RUU APP diperlukan untuk mencegah kerusakan moral!
Ketika kita berbicara tentang undang-undang kita berbicara tentang negara. Ketika kita berbicara tentang negara kita berbicara seluruh rakyat Indonesia. Disini kita perlu kembali bertanya, moral yang mana yang dimaksud? Dan yang paling penting, apakah moral yang dianut oleh sebuah golongan harus dipaksakan kepada 240 juta penduduk Indonesia lain? Bukankan sangat tidak bermoral ketika kita memaksakan kehendak kita ke orang lain? Apakah negara harus mencampuri urusan pribadi warganya dengan dalih moral dan agama?

RUU APP meningkatkan harkat perempuan! Sebagai perempuan saya merasa risih melihat perempuan lain berpakaian seronok!
Yang berpose sana kok yang risih situ? Mana yang lebih menghargai perempuan? Mengatur bagaimana perempuan harus berperilaku dengan undang-undang (bahkan sampai mengatur cara dia berpakaian)? Atau membiarkan perempuan menjadi manusia bebas dan memiliki kesempatan untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya?

Tapi RUU APP itu perlu untuk mencegah kejahatan seksual!
Tidak pernah terbukti secara empiris kalau pornografi menyebabkan perkosaan atau kejahatan seksual lain. Malah, dalam sebuah penelitian terbatas (ie: tidak empiris) di Jepang (yang pornografinya malah cenderung violent), tingkat kejahatan seksualnya sangat rendah dan cenderung menurun.

Tapi ada kakek tua memperkosa balita setelah melihat VCD Inul ngebor!
Tapi jutaan penduduk Indonesia yang lain tidak memperkosa balita setelah melihat VCD Inul. Apakah Inul harus kehilangan hak ekspresinya karena ada 1 orang bermasalah dari jutaan orang?

Berarti balita yang diperkosa tadi tidak penting karena minoritas?
Bukan tidak penting, tetap penting, cuman seharusnya yang bermasalah-lah yang harus diperbaiki. Dalam kasus ini adalah kakek tua tadi.

Saya mudah terangsang sehingga sering ereksi kalau melihat wanita berpakaian seksi di mall!
Itu masalah anda. Mohon jangan membuat orang lain menanggung masalah anda. Terima kasih.

Saya tidak ingin anak saya melihat gambar porno.
Ini mungkin adalah esensi dari RUU APP yang seharusnya: mengatur audience sebuah gagasan yang dianggap porno. Kalau sebuah majalah dianggap porno, maka yang dapat mengakses itu adalah orang-orang yang sudah pada umurnya. Bukan berarti kalau tidak pantas dlihat balita berarti juga tidak pantas dilihat oleh ibu-ibu dewasa.

Anggota DPR, mohon batalkan RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi. Dari uraian saya, tentunya terlihat jelas kalau sama sekali tidak ada alasan untuk membuat UU Anti-Pornografi. Mungkin, yang diperlukan adalah UU yang mengatur distribusi materi yang dianggap porno.

Menolak RUU Anti Pornografi
Tagged on:

57 thoughts on “Menolak RUU Anti Pornografi

  • March 26, 2008 at 3:24 pm
    Permalink

    yg ditentang itu pornografinya ya pak atau RUUnya?
    saya juga setuju jika RUU itu ditentang, jika isinya membuat seorang ibu yg menyusui anaknya di depan umum masuk penjara, sementara koruptor 1.3 triliun bisa bebas di china (RRC)
    Saya setuju jika ‘porno’nya (ntah yg gimana itu def porno ya? telanjang ?iya, bugil ? iya, bugil di tempat mandi? hmmmm, terlihat payudaranya? ya & tidak, baju seksi?hmmmm, baju renang?hmmmm) dihalangi tapi tidak membuat saya ke penjara ketika saya mencium istri saya di stasiun, yg sedih karena ditinggal pergi tugas oleh saya selama 1 minggu (bulan/tahun) ke luar kota(negeri)

    ntah benar ntah tidak, tapi hati saya agak keki juga jika ada seorang wanita (ibu) di tanggerang yg ditangkap diTUDUH sbg wts, hanya karna melewati ‘jam malam’ kota tanggerang dan busuknya jika ada pasangan ditangkap karena melewati ‘jam malam’ kota tanggerang pasangan lakinya bebas, wanitanya? ya di…………..

    Reply
  • October 19, 2008 at 12:10 pm
    Permalink

    Dibalik pembatasan audiencee pornografi, berarti ada kepentingan konsumen ponografi dan penjual ponografi (pemilik situs/majalah/fotographer/dll – yang memiliki omset bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan). Saya tidak tahu Bapak yang satu ini (Herman Saksono) berada di pihak mana. Buat saya, sayang kalau anugerah mata digunakan untuk itu. Bagaimana mempertanggungjawabkannya kepada SANG PENCIPTA mata ?

    Menurut saya, hal-hal yang tidak perlu kita campuri sebaiknya diserahkan ke masing-masing individu saja.

    Reply
  • November 21, 2008 at 9:47 pm
    Permalink

    Nanti kalo Indonesia sudah kewalahan menghadapi : Free sex dan kumpul kebo. Pemuda/pemudinya sangat malu diejek teman-temannya karena masih perawan/jejaka. Gay dan lesbian dimana-mana, bisa menikah sah lagi. Indonesia juga punya industri sex (majalah, film dan mainan) yang legal. Barulah orang-orang yang tidak setuju RUU APP ini menyesal. TAPI SUDAH TERLAMBAT!!!!

    Reply
  • November 22, 2008 at 3:48 pm
    Permalink

    Buat Anonymous yang super getol menolak RUU APP Holy stupid shit! dengan cara berpikir yang masih harus dicek kenormalannya, saya punya satu pertanyaan..
    Anda tahu tidak teroris bernama IRA. Pasti ga tahu kan? Itu tukang bom nomor satu bro. Dan tak usah saya sebutkan apa agamanya para teroris itu, yang jelas mereka bukan muslim. Intinya setiap agama pasti punya pengikut garis keras, tapi bukan agamanya yg salah, pola pikir merekalah penyebabnya.
    Jadi,
    sebelum anda menghujat salah satu agama dan mengalihkan permasalahan, benahi dulu pengetahuan anda deh.
    We ke ke kek..
    Peace…ing me off!

    Reply
  • December 4, 2008 at 8:34 am
    Permalink

    “Suasana tanya jawab berjalan biasa, hingga seorang anak laki-laki berdiri dan mengacungkan tangan tinggi-tinggi. ”Ya, mau tanya apa, Nak,” tanya Elly. Tak dinyana, bocah tanggung itu berkata, ”Bu, kalau saya sudah menikah, bolehkah saya menggauli istri saya dari depan, belakang, dan samping?” Kalimat itu mengalir lancar dari mulut sang bocah. Raut wajahnya juga tanpa dosa, khas anak-anak. ”Tubuh saya kontan berkeringat dingin. Lutut gemetar, bingung mau menjawab apa,” kata Elly, mengenang.”
    Kok justru saya melihat bahwa Elly bukan guru yang baik. Seharusnya, guru yang baik justru menjelaskan yang benar, dan mengarahkan boleh atau tidak. Sudah wajar anak anak bertanya sesuatu yang tidak mereka ketahui. Kalau ditutupi seperti itu, tidak heran mereka mencari pengalaman di luar yang tidak bertanggung jawab. Anak anak yang diberi pendidikan yang baik, memang tidak akan takut bertanya seperti itu, tetapi itu bukan berarti dia menonton pornography, itu hanya karena mereka ingin tahu. Sebuah borok yang ditutupi dan tidak diobati, suatu saat akan mengakibatkan amputasi.
    Ingat, borok itu melebar. Kalau di badan anda luka, membusuk, dan ngga diobati tapi ditutupi sama kain atau sama baju biar ngga kelihatan, semakin lama akan semakin banyak yang ditutup, dan suatu saat harus diamputasi, atau mengakibatkan kematian. Di masyarakat kita, sudah biasa menutupi borok sex. Beda dengan di luar sana, dimana mereka tahu bahwa sex adalah hal yang tidak mungkin dicegah karena hampir setiap manusia pasti mengalaminya, dan memberikan pendidikan supaya tidak merugikan.

    Nah, kalau sudah seperti kasus yang saya kutip dibawah ini, amputasi pun udah ga mempan.

    “Ranking 1 – 10 contoh jahiliyah. Kiblat kebebasan, yaitu Amerika Serikat, ada di ranking itu. So…. apa lagi yang mau dipake untuk membuktikan kalau di USA sono angka perkosaan rendah? Setidaknya, dibandingkan dengan Qatar, Indonesia, dan Arab Saudi, …. negeri kiblat kebebasa itu jauh lebih tinggi angka perkosaannya. Artinya apa? Diaturnya pornografi tidak membuat mereka lebih beradab dari Indonesia. Yang benar adalah PORNOGRAFI dan PORNOAKSI dilarang, bukan diatur!!!!!!”

    Sebelumnya, gue pengen komentar yang post ini.. Lucu banget.. US disebut, tapi kok afrika yang paling atas ngga disebut? Hhahahaa. Karena mayoritas di afrika dan mayoritas arab sama ya pak? Karena kalau afrika disebut, dan udah gitu disebut saudi arabia, argumennya jadi ngga valid yak? Hahahaha.

    Saudi arabia adalah tempat dimana borok tersebut sudah terlalu sering ditutupi sampai akhirnya tidak bisa diobati, dan harus diamputasi. Angka perkosaan kecil, betul.. tapi bukan berarti perkosaan ngga banyak. Oooppsss.. sorry.. di arab tidak dikenal perkosaan. Yang dikenal perzinahan, dimana perempuan yang berzinah harus dicambuk. Jadi tidak ada kata perkosaan dalam kamus saudi arabia. Karena kata perkosaan tidak dikenal, maka angka perkosaan juga hanya dikenal oleh mereka yang mengenal kata perkosaan tersebut. Karena menurut kamus bahasa saudi arabia, perkosaan = perzinahan. Wanita yang diperkosa pun suka kok, jadi harus dihukum juga karena ngga sama muhrimnya. Biarpun wanita tersebut diseret dari dalam rumah sekalipun oleh pemerkosanya, itu tetap dianggap perzinahan, suka sama suka. Jadi, yah. kalo dilaporin, malah wanitanya yang harus dihukum cambuk atau dilemparin batu sampe mati.
    Karena itu saya bilang, saudi arabia adalah tempat dimana borok sex yang mestinya diobati itu terus dan terus melebar, sampai diamputasi pun ngga bisa karena busuknya borok itu sudah mendarah daging.

    Nah, pertanyaan saya, kemana kita akan membawa bangsa ini? Apakah kita akan menjadi US, yang biarpun kriminal perkosaan tinggi, tetapi mereka berani melaporkan itu supaya pelakunya bisa dihukum, atau seperti saudi arabia yang sudah tidak mengenal kata perkosaan? Supaya berapa tingginya pun angka perkosaan, tidak akan tercatat di statistik krimininal? Tau ngga kalo diarab itu perkosaan berkali kali lipat lebih tinggi? Satu staunya tempat di dunia dan sekali sekalinya saya mergokin orang merkosa wanita di sudut jalan adalah di arab, dengan wanitanya tidak berani berteriak, hanya diam dan menangis. Waktu mau saya laporkan pun wanitanya malah bilang jangan. Kenapa? Karena pria-nya ngga takut dihukum. Wanitanya yang justru takut. Kalau dia berani berteriak minta tolong, dia yang akan dibunuh, dan yang memperkosa dia hanya dihukum ringan.

    Reply
  • January 2, 2009 at 12:29 pm
    Permalink

    Aku seh setuju2 aja ada UU Anti Pornografi… aku bukan orang alim juga.. aku juga pernah kebablasan juga… tapi setidak2nya kesalahanku.. tidak terjadi ma adik2ku or ponak2anku yang masih balita.. lucu2 and menyenangkan.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.