Seragam pramuka Jepang berbeda dengan seragam pramuka Indonesia. Itulah laporan hasil kunjungan DPR ke Jepang pada tahun 2010.
“Kalau misalnya [seragam pramuka] untuk SD itu lebih cerah. Kalau sehari-hari [seragamnya] simpel,” ujar anggota Panja Pramuka DPR Hetifah Sjaifudian (Golkar)—via detikcom.
Untuk mendapatkan informasi yang sebetulnya tinggal cari di Google, DPR harus mengirim 25 anggota ke Jepang. Dan biaya yang harus ditanggung uang rakyat untuk “pelesiran” ini tidak murah. Tahun 2009, anggaran DPR untuk kunjungan ke luar negeri besarnya 60 milyar dan di tahun 2010 naik menjadi 73 milyar.
Sayangnya, biaya mahal ini tidak jelas hasilnya. Sejak 2009 DPR telah 19 kali berkunjung ke luar negeri. Namun laporan hasil kunjungan itu cuma 2. Sisanya entah, tidak diketahui. Dari penelusuran di situs dpr.go.id juga ditemukan bahwa lembaga legislatif itu telah berkunjung luar negeri sebanyak 143 kali. Dari kunjungan luar negeri sebanyak itu, hasilnya cuma tiga buah laporan.
Ini semua terdokumentasikan dalam evaluasi kinerja DPR 2009-2010 terbitan Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK). Pada evaluasi setebal 192 halaman itu, DPR dikatakan sering tidak memberi pertanggungjawaban. Dan jika memberi, isi laporannya tidak rinci. Kunjungan Komisi III ke Swedia tahun 2007 misalnya, laporannya hanya 1 lembar yang isinya deskripsi pendek dan jadwal kegiatan.
Keserampangan juga terjadi dalam pelaksanaan studi banding. Dalam blognya, anggota DPR Basuki T. Purnama menceritakan kunjungan DPR ke Maroko yang dijalankan dengan sekenanya. Politikus Golkar itu menyesalkan pertemuan dengan parlemen Maroko menjadi tergesa-gesa karena rombongan DPR harus segera ke berwisata ke Spanyol. Basuki juga heran dengan dana harian dan tiket pesawat dikurangi untuk keperluan yang tidak jelas. Belakangan diketahui bahwa ketua rombongan melanjutkan kunjungannya ke Zurich bersama istrinya.
Repotnya, pemakaian dana kunjungan kerja tidak pernah diaudit untuk mengetahui seberapa bijaksana penggunaannya. Masih dalam dokumen evaluasi yang sama, PSHK juga mengkritik kunjungan luar negeri DPR membuang-buang waktu (halaman 80):
“Anggota DPR sering mengeluh keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tunggakan RUU. Di sisi lain, mereka meletakkan prioritas penggunaan waktu untuk kegiatan studi banding”
Sepanjang 2010, DPR hanya menyelesaikan 16 UU. Padahal targetnya sebanyak 70 UU. Masih tersisa 54 RUU yang statusnya tidak tuntas dibahas atau malah naskah RUU-nya belum disiapkan.
DPR harus segera sadar kalau pesta akan segera usai. Anggota DPR yang hamburkan duit rakyat cuma untuk kunjungan luar negeri tidak jelas, harus diekspos partai dan dapilnya. Supaya jangan dipilih lagi. Mari kita lihat anggota DPR yang ikut kunjungan ke Jepang, apakah Anda akan memilih mereka lagi?
Ke Jepang cuman pengen tahu warna seragam pramuka nya aja? O_o
Gini…. (gaya Pak RT):
• Perjalanan dinas ke LN itu butuh biaya banyak. Artinya ada anggaran gede dalam setiap periode, padahal pos tertentu berurusan dengan pihak luar (tiket, hotel, dsb). Tentu pemesanan dan pembayaran tak dilakukan sendiri oleh anggota dewan yang terhormat lagi mulia. Jadi? Simpulkan sendiri :D
• Yang namanya proyek atas nama komisi atau apalah tak sepenuhnya diurus oleh anggota dewan, karena ada birokrasi (memang harus ada) yang mengurusnya. Ringkasnya, anggota DPR boleh ganti lima tahun sekali tapi tenaga klerikal belum tentu. :D
• Bagi umumnya orang kita, termasuk saya, pergi ke LN, apalagi jauh, masih merupakan kemewahan, bahkan impian, yang kalau terlaksana layak dibanggakan. Kalau ada yang membiayai apa salahnya?
• Sebetulnya studi banding tidak hanya dilakukan anggota DPR-RI tetapi sebagian orang DPRD, dan instansi lain.
• Kenapa tak ada perbandingan sungguhan, bahkan tiada hasil? Karena namanya studi banting. Sepulang dari tur, staf tinggal membantu menyusun laporan, lalu mapnya dibanting *kriuks*
*nabuh kenong*
Ini cerita tentang penyerapan anggaran. Banyak duit tapi kurang kreatif mau diabisin buat apa…jadilah akal2an study banding. :D
Mengamini doa mas Herman u/ terwujudnya pemilih cerdas yang semakin banyak dan berkualitas.
*mengharap juri klompencapir ngasih nilai 100 buat jawaban babak rebutan ini*
Loh, kunjungan ke luar negeri itu kan memang fasilitas kalo kita jadi anggota DPR ;)
singkat kata kita rugi cape cape datang ke TPS?
Kayaknya malah karena kurang banyak kelas menengah yang datang ke TPS
Seharusnya orang2 yang berkuasa di Senayan itu malu. Sudah jelas2 beritanya terbeber seperti ini, tapi masih nuntut perjalanan dinas ke LN.
Superbly ilmniiuatlng data here, thanks!
Deadly accurate answer. You’ve hit the bullseye!
malu hati gw, pernah cape2 jadi ketua PPS ,cape sosialisasi ke masyarakat biar milih dan mensukseskan pemilu, tapi ternyata yg dipilih cuma bisa menyimpulkan bahwa seragam pramuka sana beda sama disini…..,
bangkawarah
artikelmu ini paling dicuekin mereka jg mon…
Lah Mas, artikel ini bukan ditulis untuk mereka, tapi untuk membantu orang seperti Mas untuk membuat pilihan mencontreng dalam pemilu depan.
hmm.. yah seperti itulah potret kehidupan di negara kita.. paraahhhhh… pemerintahnya kurang peka terhadap rakyatnya, padahal masih banyak yang hidup dalam kemiskinan.. ntar klo mas momon jd wakil rakyat jangan lupa ya ma kita-kita.. hehe…
Daripada mikirin Angota DPR mari kita minuman alami yang mentehatkan dan juga hasil karya anak bangsa, yang dapat mendatangkan kesejahteraan negeri ini. Mari bergabung didalam jaringan distribusi minuman lidah buaya(aloevera). Bagi Anda yang berminat untuk konsumsi dan menjadi agen minuman lidah buaya, Anda dapat menghubungi 081380142459
Dan bagi anda yang gemar memanfaatkan internet untuk menapatkan penghasilan tambahan, maka Anda dapat bergabung di website
http://www.program5milyar.com/?id=tulus75
Selamat bergabung, kemakmuran Anda bisa anda raih berawal dari sini….