Masih ingat ndak sama dik Vina—putri Pak Ripto, penjaga malam tempat saya nyambut gawe—yang pernah tanya ke saya dimanakah surga dunia itu? Yang kemudian jawabannya saya tulis di blog. Yang ternyata banyak orang googling ‘surga dunia’ hingga turut mengkatrol traffic blog ini?
Dik Luluk, adiknya Vina punya kisah sendiri.
Setiap jam rehat siang, saya dan teman-teman kantor bercengkrama di kantinnya Pak Ripto. Nah setiap siang, si Luluk yang masih kelas 1 SD ini selalu nonton TV di kantin. Kadang saking tertariknya sama acara TV nasional, dik Luluk sering mendekatkan matanya ke TV sampai sekian senti. Mungkin supaya bisa lihat detil wajah Ian Kasela.
Rupanya kebiasaanya Luluk bikin gatel teman-teman saya, sehingga sering kali mereka menghardik Luluk:
“Luluk, nonton tivinya jangan deket-deket,”
atau
“Luluk matanya rusak lho nanti.”
atau
“Luluk ingin kebebasan finansial?” (Lho teman saya malah promosi MLM sama anak kecil!).
Kembali ke laptop! Sebetulnya wajar juga. Siapa sih yang nggak diajari orang tua kalau melototi tivi dekat-dekat bikin mata rusak? Saking seringnya mungkin ajaran ini sudah merasuk ke pikiran bawah sadar kami, generasi TVRI1.
Setidaknya saya boleh berbangga karena teman-teman saya telah mendefinisikan arti ironi: Walaupun sering menghardik anak kecil agar jangan nonton tivi dekat-dekat, teman-teman saya yang pekerja IT itu kerjaanya melototi tabung CRT monitor tiap hari. Apakah ada definisi ironi yang lebih ciamik dari itu? :D
So (halah pake basa Inggris!), walaupun kadang-kadang bawah sadar sudah sadar tentang doktrin anak kecil tidak boleh nonton TV terlalu dekat, kesadaran justru tidak sadar kalau tiap hari kita melototi monitor komputer.
1 Kebenaran teori kalau menonton TV terlalu dekat merusak mata masih menjadi perdebatan, karena televisi modern pada dasarnya tidak merusak mata.
kapan yak ada monitor komputer modern ? biar mataku gak tambah rusak
kelupaan….
ian kasela hwahhahhhahahhaaaaaaaaa
cuma pengen numpang ketawa
Tapi memang lebih baik ndak perlu dekat² nontonnya, kecuali buat orang yang matanya sudah minus.
Gak apa deket2..he..he..
TV nya kekecilan kali tuh, jadinya tampang Ian Kasellanya gak jelas. Dik vina pengen liat matanya Ian Kasella jadi dia pelototin deh TV nya.
turunkan harga monitor LCD dan plasma ! lindungi mata kami dari radiasi!
he he ….
kenapa harus ian kasela? samijan maksudnya?
jadi kesimpulannya opo pak manteb?
tiwas aku sering mlongo neng ngarep monitor je :P
ooo… jadi, ian kasela bikin mata rusak?
itulah sikap orang dewasa kepada anak yang lebih kecil/muda, kadang mau menang sendiri dan tak mau kalah..boso jowone kalah menang nutuk…heheh *abis dimarahin bapak… hehe*
Mico: Atau jangan-jangan tampangnya Ian Kasela, maksud saya Samijan, emang gak jelas? Ups…
kangmas oon, kesimpulane ono ing paragraf terakir.
Mbak dian ketawanya jangan keras-kerasnya. Kasian yang baca blogku :P.
Hedi: memang sebaiknya tidak terlalu dekat karena membuat mata lelah. Hal yagn sama juga perlu diterapkan ketika baca buku dan berkomputer.
Ananta: stop impor beras! :P
melihat monitor jangan disamakan dengan melihat televisi
pixel monitor lebih detail, dan sering digunakan untuk membaca teks
pixel televei besar-besar dan tidak enak dipandang pada jarak dekat
herman nda mau pindah ke wordpress aja? repot juga kalau setiap komen harus isi captcha
gaya bahasanya kok agak beda dari entry yang sudah2 sih?
@syah
mas herman memang sepertinya sudah memasuki puber kedua, koentnenya sekarang lebih greget dan bahsanya makin amboi .. Setuju gk sodare-sodare?
@ananta
Setuju!! Turunkan harga LCD! Turunkan harga laptop! Turunkan harga PDA+Phone!
@winerwin
Seperitnya hati mas herman sudah tertambat erat dengan blogspot. Terutama dengan domainnya .. :p
Buat mas Herman:
mas Herman gk usah pake alasan deadline segala klo mmg pengen ikutan melototin monitor ya (ra lucu)