Akhirnya Sherlock Holmes menemui padanannya. Dia adalah Profesor Moriarty, pria tua, dosen. Nampak lemah. Tapi dari cara Moriarty menatap, dan juga cara menggerak-gerakkan pensil, memberi kepastian kepada penonton bahwa sang profesor bisa melakukan hal-hal jahat dan tidak menyesalinya.

Tapi yang terburuk: hingga duapertiga film, kita tidak mengetahui kejahatan apa yang sedang diracik Moriarty.

Begitulah. Berbeda dengan tata krama alur cerita Hollywood yang fokus pada protagonis mencegah kejahatan sang villain, dalam Sherlock Holmes penonton bahkan tidak tahu kasus apa yang harus diselesaikan. Potongan-potongan kejadian nampak terjadi secara acak. Seperti ketika di awal film, saat femme-fatale-nya Holmes, Irene Adler mengirimkan paket kepada dr. Hoffmanstahl, sebagai alat tukar sebuah surat dalam amplop putih kecoklatan. Kejadian itu nyaris terasa tidak signifikan.

Alur gaya Guy Ritchie yang tidak pakem Hollywood ini berhasil menyegarkan bioskop dari film lain yang begitu-begitu saja.

Sayangnya, dialog Sherlock yang diperankan Robert Downey Jr. terasa tidak sesuai jaman, seperti menonton orang jaman sekarang berbicara dengan kostum tahun 1891. Downey juga tidak terlihat berusaha berlogat Inggris. Detektif kawakan dari 221B Baker Street itu telah menjadi Tony Stark dengan gaya busana bohemian, dan hidup di London kuno.

Namun selebihnya adalah istimewa. Seperti penggunaan teknik kamera modern dan reinterpretasi tokoh-tokohanya, sehingga generasi kita punya Sherlock Holmes yang kekinian. Satu yang tidak kekinian justru Profesor Moriarty diperankan oleh Jared Harris. Kompleksitas tokohnya yang tidak terlihat namun terasakan telah membuat Moriarty sahih sebagai villain yang lintas masa.

Sherlock Holmes: A Game of Shadows

3 thoughts on “Sherlock Holmes: A Game of Shadows

  • January 1, 2012 at 10:28 pm
    Permalink

    film yang dibuat penuh aksi sekaligus perlu kedalaman berpikir kritis. Alurnya sulit ditebak. Sangat layak tonton!

    Namun ada bagian yg menggantung:Irene masih hidup?

    Reply
  • February 23, 2012 at 2:10 am
    Permalink

    saya sampai sekilas baca judul, skipped baca content. pasti bagus banget!

    thanks mon!

    Reply

Leave a Reply to khaidi wong Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.