— Spoiler Alert! Tulisan ini memaparkan alur film Babel —
Babel bertutur tentang empat kejadian paralel yang tersebar di tiga benua. Di Moroko dua anak penggembala tidak sengaja menembak seorang turis wanita dari Amerika. Di Meksiko seorang ibu pengasuh yang penyayang dituduh menculik anak asuhannya. Di Jepang, seorang gadis bisu-tuli bernama Chieko mengalami tekanan psikologis karena tidak mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya. Kemiripan cara penyajian memang membuat kita membandingkan film ini dengan Crash. Tetapi, emosi dan perasaan di film ini tidaklah diumbar secara vulgar dan harfiah seperti Crash. Berbeda dengan Crash, Babel menyisakan banyak ruang supaya penonton dapat meresapi dan memaknai film ini sendiri.
Menara Babel
Judul ‘Babel’ terinspirasi oleh Menara Babel, sebuah kisah dalam Kitab Kejadian di Perjanjian Lama. Dalam kisah ini, umat manusia bersatu untuk membangun menara tertinggi di dunia untuk menggapai surga. Ketika sedang dibangun, menara ini rubuh. Akibatnya manusia yang semula berbicara dengan satu bahasa, tercerai berai dan berbicara dengan bahasa masing-masing. Menara Babel menunjukkan kalau manusia selalu berusaha untuk meraih kesempurnaan, walaupun ketidakberdayaan manusia akan membuat upaya ini muskil tercapai.
Ada benang merah tersamar di dalam Babel, yaitu sosok polisi di ketiga benua yang bekerja atas nama sistem. Sistem yang dibuat oleh manusia dengan tujuan membuat hidup umat manusia lebih baik. Tetapi, pada kenyataannya keberadaan sistem justru membuat segalanya runyam. Polisi Amerika dengan kepatuhannya dan keangkuhannya terhadap sistem membuat ibu pengasuh terpaksa berpisah dengan anak-anak yang dia asuh sejak kecil. Sistem Amerika yang tersusun rapi justru memperlambat bantuan medis kepada turis yang tertembak di Moroko.
Sistem yang tidak rapi pun juga menyebabkan kepedihan. Polisi Moroko yang tidak taat aturan, dengan sangat angkuhnya memukul dan menganiaya kakek tua yang tidak bersalah. Kenihilan sistem di Moroko juga menyebabkan anak kecil yang lugu tertembak mati. Ini membuat saya trenyuh, karena sistem yang paling hebatpun tidak lebih baik dibanding tidak ada sistem sama sekali. Apakah kita memang selamanya akan membuat runyam? Apakah memang perbedaan tajam diantara manusia adalah sebuah tiket ke chaos?
Babel berbisik bahwa sebenarnya manusia masih berbicara dengan satu bahasa, yaitu bahasa kemanusiaan. Bahasa empati dan toleransi. Hanya berbekal rasa empati, inspektur polisi Kenji dapat membantu Chieko yang bisu tuli, karena gadis bisu-tulipun ingin berbicara dan didengarkan :)
duh males ada brad pritt, meski pengen nonton pilemnya.
@dian mercury : knapa males mbak? filmnya bagus loh… meski saya blm nonton…
@herman : yaah.. aku blm nonton dah diceritain dulu garis besarnya. ntar ketebak deh ceritanya.
Mon… manusia itu programnya diciptakannya sama soulnya berasal dr SATU sang Maha, anatomynya juga sama, yg beda tampilannya aja, bungkus sama creen savernya… makanya heran klo ada manusia yg merasa lebih. Sistem berfungsi memanage, klo ga di manage ntar ga karuan, sak karepe dingklik wong di manage aja ga karuan, apalagi klo yg manage yo ngawur pikun dan budek, ya udah deh… amburadul..
b-a-s-b-a-n-g
hihihi..
tp makna sebenernya dr film ini, bener2 baru aku bisa ngerti stlah baca ini.. makasih mon.. :)
ndak baca, untung ada spoiler alert :)
tapi keren kali yah,, baca ah~
Jadi penasaran pengen nonton
huahauahauaahaua..
keren blog kamu mon
hormon: … Ketika sedang dibangun, menara ini rubuh. Akibatnya manusia yang semula berbicara dengan satu bahasa, tercerai berai dan berbicara dengan bahasa masing-masing …
Menurut versi yang saya baca, alurnya kebalik: karna menara ini udah makin tinggi, manusia dibikin bicara dalem banyak languange. Karnanya ngga ada yang bisa meng-interpret satu sama lainnya (belum multiplatform) pembangunan jadi ngaco. Menaranya gak selesai.
Mon, sesudah baca spoilernya kok malahan tambah pengen nonton. Belum nonton neh
eh, bagus keknya ini yak? nonton ahhh :D
Ehm Mon … sebenernya menurutku bukan bahasa kemanusiaan yang bisa memperbaiki keadaan.
menurutku : bahasa kesadaran.
Wah, kayanya menarik ya, kapan2 nonton ah… :) (hmm, apa besok aja ya?? Besok kan disini masi Nomat… :D)
wew, ternyata disini momon berbebas ria untuk ber-spoiler, di syerpoin GT aku gak bisa untuk begitu
yaps, filmnya menarik, gak rugi buat nonton, walaupun kita akan mendapatkan drama tragis yang cukup panjang.
but its worth it, dan menurutku gak cuman sistem yang dibicarakn aja yang jadi hal menarik di balik film ini, nilai2 laen banyak yang bisa dipetik
*i give 9 of 10 for this film
sedikit meniru nilainya M2 hehehe
katanya… chaos adalah sebuah proses menuju singularitas.
Gak tau juga apa artinya.
moral cerita film ini (hasil diskusi teman2 dan saya td mlm sesudah nonton di bioskop):
– kehidupan ini pahit. kepedihan cerita dalam film ini tidak dilebih2kan, bisa saja terjadi.
– jangan sembarangan memberi senjata api ke orang lain haha..
Mon, aku cuma penasaran. Yg kutonton td mlm itu, ada adegan Chieko nya tanpa busana. Nek di Jogja bagian itu disensor tidak?
doc_wong: mungkin juga sih ceritanya kebalik. :D Sumber saya dari Wikipedia. Eh buruan nonton di Amplaz.
arka: bahasa kesadaran itu pie ka?
dedi: chaos adalah proses menuju pembaruan. So we are meant to be chaotic untuk menuju pembaruan :D
irfan: iya mas, cerita ini menunjukkan sebuah kehidupan apa adanya. Utk adegan Chieko, di jogja disensor mas.
Sedikit kecewa dengan Innaritu karena kali ini dia sangat hollywood…dibandingkan dengan dua film sebelumnya Amorres Perros dan 21 Grams, film ini kalah telak dari segi cerita…
It is true that one thing leads to another, but does it have a choice?
Heran kenapa Innaritu membiarkan pilihan2 itu memenangkan kelompok Hollywood dengan mas Pitt yang ganteng dan Blancet yang cantik, bukan keluarga yang di Maroko.
Ini sangat tidak adil!
bagus mas momon…aku mpe nangis..hiks hiks..hiks..
emang tu, polisi maroko kejam bgt, mang gitu ya?masak ga ada prosedur perlindungan tersangka…maen dar dor dar dor aja, polisi amerika juga kesannya orang yg lewat perbatasan tu musti di cari2 kesalahannya, ga nyesel de nontonnya
Pingback:Babel « Markas Striptis Delapan
This is my first visit to your blog. We are starting a brand new initiative in the same category as this blog. Your blog provided us with important information to work with. You have done a great job. If you’re unwilling to give a full commitment to going online for your full education, then there is always the option of taking a few onlin courses from a local art school and deciding if the format is for you.