Pada awalnya wayang kulit purwa untuk hajatan dan untuk hiburan televisi itu berasal dari galur yang sama: wayang beber. Kesenian itu lantas berevolusi menjadi wayang kulit gagrak Mataraman dan kemudian berevolusi lagi menjadi gagrak Surakarta. Barulah setelah perjanjian Giyanti diteken, dunia pewayangan terpecah menjadi dua: gagrak Solo dan gagrak Jogja. Selanjutnya, kedua aliran itu berkembang sendiri-sendiri berkat ego chauvinistik dua kerajaan itu.
Baru akhir-akhir ini saja, dengan sangat perlahan-lahan, dua gagrak itu menyatu menjadi sebuah gagrak campuran. Ki Manteb misalnya sering mengadopsi bentuk wayang Jogja. Demikian juga dengan dalang Jogja, banyak yang mulai memakai gaya Solo karena lebih nyaman dimainkan.
Kesenian memang seperti organisme kehidupan: berubah dan berkembang, sesuai permintaan jaman. Tugas sebuah masyarakat adalah merawat kesenian klasik sekaligus memicu kesenian baru untuk terus berkembang. Beruntunglah bangsa seperti Britania yang bisa rutin mengadakan repetoir musik klasik, sekaligus menelurkan musisi-musisi revolusioner seperti Beatles, Queen, Rolling Stones, dan Spice Girls.
Wayang, terutama wayang gagrak Solo, kondisinya tidaklah terlalu mengkhawatirkan. Jumlah peminatnya boleh dikatakan lumayan. Pedalangan Solo juga tak henti mengaktualisasikan diri, baik dalam teknik memainkan maupun teknik pementasan. Sudah barang jamak menyusupkan campursari dan lawak pada tiap pementasan wayang Solo.
Tapi bagaimana dengan Wayang Jogja? Wayang Sasak? Wayang Jawatimuran yang hampir punah? Wayang Cirebon? Jangankan berkembang, untuk terus hidup aja masih kembang kempis.
Oleh karena itu, Anda wajib datang ke Festival Wayang Indonesia 2 untuk menjadi saksi kebudayaan kita sebelum ia benar-benar punah. Lebih bagus lagi kalau Anda mendokumentasikan pertunjukannya, sebagai rekaman, supaya tidak punah. Lebih hebat lagi kalau anda mau membaginya di Internet agar semua orang bisa mengenali kebudayaan dari ratusan tahun yang lalu.
Acara ini termasuk langka, karena hanya digelar tiga tahun sekali oleh Pepadi. Festivalnya dimulai tanggal 13 Desember 2008 (hari ini) dan selesai 16 Desember 2008, mengambil tempat di Taman Budaya Societet Jogja. Ada berbagai jenis pertunjukan wayang, mulai dari wayang gagrak Jogja, Solo, Bali, hingga wayang golek Sunda, wayang Sasak, wayang Banjar, wayang Palembang, wayang Cirebon, dan masih banyak lagi. Jadwal dan info-info penting lainnya bisa dicek di pepadi.org.
mari mon, mendokumentasikan.
sebagai penggemar musikalitas britania raya, aku ga sudi ada nama spice girls di jajaran musisi. mereka cuma bintang, atau dalam istilah wayang cuma kulit purwa dan bukan dalang :D
Salam kenal Mas Herman.
Senang ada orang yang tertarik seni budaya adiluhung ini. Bagaimanapun, kita harus bangga dan menjaga keberadaan kesenian wayang, walau memang di beberapa daerah sudah mulai sunyi senyap.
ayooo kita lestarikan budaya leluhur..!!! ayoo kita patenkan wayang kulit biar ga diambil negara laen…
siapkan kamera…
ayo mangkat ke TBY !!!!
ho’oh, di pidio trus di aplod, mon…
blom pernah nonton wayang :(
Wayang emang salah satu warisan budaya adiluhung yang harus dilestarikan, beberapa waktu yang lalu ada seorang kawan fotografer yang dihire buat mbikin essay foto tentang dalang cilik di Solo, mungkin dari hal2 kecil seperti itulah bisa turut berperan melestarikan wayang.
Jadi pengen hunting acara di societet itu e…
Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan
Memang keberadaanya kini kurang diperhatikan
Terutama bagi para kawula muda
Mungkin banyak dari mereka yang tak tahu siapa saja tokoh dalam pewayangan …
Memang jaman sudah berubah, namun kebudayaan yang besar ini hendaknya dilestarikan.
Ayo nonton …
sip. besok ke sana ah….
kiro2 anak2ku nek tak gowo mrono, do njaluk bali ra ya?
ada yang posting di yutube ndak ya ??
emang si ketua kelas ini pengetahuannya luas.
wah sampeyan yo weruh wayang to mas … kekeke
Yg lebih susah nyari dalang kerusuhan.
ingat joke srimulat lama. apa kepanjangan pepadi? jawabnya: pepadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Aku Lutfi, salam kenal.
Kmren abis pulang dari Semarang. Di sana ada dalang wayang potehi yang usianya 75 th. Ni wayang nyaris punah gara2 pas orbe, kesenian yang ada bau Cina-nya dilarang. Pengen deh bikin film dokumenter tentang ini.
Ket mbiyen ra dong wayang jhe…
hai….panggl ja gw zl.
zl seniman muda (lukis), walaupun zl bukan orang jawa, zl pecinta budaya bangsa indonesia. kalau untuk wayang ne zl pasti ikut melestarikannya dech….. tapi dari propesi zl ya yaitu lukisan……OK!
Salam kenal dr Papua.
Untuk di Papua Wayang Kulit perkembangannya sangat berbeda dengan di pulau Jawa. Untuk pementasannya sangat jarang sekali. Ada pementasan,kalau ada yg nanggap. Untuk ivent-ivent yng sifatnya umum sangat jarang sekali. selaku pribadi sy ingin sekali waktu festival melihat Pagelaran Festival Wayang Kulit 2 walaupun hanya lewat Televisi. Namun sekarang jarang Televisi yg menyiarkan. Ada kiranya para Bapak,ibu,sdr,yang mempunyai hasil rekaman saat pagelaran,apa sy bisa mendapatkan hasil rekamannya. Terutama kalo ada yang pesertanya dari Papua… Trmksh…
Wah menarik sekali ya. Kalau di Papua wayangnya apakah memakai lakon Ramayana dan Mahabharata juga?
Apik!!!!!!!
sae!!!!!!
BERSEMANGAT!!!!!!!!