Setelah kejadian kemarin, dosen saya bertutur sambil setengah bercanda: “Lain kali, jangan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat ya” (kurang lebih seperti itu).

Memang benar, bagi saya, manfaat yang saya peroleh memang tidak banyak. :)

Tapi saya rasa, ada banyak manfaat telah diberikan kejadian kemarin kepada bangsa Indonesia, karena setidaknya kita semua belajar selangkah lebih maju dalam hal kemerdekaan berekspresi.

Bangsa yang akan sukses di masa depan tidak hanya dibangun oleh militer yang kuat, workforce yang nurutan, ataupun sumber daya alam yang melimpah.

Bangsa pemimpin masa depan dibangun oleh ideas. Ide-ide cemerlang yang membuat perubahan umat manusia ke tingkat yang lebih baik.

Disini, kemerdekaan berekspresi, menjadi sesuatu yang sangat penting. Karena kalau berpendapat saja takut, bagaimana mungkin ide-ide baru dan cerdas bisa muncul. Tentunya tidak semua ide itu bagus, kebanyakan mungkin buruk. Tapi lebih buruk lagi kalau kita tidak pernah memberi kesempatan bagi ide-ide tadi untuk muncul, karena tidak ada yang pernah tahu kapan ide bagus muncul.

Tentunya kemerdekaan berpendapat adalah sesuatu yang bertanggung jawab, sehingga tidak seharusnya dilakukan sembunyi-sembunyi. Merdeka tetapi takut untuk mengakui perbuatannya sama saja dengan tidak merdeka.

Selain itu, kemerdekaan berpendapat juga selalu disertai dengan kearifan warganya untuk melihat segala sesuatu. Mendengar isu kecil saja panik, marah, dan beraksi reaktif tentunya bukan sifat warga masyarakat merdeka.

Dalam pranata baru ini, yang bisa survive bukan lagi orang-orang yang pandai berburu atau pandai perang atau pandai berbicara di depan publik, melainkan orang-orang yang pandai mengelola informasi dan bijak menyikapinya :) Memang tidak mudah hidup di jaman kemerdekaan berekpresi dijunjung tinggi.

Tapi siapa bilang untuk menjadi maju itu mudah?

Kemerdekaan Berpendapat
Tagged on:

45 thoughts on “Kemerdekaan Berpendapat

  • December 15, 2005 at 12:02 am
    Permalink

    mas mas, cool banged komentarmu. Guw suka gaya loe

    Reply
  • December 15, 2005 at 5:02 am
    Permalink

    Di Denmark ada koran yang memuat gambar2 yang menghina Nabi Muhammad SAW, mereka pakai alasan yang sama dengan anda: kebebasan berekspresi.

    Ada juga orang yang dengan sengaja mempertontonkan aurat/hal2 porno di depan umum (termasuk anak kecil).. mereka juga pakai alasan yang sama dengan anda: kebebasan berekspresi.

    Apakah para teroris juga punya kebebasan berekspresi untuk menyebarluaskan propaganda & bahan-bahan recruitmentnya? Tentu tidak.

    Jadi apakah kebebasan berekspresi itu bisa sebebas-bebasnya? Ada orang bilang “You have the right to swing your hand, RIGHT UNTIL BEFORE IT TOUCH MY NOSE” Anda berhak atas kebebasan selama tidak mengganggu hak-hak orang lain: termasuk hak mereka untuk tidak dilecehkan.

    Semua orang bisa khilaf, mari kita berintrospeksi diri.
    Salam.

    Reply
  • December 15, 2005 at 5:10 am
    Permalink

    Kenapa kalo orang yang komentnya “kontra”, pasti anonymous…. huh…. coepoe…

    Eh eh eh…
    Merdeka!!!

    Emang susah mau jadi negara maju…

    nb: mau tak sebarin yahoo id nya (next time)? hehehe… :D

    Reply
  • December 15, 2005 at 7:24 am
    Permalink

    Saya setuju dengan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, dan saya yakin tujuan semula dari apa yg telah terjadi bukan untuk menghina atau memojokkan siapapun. Saya juga menghargai teman-teman yang terbuka dan berani menunjukkan jati diri dalam berpendapat. Dan saya juga menghargai alasan Anonymous untuk tetap Anonymous ;)

    Reply
  • December 15, 2005 at 7:57 am
    Permalink

    Asslm..
    Menunjuk pada komennya si “anonymous”,
    Rasul Muhammad sendiri ketika dihina,diludahi,tidak membalas dengan balasan serupa,apalagi melebihi. Beliau malah berdoa kpd Allah biar orang tsb mendpt petunjuk-Nya,mendpt hidayah,biar kembali ke jalan-Nya.
    Jadi menurut saya,kebebasan ekspresi memang perlu. Tp yg terpenting dari itu semua,adalah bagaimana ke-ARIF-an kita dalam menyikapi orang2 yang berpendapat terhdp kita.Tidak gampang emosi,atau bahkan menyerang.
    Seharusnya kita dekati,bermusyawarah bersama,tidak malah menambah musuh baru.
    Wasslm..

    Reply
  • December 15, 2005 at 9:43 am
    Permalink

    Bwt abang Anonymous

    Yaa..
    Kalo dibanding2kan ama Nabi Muhammad sih, jadi gak relevan kayaknya.
    Postingan Momon waktu itu kan wacananya “just for fun”. Dan tidak dalam konteks menghina, melecehkan, mengeksploitasi pihak-pihak tertentu.
    Tolong dipikirkan secara arif.

    Reply
  • December 15, 2005 at 10:26 am
    Permalink

    salut..salut ama comment mu utamanya dua paragraf akhir, memang kebanyakan kondisi memang begitu. orang suruh maju, bahkan dia sendiri udah memplokamirkan sebagai orang merdeka, modern, maju dsb. tapi kenyataan sebenarnya dia masih kolot dan nggak mau maju, maklumlah….

    Reply
  • December 15, 2005 at 12:10 pm
    Permalink

    Kalau pemerintah dan aparat memang ingin menegakkan kebenaran,saya setuju. Tapi saya lebih setuju lagi,kalau tidak mempolitisir masalah ini, coba buktikan dulu penegakan kebenaran untuk kasus TRISAKTI,MARSINAH,MUNIR,dan berbagai kasus pelanggaran HAM yang sampai hari ini masih pending…

    Reply
  • December 15, 2005 at 12:21 pm
    Permalink

    Ya memang kita baru merdeka dalam wacana. Merdeka yang sebenarnya mungkin ketika Bung Karno membacakan teks proklamasi, setelah itu,Bung Karno sendiri wafat dalam tahanan ORBA. Setelah reformasi berjalan 7 tahun, apa kemerdekaan itu diperoleh? Rasanya masih jauh. Kecuali jika perombakan besar-besaran birokrasi, termasuk TNI dan POLRI, serta melarang partai dan memenjarakan orang-orangnya yang membuat bangsa kita terpuruk. Merdeka!!!

    Reply
  • December 15, 2005 at 1:19 pm
    Permalink

    efeknya yg pasti adalah mas herman jadi sangat terkenal dan jadi berita di beberapa koran nasional.
    selamat ya mas.
    semoga tidak sampe dipenjara… ;-)

    Reply
  • December 15, 2005 at 4:03 pm
    Permalink

    mas herman, masuk koran tempo lagi tuh. tentu ada pendapat pakar telematika yang terkanl itu. hihih…sabar ya mas, orang sabar disayang Tuhan

    Reply
  • December 15, 2005 at 4:37 pm
    Permalink

    RI-1 ajah gak ada komen …tp pas kebetulan mbaca bbrp koran onlen kok malah pakar pornomatika yg jadi sumber cerita yak :p
    Apa ini gejala menurunnya kuwalitas koran2 gede Indonesia yak..duh! (nyontek tulisannya sapa nih :D)
    Moga-moga semua cepet klaar & bisa berekspresi lagi M4n!

    Reply
  • December 15, 2005 at 5:41 pm
    Permalink

    Tanggung jawab pribadi bukan tanggung jawab komunitas. Mirip kayak kasus Kevin Mitnick, teman-temannya mendukung semua. Toh katanya ndak ada ‘keisengan’ tanpa ‘sedikit kenakalan’. Tapi ‘kenalan’ itu bisa jadi merupakan sebuah penghinaan, bisa jadi merupakan sebuah pelanggaran hukum, dan bisa jadi merupakan pelanggaran tata sosial. Jadi kalau menghubungkan antara ‘keisengan’ pribadi dengan kebebasan berpendapat kok rasanya agak aneh. Dua-duanya punya dimensi yang berbeda.

    Kasus ini rasanya bukan untuk pembelajaran komunitas, tapi untuk membuat pribadi menjadi lebih mandiri dan mampu bertanggung jawab atas segala keputusan dan aktifitas yang dia lakukan. Bukan malah bersembunyi atas nama sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.

    Reply
  • December 15, 2005 at 6:01 pm
    Permalink

    Saya setuju dengan kemerdekaan berpedapat yg digaungkan oleh Mas Herman dan saya juga setuju apa yg disampaikan oleh Anonymous.
    Di dunia ini pasti ada 2 hal yg berlawanan : positif vs negatif, malam vs siang, baik vs jahat, terus ada yang namanya HAK VS KEWAJIBAN.
    Nah dalam konteks ini Mas Herman mempunyai HAK utk KREASI tapi dilain pihak Mas Herman juga mempunyai KEWAJIBAN UTK MENGHORMATI HAK ORANG LAIN, dlm hal ini adalah HAK-NYA SBY (privileges, harga diri dll). Nah tentunya kalo kewajiban menghormati orang lain tidak dilakukan akan timbul efek yg bisa positif maupun negatif-dan pada akhirnya KREATIFITAS yg dilakukan oleh mas Herman bersinggungan dengan HAK pak SBY yg nota bene pejabat negara yg ada aturan mainnya. Dalam konstitusi kita sudah diatur mengenai KEBEBASAN BERPENDAPAT, namun bukan berarti bebas sebebas-bebasanya ada batasan-batasan yg harus diikuti apakah itu Undang-Undang maupun ETIKA.
    Mungkin terlalu njlimet tapi paling tidak kejadian ini bisa menjadi PEMBELAJARAN bagi kita semua utk bisa lebih bertanggung jawab dengan apa yg kita lakukan.

    Reply
  • December 15, 2005 at 6:13 pm
    Permalink

    Saya ada sedikit komentar tulisan mas Herman tentang MILITER. Saya bukan orang militer dan yang sok militer tapi hanya coba memberikan pandangan yang sedikit berbeda.

    Dalam kehidupan ber-negara : ada komponen-komponen yg harus dimiliki yaitu penduduk, wilayah dan pemerintahan (termasuk didalamnya adalah militer). Dalam dunia diplomasi pun juga berlaku, DIPLOMASI AKAN TUMPUL KALO TIDAK DITUNJANG KEMAMPUAN MILITER YG KUAT.
    contoh paling nyata : AMERIKA SERIKAT yg mungkin bagi sebagian merupakan KIBLAT DEMOKRASI, KIBLAT KEBEBASAN PENDAPAT (tapi ternyata banyak sensor…:))dan NGGAK DEMOKRATIS… PELANGGAR HAM BERAT LAGI….. :)

    Amerika bisa memainkan peranan yg besar di dunia karena didukung oleh militer yang kuat, Malaysia berani mengklaim Ambalat dll krn juga didukung oleh militer yang kuat sekaligus krn melihat LEMAHNYA MILITER Indonesia. mau contoh lain : INDIA dan SINGAPURA.

    Nah kalo kita sebagai bangsa Indonesia selalu menjelek-jelekkan MILITER sendiri yg diisi oleh kecurigaan yg berlebihan maka bangsa Indonesia akan menjadi bulan-bulanan bangsa lain even oleh negara kecil.

    Saya cuman berpesan kita jangan sampai terlarut oleh PROPAGANDA ASING tentang DEMOKRASI, HAM, KEBEBASAN BERPENDAPAT dll yang pada intinya memang mereka gaungkan utk memperlemah negara kita.

    Namun saya setuju dg pendapat Mas Herman bahwa MILITER saja tidak cukup, harus ditunjang oleh SDM dan kemauan utk MAJU.

    salam.

    Reply
  • December 15, 2005 at 7:47 pm
    Permalink

    hmmm..kayaknya sih..intinya….. kebebesana berekspresi yg bertanggung jawab…ya..bagi yg berekspresi juga bagi yg ngeliat, ngebaca atau “nikmatin”.. :)
    jadi ya…masa lalu udah berlalu, masa depan masih ghoib, masa sekarang adalah belajar dari masa lalu dan berbuat yg terbaik untuk masa depan… :) tetep semangat!! kalo ga ” salah” ya ga belajar to…. cuman..belajar ngga harus “salah” dulu kan.. :)
    eh btw..mas momon jadi terkenal di infotainment jg lo..tadi sore ada..
    jadi ambil enaknya aja..ojo pusing222

    Reply
  • December 15, 2005 at 9:40 pm
    Permalink

    Hi hi hi, Mas Momon, kok materi postinganmu mirip atau malah sama dengan postinganmu di sharepoint. Hebat..hebat.

    Reply
  • December 15, 2005 at 9:43 pm
    Permalink

    Saya hanya ingin memberitahukan…. Bahwa kakak saya ini murni ISENG saja. Tidak ada unsur POLITIK atau keinginan menghancurkan Bapak PResiden yang sangat say abanggakan (serius ini). Saya ingat, orang yang pertama kali diperlihatkan FOTO TERLARANG itu adalah saya sendiri, adiknya. Waktu itu saya harus berangkat sekolah, sementara kakak saya mau nebeng (maklum dia ga bisa nyetir mobil dan motor!). Saya hampir terlambat, sehingga saya hanya melihat sekilas pada foto itu, lalu tersenyum sedikit. Menurut saya JAYUZ, dan ga penting banget… Kakak sayapun tersenyum lebar plus bangga dan siap akan memasukkan foto itu ke blog-nya. Kami berdua tidak mengira bahwa foto itu akan menjadi FOTO TERLARANG dan patut diperdebatkan, atau bahkan dibicarakan secara serius. Katanya, ini KEBABLASAN. Saya kira itu hanya ide kreatif. IDE KREATIF, dan bukan sebuah maksud penghinaan. Maklum, di keluarga saya, KEBEBASAN BEREKSPRESI……..oh tidak hanya itu… KEBEBASAN BERKARYA juga sangat diANJURKAN oleh orang tua saya, terutama ibu saya. Dimana kami boleh berfikir apa adanya, berpendapat sejujur-jujurnya, mengkritik orang tua kami sesuai apa yang kami pikirkan, dan lain hal2 “berbau” bebas lainnya. Hasilnya? Terciptalah manusia KREATIF seperti kakak saya. Tidak hanya itu. Kebebasan yang ibu berikan untuk kami, otomatis, selain menjadi semakin menghormati, kami juga semakin mencintai beliau. Kebebasan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain itu menciptakan rasa hormat dan cinta tersendiri terhadap yang memberi kebebasan. Namun, apabila kita selalu mengawasi apa saja yang orang lain ucapkan kepada anda, apakah itu membuat mereka hormat? Mungkin di depan anda iya, namun di belakang anda? Jangan harap…

    Sebagai catatan, mungkin kakak saya berfikir bahwa orang lain akan sesantai ibu kami. Maka dari itu dia lupa, bahwa tidak banyak orang seperti ibu kami, yang mau dikritik PEDAS atau dibuat sebagai bahan lelucon. Saya kira, dia bukan kebablasan. Dia hanya berfikir, negara Indonesia yang katanya demokrasi ini telah benar-benar menjadi demokrasi. Nyatanya…. Hahaha… Tertawa saja deh…
    Dan sepertinya, belum banyak yang mengerti, mana itu kreatif, dan mana itu kejahatan. Bapak/Ibu Anonymous memberi informasi menarik mengenai seseorang di Denmark yang menghina Nabi Muhammad SAW. Bapak/ Ibu Anonymous seperti berpendapat bahwa kasus kakak saya ini sama dengan kasus yang ada di Denmark itu tadi. SANGAT TIDAK MASUK AKAL. Nabi Muhammad membawa nama agama. Dan memang tidak sepatutnya dihina. Selain itu, agama tidak boleh saling menghina atau melecehkan, karena itu adalah kepercayaan, dan kepercayaan tidak bisa diperdebatkan. Dan anda menyamakan Nabi Muhammad SAW dengan Pak SBY??? Oh tidakkkkk……………………………………….!!!!! Anda sedang “bebas berekspresi” ya, Kawan? Malah justru anda itu yang KEBABLASAN, kawan! Nabi kok disamakan dengan manusia sih? Jelas beda. Coba kasih contoh yang lebih OK ya Bapak/ Ibu Anonymous. Please… I’m begging you.

    Reply
  • December 15, 2005 at 9:48 pm
    Permalink

    Gue salut buat elo-elo semua yang ngedukung kebebasan berekspresi dengan bertanggung jawab.

    Salut juga buat mas Herman !!
    Terusin aja gaya ekspresi elo, jangan kapok yah ?!

    Gue tunggu kelanjutannya.

    Reply
  • December 15, 2005 at 10:03 pm
    Permalink

    Selamat mengenal INDONESIA
    dimana yang berkuasa selalu diuntungkan, semoga itu bukan jadi titik balik.
    Saya pernah mengalami yang lebih represif dari yang mas alami kemarin oleh Megawati.
    TERUS BERJUANG___________

    Reply
  • December 15, 2005 at 10:28 pm
    Permalink

    saya pikir sdr Herman sudah sangat bertanggung jawab. Apa buktinya ? dia menuliskan identitas aslinya di blognya dan sama sekali tidak ada intensi untuk menyembunyikan identitas. Masih banyak loh orang yang berbuat membabi buta tapi dengan menggunakan anonimitas.

    Herman sudah (at least) berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sekarang pertanyaanya, apakah harus sedemikian besar tanggung jawabnya atas apa yg dilakukan? (1) it’s just a joke! dan sama sekali tidak ada motivasi penghinaan kepala negara … (2) dia menggunakan media blog – yang tidak bisa disamaratakan dengan media konvensional lainnya.

    Tentang kebebasan berekspresi, sejauh mana kebebasannya ? sampai “touching your nose” ? atau jangan-jangan merentangkan tangan juga dianggap melanggar hak orang lain ? this is debatable. Provokasi, menyebarluaskan selebaran fitnah absolutely melanggar hak orang lain. Tapi membuat karikatur/rekayasa grafis yg sifatnya bercanda ?

    Reply
  • December 15, 2005 at 10:33 pm
    Permalink

    Pramdith, bagaimana kalau saya tersinggung dengan kritikan anda? karena maenurut saya bahasa yang anda gunakan tidak pantas.

    Anda memang ber-HAK untuk memberi kritikan, tetapi anda juga berKEWAJIBAN untuk menghormati HARGA DIRI SAYA. Terus terang saya merasa terlecehkan. Anda memang bebas mengkritik, tapi sebebas apa?

    Tentu saja saya hanya bercanda :) Saya sangat menghormati pandangan anda, apalagi anda membuat wawasan saya terhadap issue ini lebih luas (semoga rekan-rekan yang juga diuntungkan pramdith).

    Tapi, tidak bisa dibayangkan kalau setiap ada usul, masukan, kritikan, saran, atau joke sebentar-sebentar dianggap sebagai penghinaan, pelecehan, tidak menghormati harga diri, atau yang lain.

    Betapa ruginya saya kalau tidak bisa menerima paparan Pramdith. Betapa ruginya teman-teman yang lain kalau saya langsung menghapus comment Pramdith, karena akhirnya yang didiskusikan disini hanya pikiran satu arah. Chauvinist.

    Mari kita lihat ini dalam lingkup yang lebih luas. Alangkah ruginya pejabat-pejabat kalau tidak bisa menerima masukan tentang pengelolaan ekonomi atau pertanian yang baik, kalau kritik sedikit dianggap (batas menghina dan tidak menghina sangat tipis). Itu baru pejabat, belum guru , dosen, pimpinan atau yang lain.

    Oleh karena itu, kemerdekaan berekspresi seharusnya memang tidak terlalu dibatasi. Tinggal bagaimana pikiran kita memfilternya ;)

    Reply
  • December 16, 2005 at 12:19 am
    Permalink

    Mas Herman… terima kasih kalo tulisan saya selain membuat tambah wawasan sekaligus tambah jengkel….:)

    Memang dalam melihat suatu permasalahan orang akan cenderung melihat dari sisi yg berbeda dan hal ini lumrah dan wajar…misal saya melihat gajah dari depan dan mas Herman melihat dari belakang, saya akan ngotot kalo gajah itu ada matanya dan tentunya mas Herman juga keukeuh bahwa gajah itu ada buntutnya…banyak lagi contoh misal ‘insurgent’ yg di Irak oleh Amerika dianggap teroris tapi dipihak lain mereka dianggap pahlwan sebaliknya Amerikalah yg teroris… (lha wong yg jadi korban juga sama rakyat sipil)

    Disini mana yg benar adalah BENAR MENURUT KONSENSUS – KEBENARAN MAYORITAS. Mungkin nih.. kasus mas Herman ini bermuara disini KEBENARAN MAYORITASnya adalah tidak etis membuat lelucon yg menyangkut Kepala Negara dan memang ada aturan hukumnya (mungkin rekans yg ahli hukum bisa lebih detail menjelaskan). Terlepas dari itu semuanya skrg bagaimana menyikapi apa yg sudah terjadi….pesan saya buat mas Herman : ikuti saja proses dan aturan mainnya….ambil hikmahnya.
    Jadi tambah pengalaman tho berurusan dg pak Polisi plus jadi seleb …:)

    Point yg ingin saya sampaikan sudah dapat ditangkep mas Herman…. bagaimana kita bisa mem-FILTER apabila kita ingin menyuarakan kebebasan berpendapat…. memang tidak mudah utk MENERIMA SEBUAH KRITIKAN KRN SUATU KRITIKAN BIASANYA AKAN MEMBANGKITKAN RESISTENSI… apakah itu sebuah luapan emosi kemarahan ataupun serangan balik.
    namun dapat saya catat disini… MAS HERMAN ini satu dari sekian milyar penduduk bumi yg bisa menerima sebuah masukan/kritik…

    Terus berkreasi Mas (tapi di filter ya….:)), anggap masalah ini merupakan kerikil ato batu perjalanan yg mewarnai kehidupan mas Herman.

    Salam

    Reply
  • December 16, 2005 at 3:45 am
    Permalink

    So you’d better get up, stand up, stand up for your right
    Get Up, Stand Up, don’t give up the fight
    Get Up, Stand Up, stand up for your right
    Get Up, Stand Up, don’t give up the fight.
    ———— Bob Marley——–

    Reply
  • December 16, 2005 at 7:33 am
    Permalink

    Hormon said: …Bangsa yang akan sukses di masa depan tidak hanya dibangun oleh militer yang kuat, workforce yang nurutan, ataupun sumber daya alam yang melimpah…

    pramdith said :… Nah kalo kita sebagai bangsa Indonesia selalu menjelek-jelekkan MILITER sendiri yg diisi oleh kecurigaan yg berlebihan maka bangsa Indonesia akan menjadi bulan-bulanan bangsa lain even oleh negara kecil.

    My Comment : Aku kok jadi bingung ya… kok bisa pramdith bilang Homon menjelek-jelekkan militer. Hormon secara jelas menjelaskan bahwa… bangsa yang kuat adalah bangsa yang dibangun oleh tak hanya oleh militer yang kuat, workforce yang nurutan, ataupun sumber daya alam yang melimpah…plus tentunya dibangun oleh ideas.

    Soal militer … saya bukannya anti militer dan pro militer, tapi sebagai orang awam saya memahami militer sebagai alat negara yang harus digunakan secara baik dan benar. Untuk melindungi ambalat misalnya…. bukannya untuk menakuti nakuti rakyatnya sendiri. Jangan sampe militer kita ditakuti di negeri sendiri tapi tidak ditakuti oleh negara lain.

    Reply
  • December 16, 2005 at 10:45 am
    Permalink

    Sepertinya si herman itu udah dirasukin “setan Logika” akhirnya mencoba untuk membenarkan apa yang nyata2x tidak benar dan tidak etis. Gw pikir alasan dan komentar2x lo itu hanya ngeles dan kata2x pelarian aj. Salah ya salah Coy!

    Dh N’ D Lite’

    Reply
  • December 16, 2005 at 11:01 am
    Permalink

    quote >>
    Dalam pranata baru ini, yang bisa survive bukan lagi orang-orang yang pandai berburu atau pandai perang atau pandai berbicara di depan publik, melainkan orang-orang yang pandai mengelola informasi dan bijak menyikapinya ……
    << end quote karena gw adalah penikmat setia informasi2x (dimanapun itu medianya…blog or else) tinggal dari gw sendiri memfilter…
    …..jadi ga terlalu terbawa terbawa oleh hiruk pikuk genean (tapi gw ttp dukung lu )
    menurut gw, Mon…..
    orang yg kontra sama kamu tuuuu orang o’on….otaknya orisinil abis alias mikir ga make otak nya, hueheheheh :))

    maju trusssssssss, monnnnn

    Reply
  • December 16, 2005 at 3:27 pm
    Permalink

    ==================================
    Akmal said…..
    menurut gw, Mon…..
    orang yg kontra sama kamu tuuuu orang o’on….otaknya orisinil abis alias mikir ga make otak nya, hueheheheh :))
    ==================================
    huebat mas komentarnya…
    yg kontra dibilang o’on..ck..ck.ck..

    *iwan/bukansiapasiapa*

    Reply
  • December 17, 2005 at 12:34 pm
    Permalink

    huebat mas komentarnya…
    yg kontra dibilang o’on..ck..ck.ck..

    *iwan/bukansiapasiapa*

    cuekin saja yang seperti itu mas, self righteous, group thinking (can’t think by him self..), always goes by the pack, etc etc.

    buat adiknya herman;
    semua orang juga tau kalau herman cuma iseng, justru karena cuma iseng maka banyak yang jadi muak waktu dia mau ngeles dengan “kebebasan berekspresi”. Terlihat seperti anak kecil yang tertangkap mencuri kue di toples lalu bikin alasan macam-macam. Kalau yang menjadi sumber masalah adalah tulisan tentang kebijakan2 politik sby .. dan ditutup aparat, pasti semua akan mendukung kalau itu kebebasan berekspresi. Tapi ini bikin gambar tidak senonoh yang melecehkan orang. Bagaimana perasaan istri/anaknya RS (kalau dia sudah punya istri & anak) melihat foto bapaknya dilecehkan online seperti itu.

    bukan iwan.

    Reply
  • December 17, 2005 at 12:48 pm
    Permalink

    Berarti kemerdekaan berekpresi itu cuma terbatas untuk mengkritik pemerintah ya? Kok pola pikir anda sempit sekali?

    *capek nanggepin anonymus karena akhirnya gak jadi diskusi yang sehat*

    Reply
  • December 17, 2005 at 1:03 pm
    Permalink

    Mas, udah baca berita di kompas?

    Sebenernya udah capek nanggepin yang kayak gini. Hehe..
    Gw dari kemaren dimessage ama orang-orang yang merasa perlu meluruskan Momon.
    Gini deh.
    Gw sih cuma pegang satu argumen.
    Itu Momon yang bikin, dan masi dalam taraf wajar aku pikir.
    Naughty mungkin, tapi gak keterlaluan dan gak penting kalo digedhe-gedhein.
    Yang ada ntar malah Momon yang kesenengan diomongin orang.
    hehe..

    SANGAT PATUT DIPERMASALAHKAN kalo :

    1. Potonya SBY telanjang > jadi bisa dianggap pornografi dan JELAS-JELAS PELECEHAN PADA KEPALA NEGARA.

    2. Potonya SBY keliatan menghina agama or suku tertentu > jadi emang SARA dan MENCEMARKAN NAMA BAIK PRESIDEN

    3. Potonya SBY bikin negara laen murka dan jadi pengen PERANG ama indonesia.

    Itu kayaknya sangat lebih pantas buat dipermasalahkan, dan lebih keliatan kayak anak kecil kalo Momon trus pake dalih “kebebasan berekspresi” (kalo seumpama ketangkep).
    Karena Momon (kalo sampe bikin gambar kayak gitu trus diposting) brarti gak punya otak dan intelektualitas yang cukup buat ngerti kalo postingan kayak gitu tuh bahaya dan gak pantes.

    Nah ini??
    Ada gitu yang patut dipermasalahkan secara gedhe-gedhean..?
    Kebebasan berekspresi masi dalam taraf yang sangat-sangat wajar dan gak melampaui batas.
    Gak peduli ni mo di Indonesia kek, mo di Amerika kek, mo di Zambia kek, mo di bulan kek.

    Reply
  • December 17, 2005 at 7:07 pm
    Permalink

    kalo khilaf ya sudah mengaku khilaf ga usah bertele2 berlindung dibalik komunitas dan bermain dengan kata2 kebebasan ekspresi .. basivhd

    Reply
  • December 18, 2005 at 11:17 am
    Permalink

    menjadi khilaf kalo memang ngerasa salah, kalo ngga ngerasa salah kenapa mesti jadi khilaf..

    kalo gw jadi si Mas Herman ini, gw ngga akan ngerasa salah, pls deh, ini blog2 gw mau gw isi apa aja suka2 gw, mau pasang foto sby kek mau pasang foto saddam husen kek suka2 dong, masalah itu jadi menghina negara atau apalah, doooh RELATIP BANGET MAS…

    gw rasa yang harusnya merasa di hina ya Mayangsari dan Bambang, yg jelas2 mukanya plek ketiplek muka mereka, tapi kenapa mereka ngga protes?? mungkin karena menurut mereka itu bukan penghinaan, so.. kebenaran itu relatip mas, tapi kalo keras kepala itu absolut.. jadi ga usah kekeh surekeh gitu dong ah…

    anonymous juga ah, hehe
    ngga dink.. nama gw icha…
    (penting ga sih?)

    Reply
  • December 18, 2005 at 4:04 pm
    Permalink

    tumben serius…

    Reply
  • December 18, 2005 at 7:01 pm
    Permalink

    kesimpulan kecil yang saya dapatkan dari membaca beberapa komentar2 anonim di sini: foto yang kemarin itu tidak akan jadi masalah kalau disisipi pesan-pesan politik :), karena statusnya jadi bukan untuk main2, tapi untuk menyampaikan pesan politik :) jadinya kasusnya sama dengan karikatur2 bertema politik yang sering kita lihat di koran2 :)

    tanpa pesan2 politik, apa bedanya gambar2 tersebut dengan karikatur. rasanya gak ada.

    lain kali coba sisipkan bubble text misalnya “gratiskan biaya kesehatan” atau “turunkan harga bbm” :)

    Reply
  • December 19, 2005 at 5:37 am
    Permalink

    Eh mon, kmrn aku sempat agak dimarahin e sama sopir bus (aku ikutan one day tour gitu). Dia marah soalnya aku nerima koran publikasi kelompok Falungong yg ditawar2i oleh nenek2 di samping bus. Kan aku bilang, “i just want make her happy”, trus beliau jawab “but dont you want to make me happy too?”

    Gila, ku bukan orang chinese aja disuruh2 gitu. Tur yg kuikuti tu chinese punya, btw… Tapi kenapa negara cina tetep bisa maju ya?

    Reply
  • December 19, 2005 at 7:11 pm
    Permalink

    TERNYATA DISKUSI DI SINI JAUH LEBIH MENARIK DENGAN HADIRNYA SAUDARA PRAMDITH YG CAKUPANNYA BISA MELINGKUPI SELURUH ASPEK KEHIDUPAN DARIPADA DISKUSI DI FORUM MAS PRIYADI.NET YG HANYA BERKUTAT PADA MASALAH BAHASA HUKUM YANG SUDAH PASTI HANYA MENGHASILKAN 2 KEMUNGKINAN DIHUKUM ATAU BEBAS

    Reply
  • December 20, 2005 at 7:14 pm
    Permalink

    Hi mas Momon…
    Yah… Sekali lagi, ambil aja hikmahnya :) Bagi saya sendiri definisi kebebasan ekspresi adalah sesuatu yang ingin saya sampaikan (lewat media apapun) dengan bebas tanpa menimbulkan kerugian yang dapat membuat orang lain gundah, susah, malu dsb. Kalo akhirnya ada yang merasa gundah, susah apalagi malu dengan kebebasan saya maka sesungguhnya saya telah merampas ‘kebebasan’ orang lain. Well,saya tidak bermaksud memvonis siapa-siapa karena emang gak punya kapasitas melakukan itu. Mungkin SBY ato siapapun dalam kasus ini tidak tersinggung, marah dsb. Namun jika akhirnya ada yang marah, maka itu pun jadi hak mereka kan? Karena bagaimana pun juga gak ada yang ingin orang yang (mungkin) disayangi, dipermalukan dengan percuma (meskipun menurut opini mereka). Teruslah berkarya mas Momon! Buat tulisan2 yang lebih produktif lagi… Kesandung cuma bagian dari perjalanan, yang penting tetep berjalan dengan hati2 tanpa perlu menyakiti, sengaja ataupun tidak.Seorang juara adalah bukan orang yang tidak terkalahkan, namun orang yang mampu bangkit dari keterpurukan… 1000 temen terlalu sedikit, 1 musuh terlalu banyak
    Ricky at Jakarta

    Reply
  • December 22, 2005 at 12:14 am
    Permalink

    mas herman numpang nimbrung.
    setauku, internet itu kayak dunia yang banyak informasinya. jadi disana mesti banyak arus informasi.
    blog maupun site, juga kan kayak rumah. ya kalo kita mau dateng, ya dateng.. kalo gak, ya udah..
    kita mau joget tanpa baju ataupun pake baju eskimo dirumah sendiri ya gak masalah. selain itu, mas herman kurasa juga punya artikel-artikel yg unik diblognya. coba cek.. banyak yg berisi artikel pribadi. itu lumrah. ini kan rumahnya. itu adalah ide yang tercecer di rumah… bikin ide yg keren lain mas..!

    Reply
  • December 22, 2005 at 7:22 am
    Permalink

    Tempo 19 Desember 2005:
    Direktur LBH Jakarta Uli Parulian menilai kasus ini masih merupakan wilayah kebebasan berekspresi, sehingga tak perlu dihadapi dengan jaring pidana. Apalagi menggunakan pasal peninggalan pemerintahan kolonial yang dikenal sebagai hatzaai artikelen. “ini kan berlebihan sekali” Kata Uli.

    Nah ahli hukum saja bilang begitu, gimana kalian cekereme antek kolonial, masih mau ikut2an bergaya Roy Suryo?

    Baca Gatra kemarin, fotonya foto Herman, tapi ulasannya mutlak about Roy Suryo, yang nyata2 berusaha mempraketekkan gaya kolonialisme dan ORBA di jaman modern ini.

    Basbang men………..

    Reply
  • January 1, 2006 at 3:45 am
    Permalink

    Saya sebetulnya heran sih, bukannya ini semua cuma pure joke aja, terus kenapa sampe ke Kemerdekaan berpendapat, freedom of speech segala ???? Guyon yo guyon, ga ada urusannya sama freedom of speech. Freedom of speech itu apabila si Herman memang ada intention untuk menjatuhkan atau menghina presiden. Lha ini kan cuman spontaneous joke aja, kok bisa sampe “Kemerdekaan Berpendapat” segala sih ikut dibawa2 ???? Senengane kok repot.

    Reply
  • February 4, 2006 at 8:17 am
    Permalink

    jahat sekali negara2 yang sengaja melecehka Nabi besar Muhammad SAW yang beliau seorang pemimpin besar apa waktu itu reporter yang muat nggak berfikir dampak perbuatannya tapi ada satu hikmah yang bisa diambil dari masalah ini bayangkan apa ini the new beginning dari bersatunya umat muslim dunia dari perbedaan2 aliran?? seperti di Irak kaum syiah dan Sunni bersatu padu mengesampingkan perbedaan untuk menentang dunia barat

    Reply
  • June 25, 2006 at 12:23 pm
    Permalink

    vie mulai suka banget ama blognya herman,informatif banget and yg pasti sependapat dgn vie yg pingin lihat bangsa indonesia ini maju.tapi sayang..sejujurnya bangsa indonesia masih dalam permainan orba,ibaratnya dalang kita masih sama,pemimpin kita masih banyak yg tidak mau melihat bangsa kita maju,sementara orang orang yg seperti herman ini malah tak diberi ruang,dan yg selalu terjadi agama dipolitisasi.harusnya kita berpikir cerdas seperti dalam http://www.bangsacerdas21.blogspot.com atau dalam forum kebebasan lintas beragama,keep fight!!

    Reply
  • January 2, 2007 at 2:20 pm
    Permalink

    mas-mas….mba-mba bebas sih bebas tapi yaaa ada ukurannya dong jangan asal ngomong.saya suka akan adanya kebebsan tapi apa iya bisa di indoonesia bisa.lha pemerintahannya aja masih banyak korupsi gitu.parah bgt…

    Reply
  • June 10, 2009 at 8:02 pm
    Permalink

    ass…
    menurut saya kemerdekaan berpendapat sgt pnting bagi negara kita,tapi harus teratur tdk boleh ada pihak yang kecewa trhdp kemerdkaan ini
    saya sgt mndukung…

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.