Rumusnya sederhana saja sebetulnya. Orang Utara mendendam Selatan karena mau bersekutu dengan Amerika, sementara orang Selatan jengkel dengan orang Vietnam Utara karena mendatangkan komunisme. Tapi rumus ini sudah menemui uzurnya. Dua pertiga populasi negara agraris ini lahir setelah 1975, mereka tidak lagi memperdulikan konflik kakek neneknya. Generasi ini mengagumi barat dan sibuk menjalani hidup.
Perhatikan jalan-jalan di Old Quarter Hanoi yang bergaya kolonial Perancis. Pada malam minggu, anak-anak muda menambah sesaknya jalan-jalan kecil kota tua itu. Cowok dan cewek berjalan-jalan gembira mengenakan pakaian keren dan trendy gaya desainer Italia. Beberapa dari mereka makan enak di warung-warung kaki lima yang meniupkan aroma melaparkan.
Hanoi mirip dengan Bandung dan Jogja, karena di kota ini ada banyak universitas terkemuka. Menjelang tahun ajaran baru, calon mahasiswa dan orang tua mahasiswa akan tumpah ke kota ini untuk mengikuti semacam SPMB.
Tepat di samping Old Quarter ada danau Hoan Kiem yang berarti “pedang yang dikembalikan”. Konon di sinilah Kaisar Le Loi mengembalikan pedang yang ia gunakan untuk mengusir penjajah dari negeri China kepada seekor kura-kura emas raksasa. Fragmen dari epos ini bisa ditonton di pertunjukan Wayang Air, atau lebih dikenal dengan Water Puppet Theatre yang lokasinya tepat disebelah utara danau ini.
Sedikit kontras dengan Old Quarter yang penuh lampu-lampu kecil aneka warna dan toko-toko yang unik; danau Hoan Kiem lebih sepi. Ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang tersisa adalah taman yang tenang dan dikelilingi pantulan-pantulan lampu motor. Bangku-bangku yang menghadap danau semua diisi oleh muda-mudi yang berpegangan tangan, bermesraan, dan—beberapa—berciuman.
Tidak terlihat preman yang memalaki atau pedagang yang mengurangi romantisme malam. Paling hanya kakek-kakek yang jogging di malam hari.
Akan tetapi pagi di Hanoi adalah sesuatu yang sedikit berbeda. Suasana tidak seperti malam hari yang hiruk pikuk, tapi penduduknya masih menyempatkan diri jajan di gang-gang kecil Old Quarter.
Karena harus segera kembali ke Jakarta, kami tidak sempat melihat-lihat semua toko-tokonya yang lucu, warung-warung yang baunya lezat, dan menelusuri semua trotoarnya satu persatu sambil berusaha memahami apa yang membuat mereka beda dengan Saigon.
baiklah, pingin bangun pagi dan jalan kaki ke highland coffee dan take away, lalu jalan lagi ke hoan kiem lake, terus duduk-duduk di sana yang lama :D
ada satu foto yang angle pengambilan fotonya sangat pas…!
sayang kurang di zoom…. :(
4 thn lalu aku ke sana, masih banyak anak2 kecil (pencopet) dgn menyamar sbg penjual cinderamata. mrk bergerombol di sekitar hotel. Apakah masih ada, mon?
Wah kalau di Magelang mirip sekitar jalan pemuda. Hwehehehehe….
Lanjutgan…!!
DOCO itu seduluran mbek JCo ya ketoknya?
copycat :D
@hedi sudah nggak ada kok mas hedi, not that we’re aware of, at least. Re: anak kecil jual cinderamata di depan hotel
kupikir water puppet itu adanya di Thailand!
*big mistake of the year*
Pingback:Dari Cat Ba ke Lan Ha Bay - hermansaksono
itu Doco Donuts & Coffee kenapa nuansanya mirip sama J.Co yak? :D
cewek vietnam katanya langsing2 dengan perut rata ya?
ahh… perjalanan kalian sangat mengesankan… pengeeeeennn… palagi berdua gitu….
foto ke 2 kayak suasana angkringan kopi joss di jogja,,,,, mantap
Keren Mon! blogmu udah tak kirim linknya ke temen2ku yang anak Vietnam. Foto2mu keren katanya. ;)