Ada yang menarik dalam proses replikasi naskah kuno Jawa, jelas Mas Pejalan Jauh dalam obrolan di Djendelo. Jaman dulu perbanyakan naskah dikerjakan oleh juru tulis, dan juru tulis biasanya merangkap seorang sastrawan. Makanya ketika naskah Hindi disalin ke dalam bahasa lokal, sering sang juru tulis juga mengadaptasi naskah itu supaya lebih ke-lokal-lokal-an.
Saya jadi ingat babon terjadinya alam semesta gubahan Ronggowarsito yang saduran naskah India. Di situ dituturkan bahwa setelah Betara Antaga gagal menelan gunung dan Betara Ismaya sukses menelan gunung tapi bentuk badannya jadi besar, gemuk dan tidak karuan, maka Sang Hyang Tunggal melimpahkan kuasa kedewaan ke putra bungsunya yang bernama Manikmaya.
Kemudian si putra sulung, Antaga, disuruh turun ke bumi menjadi Togog dan ditemani Bilung mendampingi tokoh-tokoh berwatak buruk. Putra kedua, Ismaya diturunkan ke bumi untuk mendampingi para satria baik hati bersama tiga anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Ismaya kemudian berganti nama menjadi Semar.
Manikmaya yang berparas ganteng tanpa cacat pada mulanya congkak karena merasa paling ganteng dan paling berkuasa. Ya jelas aja secara dia merajai khayangan dan menguasai alam semesta! Karena stress anaknya kok jadi belagu gitu maka Sang Hyang Tunggal mengutuk Manikmaya kelak bertaring, bercacat kaki, dan bertangan empat.
Dan kutukan itu bener-benar terjadi. Manikmaya mendapat taring gara-gara mengatai istrinya yang tidak mau melayani nafsu. Padahal waktu itu Manikmaya lagi horny banget. Ya gimana istrinya nggak nolak, lha Manik ngajak gituan di atas sapi terbang. Kalau ketahuan, apa nanti kata tetangga?
Kemudian kaki Manikmaya menjadi lemah karena nyeletuk ‘KAKI MANUSIA KALAU BARU LAHIR LEMAH YA!?” saat menyaksikan kelahiran Yesus. Dan akhirnya tangannya menjadi empat gara-gara dia tertawa terbahak-bahak melihat orang sedang sholat memakai rukuh.
Manikmaya memang mirip Shiva dalam ajaran Hindu walaupun perannya diubah oleh Ronggowarsito. Akan tetapi, peran Manikmaya dari sudut pandang ajaran Nasrani justru ditinggikan karena dia secara gaib mengawasi proses kelahiran Nabi Isa. Dari sudut pandang ajaran Islam, dia mentertawakan orang sholat.
Semestinya pujangga kerajaan Surakarta semacam Ranggawarsita memiliki motif tertentu dalam mencomot sana-sini ajaran berbagai agama. Saya tidak tahu apa alasan dia. Tapi saya tahu kalau gubahan itu diterbitkan jaman sekarang, Ranggawarsita bisa dituduh menodai ajaran agama.
bener mon, orang dulu kayaknya lebih funkeh deh. bisa mbahas seks secara dewasa, elegan dan agak vulgar.
tidak seperti sekarang ini… dikit-dikit sesat dikit-dikit sesat :)
keren! jadi makin jelas yak, orang dulu lebih berbudaya dibanding orang sekarang yang udah “makan” bangku sekolahan sampe bertahun2 :p
Mungkin ronggowarsito tidak setuju dengan konsep ke-dewa-an, jg tdk setuju dengan lahirnya yesus, dan juga tidak setuju dengan ritual shalat. Karena saat itu ronggowarsito hidup dalam kultur politik, budaya, religi yang saling kuat mempengaruhi dan bebarengan dengan itu ronggowarsito saat itu memposisikan dirinya sebagai oposisi kekuasaan lewat karyanya. Kekecewaanya ditumpahkan dengan penolakan pengaruh2 saat itu.
kalau membaca Babad Tanah Jawa, seperti dunia itu berpusat di tanah jawa. Wong, Nabi Adam silsilahnya sampai ke sini segala. Menarik bahwa intepretasi mengenai agama bisa berbaur dengan budaya dan karakter lokal. Benar benar seperti membaca cerita silat, digabung kitab suci dan roman picisan.
“Ya jelas aja secara dia merajai khayangan dan menguasai alam semesta!”
ugghh, please mon, enough with ‘secara’..
Wayang? wah momon benar2 oke.
* tp mo coba ikutan serius deh
Hm…Ohya, ronggo warsito yg pernah ditulis bukunya oleh Anand Khrisna ya?
Hm… Tapi memang agama (ajarannya) memang mudah jadi bulan2an alam berpikir. Misalnya… “Buat apa menciptakan Neraka untuk Iblis dan pengkiutnya. Apa tidak lebih baik menciptakan pencegahan2 agar tidak ada kasus Iblis?”
Banyak lho…
Tapi.. bersyukur deh jadi Manusia :D
* tapi, kalau diciptakan sbg Kodok misalnya, … ya belum tahu apa yg akan dikatakan.
Saya ngelantur ya?
Habiiiiis, Momon ngagetin juga topiknya
* atau saya yg kudu siap2 kalau masuk ke blog ini ya ?
:))
apakah ronggowarsito mengenal biru?
Nah itu untungya Ronggowarsito ga lahir di jaman ini, pujangga sebesar dia bisa ga dikenal, malah dituduh komunis atau atheis..huhuhu..
yang masih bikin aku bingung tentang Sinuwun Manikmayan alias Batara Guru:
doi eh salah ding, dia tuch (Batara Guru) pake rok panjang yang sering dipake kakakku kalo lagi dolan ke pasar..Masak dewa kok busananya aneh bgt..kagak punya wardrobe apa…
sapinya (Lembu Andini) tuch kagak pernah di-angon..sampe mukanya pucat begitu..
istrinya, Diajeng Batari Durga itu jeleknya minta ampun, jahat lagi, selalu membela anaknya dan mau ngelakuin apa aja asal kemauan anaknya kesampean…aneh bgt,kok mau2nya Batara Guru mau ya..
padahal jaman sekarang kalo cowok cakep dpt cewek jelek, pasti digosipin yg enggak2…
apa Batara Guru kagak takut digosipin kena peletnya Batari Durga oleh manusia2 pewayangan????
Di atas itu yang komen pake anonymous temenku pakar pewayangan di kantor…*trus kenapa dis?*
bisa jadi Manikmaya adalah penggambaran Dewa Siwa dalam ajaran Hindu?
Ada juga penggambaran Agastya, yg kalo melihat ciri-ciri fisiknya bisa dibilang Siwa juga..
Nah, apakah Dewi Durga dalam cerita wayang ini sama dengan Dewi Durga dalam ajaran Hindu?
apakah ini termasuk hasil “penulisan ulang” yg bisa membuat cerita asli berubah?
Manikmaya = Siwa = Agastya??
duh.. fusing sangadh..
wayang, opera sabun jaman dulu.
kayak si zeus yak? istrinya hera juga galak xixixi…
coba hidup jaman dulu ya?…katanya cewek²nya topless selalu, ayo hidupkan kebudayaan adi luhung itu…wong wudo nang ndalan kok dianggep berbudaya modern sih?…
yati..yati!
Perasaan ceritanya ga begitu deh. wa pernah baca versi aslinya. Manikmaya/Begawan Jaganata kehilangan kakinya karena kesikut pas coba mencobai Yesus. Terus Manikmaya keluar taring karena dia keluar air mani saat di atas laut sehinggal lahir Batara Kala. Yg lalu oleh batari UMAYI istrinya di ledekin kok sifatnya kaya raksasa. Maka keluar taringnya. So jgn ngawur gitu dung
Batari durga adalah isteri dari Batara Kala. Setelah di candain ama si UMA, trus Manikmaya ngambek dan ngatain kalao suara si UMA jg kaya raksasa, sifatnya juga kaya raksasa. Trus si UMA jadi wujud raksasa. Tapi karena cintanya trus dia ambil si dewi LAKSMI. yg sangat mirip dengan dewi UMA. Lalu roh uma disuruh masuk ke si Laksmi dan roh Laksmi masuk ke Uma. Lalu si raksasa yg udah di isi roh umah di jadikan isteri Batara Kala, dengan sebutan Batari DURGA. Mereka menetap di Nuswakambangan/
bung devil, deviasi pada folklore itu wajar. tidak ada yang ngawur, cuma saling memperkaya saja.
@Momon : baru dengar kalo ada yang mengawasi kelahiran Yesus itu si manikmaya..info dari mana mon?