Remuknya PLTN Fukushima akibat gempa 8,9 skala Richter yang menghantam Jepang, menimbulkan pertanyaan: apakah kita akan menyaksikan bencana nuklir yang lebih buruk dari Chernobyl?
Bencana nuklir selalu identik dengan PLTN Chernobyl, Rusia, yang meledak pada 26 April 1986 dan menelan 50 nyawa. Sekitar 4000 orang meninggal secara tidak langsung akibat radiasi nuklir (kebanyakan karena kanker). Korban bukan hanya mereka yang terpapar langsung, tapi juga bayi-bayi yang lahir setelah kejadian itu. Bahkan efek radioktif Chernobyl tertiup angin hingga menyebar sampai ke Swedia yang jaraknya sekitar Jakarta-Bali.
Terpapar radiasi berdampak serius karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh dan meningkatkan resiko kanker, tumor, dan kerusakan genetik. Gejalanya antara lain pusing, muntah-muntah, dan rambut rontok. Terpapar dalam kadar sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Hingga saat ini masih diperdebatkan apakah bencana Chernobyl disebabkan oleh kelalaian operator PLTN, atau desain pembangkit yang buruk. Pasca kejadian 336.000 penduduk setempat direlokasi, meninggalkan kota itu menjadi kota mati dengan tingkat radiasi tinggi.
Kondisi sedikit berbeda di Jepang. Sejumlah pakar yang dikutip oleh Reuters masih optimis bahwa bencana nuklir tidak berpotensi terjadi di Jepang karena PLTN mereka jauh lebih aman. Profesor Paddy Regan dari Surrey University, Inggris melihat tabung baja pengaman radioaktif masih dalam kondisi utuh. Salah satu peyebab efek radioaktif Chernobyl menyebar luas adalah tidak adanya tabung baja pengaman pada reaktor mereka.
Untuk mencegah reaktor meledak, pemerintah Jepang berusaha mendinginkan reaktor Fukushima dengan mengaliri pembangkit dengan air laut. Asisten peneliti MIT, James Walsh berpendapat bahwa tindakan itu menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini. Air laut yang sifatnya korosif akan merusak reaktor sehingga tidak akan bisa digunakan lagi. Artinya pemerintah rela investasi mereka hangus, guna mencegah situasi yang lebih buruk.
Ini memang sedikit berbeda dengan Chernobyl, di mana reaktor yang belum rusak masih dioperasikan sampai tahun 2000. 14 tahun setelah kejadian.
Hingga saat ini sembilan orang positif terkena radiasi dalam kadar tinggi pada kulit dan baju.
Baca Juga
- Tanya jawab soal gempa dan efektnya terhadap pembangkit nuklir Jepang (CNN).
Update
- New York Times melaporkan sempat terjadi kerusakan pompa air laut pada pembangkit no 2. Terjadi ledakan pada tabung pengaman, dan diduga membuat kebocoran pada bagian bawah. Akan tetapi, tingkat radioaktif tidak naik setelah terjadi ledakan, sehingga dianggap tidak terjadi kebocoran.
- Terjadi ledakan pada reaktor nomer 4, namun sudah berhasil dipadamkan. Reaktor ini tidak beroperasi pada saat gempa terjadi, namun menyimpan bahan bakar nuklir yang telah layu. Nuklir layu masih memancarkan radiasi, walaupun kadarnya tergantung pada usianya.
- Pihak yang berwenang menginstruksikan 800 pekerja PLTN untuk meninggalkan Fukushima, walaupun 50 masih tetap berada di lokasi untuk menanggulangi situasi. Penduduk pada radius 30km diminta untuk tidak keluar rumah, menutup jendela dan pintu, serta mematikan AC.
Wah serem juga.. dan tak sanggup membayangkan apabila kita jadi punya PLTN, padahal gempa sebesar 8.9 SR adalah hal yang tak mustahil terjadi di Indonesia.
hmmm
menakutkan ya mon :(
guys plis check this out : A Nuclear Reactor Explained by Poop and Farts: Nuclear Reactor Boy’s Tummy Ache
http://www.youtube.com/watch?v=O1aH2-MhEko
smoga bermanfaat