Demonstrasi adalah sesuatu yang cantik, keren, positif. Lho kenapa bisa?
Ya pertama-tama kita harus sepakat bahwa pemerintah itu penting. Jika kerjaan tidak beres karena terlambat sampai kantor gara-gara banjir, lapar tempe mahal, dan biaya operasional rumah tangga melangit; maka itu semua adalah kesalahan pemerintah.
Ini bukanlah sikap egois, karena pemerintah adalah otoritas yang paling berkuasa merancang pembangunan infrastruktur yang tahan banjir. Pemerintah juga paling berhak membuat aturan main pertempean (serta yang lain). Pemerintah jugalah yang paling berkuasa membuat kebijakan moneter dan fiskal supaya perekonomian kita baik-baik saja. Segala permasalahan memang ujungnya selalu bersimpul ke atas sana.
Akan tetapi, pemerintah itu cuma orang-orang biasa yang tidak lekang kekhilafan. Jadilah kita kejatuhan beban untuk menjalin tali percakapan dengan yang memimpin di atas sana.
Artinya: segala bentuk kritik, protes, ataupun demo unjuk rasa ; bukanlah sikap nyinyir nan bitchy tak berguna, melainkan sebuah perbincangan dengan pemimpinnya di Senayan, Istana Negara, dan lainnya; karena kegusaran memang harus disampaikan, bukan cuma dipendam sambil berharap ‘everything will turn out okay’.
Jika di televisi diskusi politik terkesan reseh dan demonstran terlalu agresif; maka kesalahan bertumpu pada fakta bahwa mereka masih amatir dan sedang belajar menjadi negara demokratis.
Sayangnya keamatiran ini tidak diimbangi dengan kecerdasan mereka yang di pemerintahan. Sehingga yang kita tonton adalah segerombolan orang tolol beradu tanpa arah. Wajar saja kalau sinetron dan Mamamia menjadi pelarian yang menyejukkan.
Yah bagaimana lagi, tidak ada yang namanya kemakmuran instan dalam demokrasi.
kesatu..
demokrasi jangan sampai menjadi democrazy
demonstrasi jangan sampai menjadi demonstressi
setuju kalo kita harus jadi makmur bukan hanya jadi makmum.
kalo ada yg salah harus dikoreksi ya mon…
jadi lebih baik negara kita demokrasi atau monarki?
suka ntn mamamia toh..
kok saya jadi agak agak….speechless ya baca ini?
mungkin karena menyadari bahwa, benar ga ada yang instan untuk menuju ke sana. dan juga karena hampir tak ada orang yang mau bersabar memulainya dari nol. padahal level 9 harus melewati anak tangga paling bawah :(
iiiihh betisnya kesebelasan
Namanya juga dulu gak pernah bisa menyalurkan aspirasi sekarang jadi bisa..
Namanya juga dulu biasa diperintah-perintah dan tinggal YES Sir..sekarang harus mikir sendiri..
Sabaar..pelan-pelan..pasti belajar
mampir mas…
namanya juga belajar…
memang harus terus belajar, supaya jangan jadi pelajar yang ngeyel ae..