media spiritual telah mengalami degradasi dan bahkan bisa hilang sama sekali. Idealnya agama tidak boleh campur dengan kepentingan politik.
Namun sayangnya ada banyak organisasi agama yg menggunakan tunggangan politik untuk kepentingan kelompoknya. Sehingga pada suatu waktu tertentu kelompok itu dapat menguasai “pola berpikir dan bertindak” dari masyarakat khususnya di Indonesia yang majemuk ini.
Salam,
Ronald T. Gultom
http://rotogu.blogspot.com
Yang namanya agama tu masalah paling sensitif di dunia ini. Tapi jangan lupa, agama juga hak asasi tiap manusia sendiri, tul ga? So,,, benernya ga boleh tu ada orang yg ngurusin masalah agamanya orang laen, walopun orang itu seagama.
Kalo ada masalah ricuh antaragama gitu,,, tiap orang saling tuding. Pas ada kasus Lia Eden,,, dia dihujat. Bukannya aku membela Lia Eden, tapi menurutku, apa yang dilakukan Lia Eden tu awalnya juga dari bentuk kejenuhan gara2 keributan tiap agama. Makanya dia menggabungkan intisari tiap agama. Sayangnya, itu juga bukan jalan keluar yang baik.
Agama itu tuntunan hidup, bukan alat politis..
istilah majority rule mengganngu sekali… jadinya tyranny of majority!
Jilbab untuk siswa sekolah di Indramayu masih berlaku gak sekarang?
Kalau aku boleh melihat dari sudut pandang berbeda, Mon.. mungkin pihak sekolah di Indramayu berpikir, utk keseragaman mending semua aja diwajibkan berjilbab, toh kebanyakan emang siswi muslim yg berjilbab.
Ini persis seperti kebijakan di beberapa sekolah umum lain yang melarang jilbab demi keseragaman (di Singapura seperti ini setahuku).
Both are wrong though. Di Indramayu, kan kasihan siswi non-muslim, dipaksa berpakaian menyerupai siswi muslim. Dan di Singapura, kasihan juga siswi muslim jadi terpaksa meninggalkan aturan agamanya sendiri krn kebijakan sekolah…
bisa ngga yah… beda = damai :-)
salam kenal dari surabaya!
iya ya? kenapa pada repot c menggolong2kan sesuatu?
kita kan sedang berevolusi. prosesnya bisa diperlancar dengan berhenti menggolong2kannya. ga usah repot! ^^
Dapatkan web profile murah di hostingtarget, 50 Rb/bulan untuk profile perusahaan,organisasi, personal. Dilengkapi dgn CMS berWYSIWIG (what you see is what you get) sehingga memudahkan anda mengupdate content, seperti halnya mengetik dgn menggunakan Ms Word. 50rb/bulan sudah termasuk nama domain selama setahun, hosting space 50MB selama setahun. Tahun berikutnya anda cuma bayar 18rb/bulan untuk sewa hosting. Dapatkan segera di hostingtarget. HostingTarget corporate hosting Indonesia.
itulah manusia… :D
istilah mayoritas dan minoritas jd kebablasan nih…mustinya ga ada istilah ini, karena kita sm2 hidup di indonesia, kt sm2 warga negara indonesia. well tapi memang ada sebagian masyarakat bodoh yang merasa karena mrk mayoritas maka segala peraturan harus didasarkan pada syariat agama mereka. padahal jelas2 falsafah negara ini Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti peraturan berdasarkan agama itu gak bisa diterapkan. Hukum itu sifatnya harus universal, jangan berdasarkan satu agama aja. Hidup Pancasila!!!!
burung garuda sudah mati !
mungkin perlu dibikinkan ruangan porno kali ya…
Seperti rokok itu, kan ada ruangan khusus merokok untuk perokok yang tidak bisa menahan nafsu mengisap rokok.
Aku pernah tinggal di suatu daerah kerusuhan, kebetulan penyebabnya memang Agama. Ngeri banget ngeliat orang2, yang dulunya hidup rukun, saling baku tolong, saling bertetangga, & bersaudara menjadi baku bunuh, sangat tidak rasional, tapi memang kenyataannya begitu.
Trauma… mungkin begitulah keadaanku sekarang…(dan mungkin juga ribuan bahkan jutaan orang yang pernah mengalaminya secara langsung)
Pernah aku merasa buat apa sih ada agama2 di dunia ini, kalau cuma dijadikan alasan untuk saling bunuh??? Buat apa si orang2 ngejalani ibadah tiap hari, kalo cuma untuk saling memusuhi “umat” agama lain??? Btw, kayaknya pertanyaan2 bodoh yang nggak mungkin terjawab.
Andai orang2 di dunia seperti sdr. herman, topan, jauhari, gusti, ayu, sahrudin, dian utami, emol, ronald, chocoluv, dll commentor blog ini…. ah….
Susyah ya ngliat orang suka bertengkar dan mudah terpecah belah. Sedih, miris, dan pengen ketawa.
Baru2 ini pertandingan Ligina rusuh lagi. Pemain, official, dan suporter saling baku hantam.
Ada yang bilang, perilaku pemimpin bangsa itu adalah cerminan dari perbuatan rakyatnya. Hm.. menarik ya?