Bukan Abercrombie and Fitch kalau tidak membuat kontroversi. Peritel pakaian asal Amerika ini memang sering meresahkan warga Amerika (yang dikira orang Indonesia sangat liberal). Dimulai dari katalog quarterly-nya yang lebih mendekati soft-porn daripada katalog baju, hingga kasusnya yang menjual celana bikini untuk anak-anak.
Tapi akhir tahun lalu, Abercrombie & Fitch kembali diprotes, kali ini oleh remaja perempuan Pittsburgh, gara-gara kaos yang bertuliskan: “Who Need Brains When You Have These?”
Para cewek ini akan meng-girlcott (lawan dari boycott) Abercrombie & Fitch karena kaos ini mereka nilai mendegradasi perempuan dan mendorong perempuan untuk mengandalkan fisiknya.
Sebenernya yang mendegradasi perempuan ini Abercrombie and Fitch, atau justru para siswa yang meng-girlcott tadi sih?
Ada banyak penafsiran atas makna emansipasi ini. Tapi, bukankah emansipasi berarti memberi kesempatan sama bagi perempuan? Yang otomatis berarti menganggap perempuan itu mampu dan kompeten untuk membuat pilihan sendiri berdasar kesadaran dan kearifannya sendiri. Mau cari duit jadi centerfold atau jadi aktivis lingkungan hidup, saya rasa para perempuan-perempuan cukup pintar untuk memilih yang paling tepat bagi mereka.
Mengasumsikan perempuan tidak dapat memilih saya rasa justru merupakan pelecehan bagi upaya emansipasi itu sendiri. Mengasumsikan manusia tidak dapat membuat pilihannya sendiri, for that matter, adalah pelecehan bagi manusia.
Jika sebuah perusahaan dinilai mempromosikan nilai yang tidak disukai masyarakat tertentu, seharusnya tidak dicounter dengan menuntut perusahaan tersebut untuk mundur. Hal-hal demikian justru merupakan bentuk represi. Cara yang paling arif tentunya dengan dengan mengimbanginya melalui pendidikan dan agama (yang tentunya harus didukung oleh negara, termasuk dari sisi finansialnya).
Atau adik saya sering bilang: “Orang jangan diberi tameng untuk bersembunyi dari ancaman, tapi diberi senjata untuk melawan ancaman tadi.”
Temen kerjaku (cowok) suka sinis kalau Bos lagi menginterview calon karyawati baru yg memiliki “Pxx” yg indah… dia bilang jangan harap diterima hanya karena punya “Pxx” ukuran besar…… suudzon banget.. siapa tahu cewek itu emang briliant….. apa hubungannya dengan ukuran “P”..hehhehe
seandainya wanita tidak punya buah dada mungkin dunia akan jauh lebih tentram .. hheheh (bukan berarti nyalahin wanita ya … :))
seandainya wanita tidak punya buah dada mungkin kalian-kalian tidak akan sepintar dan sesehat sekarang..saribuah dada (ASI) sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi =p
hmmmm….makna dari tshirt itu adalah : nafsu lelaki lebih besar drpd otaknya…
semut merah di dinding, jangan marah just kidding
hehehe, namanya jg lagi perang mas. tentu perlu tameng dan pedang. mana ada tentara maju perang cuma bawa pedang ?
Dapatkan web profile murah di hostingtarget, 50 Rb/bulan untuk profile perusahaan,organisasi, personal. Dilengkapi dgn CMS berWYSIWIG (what you see is what you get) sehingga memudahkan anda mengupdate content, seperti halnya mengetik dgn menggunakan Ms Word. 50rb/bulan sudah termasuk nama domain selama setahun, hosting space 50MB selama setahun. Tahun berikutnya anda cuma bayar 18rb/bulan untuk sewa hosting. Dapatkan segera di hostingtarget. HostingTarget corporate hosting Indonesia.
Hmm.. bagus juga tuh kaosnya. Pernah liat di Socialite dan Boing Boing.
Sayangnya, susah bikin untuk cowok. Mana bisa ditaroh di bawah pusar. :P
aku suka baju baju AF
peduli kucing lah..
yang penting bajunya keren…
kalo perempuan tidak bertoket apa cowo mau ngelirik?
alah sok suci! it’s a f*cking design, so what gitu lho, when gals open their legs, men never use their brains anymore LOL
Wahahaha! Christy ini komen-nya nakal-nakal ya. Keeep up the good work!
wah yang dibahas seru neh, komenya juga seru meski agak aneh2
Pingback:The Most Offensive Articles of Clothing Ever Made
Pingback:AN INSIGHT INTO VEIL- RELIGION, SCIENCE AND HISTORY: WHATS AND WHYS! | Calling Christians
Pingback:An Insight into the Veil in Religion, Society and Culture. | Calling Christians
Pingback:An Insight into the Veil in Religion, Society and Culture. | Calling Christians