Kalau soal 17 Agustus-an, saya bisa dibilang paling parah.
Saya belum pernah ikut apa yang namanya lomba-lomba tujuhbelasan. Sudah 8 tahun saya tidak memasang bender merah putih. Tirakatan 17 Agustus pertama saya itu setahun yang lalu, itupun gara-gara ikut KKN.
Tapi jangan salah, saya tetap penggemar berat 17 Agustus (atau setidaknya pernah). Saya selalu terpesona bagaimana para Paskibraka bisa mengerek bendera dengan kecepatan sama dengan lagu Indonesia Raya. Tapi favorit saya tentunya para Paskibraka cewek yang bisa menuruni tangga mundur.
Yang menarik justru sepertinya 17 Agustus menjadi relevan dengan nasionalisme. Memang bukan barang baru sih, orang Indonesia lebih menghargai segala sesuatu secara simbolis (ie: lebih penting terlihat rajin sholat daripada berakhlak baik, padahal keduanya sama penting). Tapi tidak suka 17 Agustus tidak berarti tidak nasionalis. Dan Nasionalis tidak berarti tidak suka 17 Agustus.
17 Agustus cenderung menjadi event yang membosankan, terlepas betapa pentingnya kejadian tersebut 60 tahun yang lalu. Bagaimana tidak? Dari dulu selalau sama saja, mulai dari tirakatan, upacara bendera, lomba-anak-anak sampai pentas seni. Sebagai orang yang tidak pernah ikut acara seperti itupun sepertinya sudah sangat membosankan. Mungkin 17 Agustus perlu dikemas dengan cara yang sedikti berbeda sehingga bisa meng-appeal segmen audience yang lebih luas. Rinso dan sabun Lux saja sudah berganti kemasan beratus-ratus kali, kenapa acara 17 Tahun Agustus tidak? Padahal makna dan value yang tersimpan dari event ini jauh lebih luas, daripada sebatang sabun Lux (termasuk yang berhadiah jalan-jalan bersama bintang).
Saya rasa acara 17 tahun adalah bagian dari budaya, dan tidak dapat dipungkiri budaya itu dinamis dan senantiasa berubah. Ketika tidak berubah tentunya akan menjadi sejarah. Apakah perayaan 17 Agustus akan menjadi sejarah?
Semoga tidak.
satu lagi dari the momon .. emnarik untuk disimak. Hmm, klo aku, apa ya yang paling kususka dari 17-an. Aku sebeannrya kan pemalu banget, klo disuruh ikut2an lomba di depan umum gitu sama saja mon bunuh dir :p. tapi mg 17-an di KKN kmrn cukup menarik. Paling gk aku berani tampil di depan publik :p
17-an dulu identik dengan upacara, dan aku ebnci upacar karena aku sering pingsan waktu ikut uapcara. Pas SD tuh hampir tiap senin, pingsan. Klo beruntung mgk cm pusing dan langsung dilarikan ke UKS.
17-an, hmm moga-moga sih gk jadi sejarah mengiingat maknanya yga sebenarnya dalam. Tapi aku jgua berharap 17-an tidak dibaut klise .. klise menyebalkan you know.
as always, sorry for the typos :)
mmm … tulisan yg menarik,
kalo gw sukanya pas 17-an ya lomba2nya
dulu gw pasti dapet hadiah paling banyak :))
(juwara 4x berturut2 balap karung)
btw, baru tau kalo toni tuh emang cewek banget ;)) masak tiyap senin semaput :p
cup..cup..cup…
dah sana berteduh dulu
=))
hihihihihi, aku juga baru tau kalok ternyata toni jago pingsan, emang bener ya, hon?;), kok gak pernah ceritaaa seeeeeee,,,ihhh, paydjo kamu gak tau kan kalo toni pas ma gw, tuwww, cowokkkk banget, iya pan hon;):D
sofie
aduu, jadi maluuuwwww :”>
Ih…pingsan aja bilang2. Mei pingsan jg diam ajah tuh…hehehehe
hmmmmm… omong doang lu.. udah berbuat apa sih buat bangsa… lakukan jangan cuma jago nulis ataw nyocot bung.,, hahaha..
First of alll I want to say superb blog! I had a quick question that I’d
like to ask if you do not mind. I was curious to know how
you center yourself and clear your thoughts before writing.
I’ve had difficulty clearing mmy mind in getting my thoughts
out there. I truly do enjoy writing however it
just seems like the first 10to 15 minutes
are generally lost just trying to figure out how to begin. Anny ideas or hints?
Thank you!
hi!,I like your writing very much! proportion we kerp up a correspondence extra about your post on AOL?
I require an expert on this house to resolve
my problem. Maay be that’s you! Looking ahead to look you.