Sekitar awal tahun 2000-an, artis-artis sering menamai industri mereka bekerja dengan sebutan ‘dunia entertain‘, yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ‘dunia menghibur’. Aneh ya? Seharusnya kan ‘Dunia Hiburan.’ :P

Yang jelas keanehan akibat misunderstanding tidak berhenti disini. Misalnya, di beberapa lingkungan pemusik dikenal istilah ‘root manager’. Yang dimaksud root manager disini bukan manajer yang bertugas mengelola account root di komputer mereka, melainkan manajer yang mengelola artis ketika manggung. Kalau ndak salah, istilah yang lebih pas adalah road manager.

Tapi, kesalahan di majalah Gadis versi cetak edisi kemarin lebih lucu:

Gals, baju model pinstripe sekarang lagi hype banget. Makanya kalian harus mulai mengkoleksinya… (kurang lebih seperti itu)

Hype berarti seseorang atau sesuatu yang dipublikasikan secara berlebihan. Hype bukanlah kata yang memiliki makna positif, tetapi majalah Gadis dengan polosnya menggunakan kata tersebut untuk mendeskripsikan sesuatu yang positif (lagipula hype adalah kata benda, bukan kata sifat). Mungkin… kata yang dimaksud Gadis adalah hip, yang artinya ‘lagi ngetrend’. Tapi ini bukan kesalahan Gadis semata. Majalah Hai yang masih satu grup, ternyata juga melakukan kesalahan yang sama.

Lucu lagi adalah penggunaan istilah endorse. Misalnya Tika, pernah bilang kalau band-nya di-endorse oleh merek clothing tertentu. CMIIW, tapi apa nggak kebalik ya? Michael Jordan setahu saya tidak pernah di-endorse oleh Nike. Halle Berry seumur hidup belum pernah di-endorse oleh Revlon. Yang terjadi adalah, Nike dan Revlon membayar Michael Jordan dan Halle Berry untuk meng-endorse produk mereka, karena kedua orang tersebut adalah public figure, dimana endorsement-nya dapat membantu meningkatkan goodwill atas merchandhise mereka. Bahkan, menurut rekan saya Thomas, penggunaan kata endorse yang terbalik sudah lazim digunakan di industri periklanan.


Sepertinya kalau dirunut, daftarnya bisa puanjanngg. Mulai dari ‘worthed‘ hingga ‘No Woman No Cry‘ . Saya sendiri heran, bagaimana meme kesalahan-modern seperti ini dapat terjadi, ketika informasi begitu aksesibel dan mudah didapat. Lain halnya kalau kesalahan terjadi di tahun 70-an, misalnya.

Atau jangan-jangan, kesalahan seperti itu terjadi karena informasi terlalu mudah didapat?

Produk mengendorse atau diendorse?
Tagged on:

13 thoughts on “Produk mengendorse atau diendorse?

  • January 26, 2006 at 11:16 pm
    Permalink

    Ini harusnya jadi pekerjaan pak Reply

  • January 27, 2006 at 12:11 am
    Permalink

    yg di-endorse dan meng-endorse itu paling lucu, emang beneran salah gituya? parah hahaha

    Reply
  • January 27, 2006 at 12:51 am
    Permalink

    OOOOHH!!!

    jadi mas herman sekarang bacaannya GADIS!!???

    CKCKCKCK….

    Reply
  • January 27, 2006 at 2:17 am
    Permalink

    kakakkak ardho. but, bener nih mon ? selebriti kita khan paling sering tuh ngomong ‘dunia entertain’.

    Reply
  • January 27, 2006 at 4:26 am
    Permalink

    Lho, baru nyadar. gw ngga kasi nama toh waktu posting.

    sekedar klarifikasi saudara-saudara! yg anonymous itu gue, tp lg pikun. ngga mau disamain sama abang anonymous yg satu lagi.

    oh…gw ada tambahan satu lg yg lucu.

    pedancer

    ya u paham lah kira-kira maksute apa. dasar seleb imbisil..

    Reply
  • January 27, 2006 at 10:03 am
    Permalink

    mang bener tuh mon, mereka tuh norak-norak bergembira banget seeeh.

    Reply
  • January 27, 2006 at 10:11 am
    Permalink

    kalau ungakapan seorang artis Who do you think he are?. Hehehe.

    kalau di sepakbola, banyak adopsi istilah asing yang keliru, dan lazim disebut di kompetisi tarkam (antar kampung), atau malah bbrp komentator bola di TV, seperti cornel (maksudnya “corner kick”), trus juga finalty maksudnya “penalty”.

    Reply
  • January 27, 2006 at 2:19 pm
    Permalink

    hip itu artinya pinggul kok…hehehe
    saya jg baru dapet istilah baru…kalo bilang “keren” bahasa slang-nya = “that’s sick”, gak nyangka kan :p
    Jadi kalo saya bilang blog-nya hormon “sick” banget, jgn marah ya…

    Reply
  • January 27, 2006 at 5:18 pm
    Permalink

    oia mas Topan, ada satu lagi kata yg juga juga salah sebut. dari ball possession jadi ball position.

    diliat logikanya aja udah ngaco. klo ball possession, kan berapa lama sebuah tim mendapat kontrol atas si bola. sementara ball position, ato posisi bola kan ngga bisa dikira-kira. wong itu bola ditendang kesana-kemari.

    gimana rakyat ngga jadi bego, panutannya juga pada tolol…

    Reply
  • February 21, 2006 at 2:39 am
    Permalink

    sori baru ksh komentar skrg. iya nih, gue jg sebg penggemar dan pembaca setia tulisannya j.s. badudu di intisari jaman dulu. kl gk slh inget skrg beliau udah meninggal yah? siapa lg org indo yg mau repot ngurusin bhs kita yg semakin kacau krn tidak dihrgi ini? salah satu stasiun tipi yg bikin bete krn menyebarluaskan kekacauan bhs adl METRO TV (sengaja hurup besar, biar trs btp btnya g). masa pasca dgn semena2 diblg paska (paskasarjana, paska trauma, dll)? udah gt lmyn byk acrnya yg judulny bhs ing pdhl dibwkan dlm bhs indo. apa gunanya? skrg lg rame flu burung, juga diblg pasien suspect flu burung. knp gk ‘dicurigai’ ajahhh?

    Reply
  • March 4, 2013 at 11:57 am
    Permalink

    inilah yang disebut salah kaprah :D
    untuk kesasar kesini, tadinya mau pake kata ‘hype’ utk sebuah article, tapi kayanya ga jadi deh :P

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.