Dalam episode Indonesian Lawyers Club (ILC) berjudul “LGBT Marak, Apa Sikap Kita?”, dr. Fidiansjah mengatakan bahwa homoseksualitas adalah gangguan jiwa. Tulisan ini akan membuktikan benar salahnya ucapan dr. Fidiansjah.

Kronologisnya, pada ILC episode 16/2/2016,  dr. Fidiansjah mengatakan bahwa homoseksualitas merupakan gangguan. Ketika ditanya Karni Ilyas gangguan apa yang dimaksud, dr. Fidiansjah menjelaskan bahwa homoseksualitas adalah gangguan jiwa. Kesimpulan ini dia ambil setelah membacakan buku diagnosis PPDJG III versi “textbook” yang ilmiah. Menurut dr. Fidiansjah, buku versi textbook lebih lengkap daripada buku saku yang dipakai masyarakat.

Untuk menguji benar salahnya dr. Fidiansjah, saya akan membandingkan ucapan beliau dengan buku PPDGJ III versi “textbook”. Pada tanggal 18 Februari 2016, saya mendapatkan PPDGJ III dari perpustakaan Fakultas Psikologi UGM. Buku ini bernomor 616.89 Ind p-c4. Jika pernyataan dr. Fidiansjah sesuai dengan isi buku textbook, maka kita bisa menyimpulkan bahwa dr. Fidiansjah mengatakan kebenaran.

Sampul PPDGJ III Fakultas Psikologi UGM
Gambar 1. Sampul PPDGJ III
PPDGJ III Fakultas Psikologi UGM bagian sisi
Gambar 2. Sampul sisi PPDGJ III

Mari kita mulai. dr. Fidiansjah mengatakan bahwa definisi gangguan jiwa yang dimaksud bisa dilihat di halaman 288. dr. Fidiansjah kemudian membacakan isi halaman tersebut:

Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan perilaku seksual …
Adalah …
F66.x01 Homoseksualitas
F66.x02 Biseksualitas

Tertulis jelas!

Sekarang, mari kita bandingkan dengan salinan buku PPDGJ III (Gambar 3) yang dibaca dr. Fidiansjah pada ILC:

PPDGJ_III-288
Gambar 3. PPDGJ III halaman 288

Kita bisa lihat bahwa, entah karena alasan apa, dr Fidiansjah tidak menyebutkan dua baris penting dari buku PPDGJ III:

  1. “Orientasi seksual sendiri jangan dianggap sebagai gangguan”
  2. F66.x00 Heteroseksualitas

Saya memperoleh foto PPDGJ dari dua sumber lain, dan isinya sama dengan PPDGJ III yang saya peroleh dari perpustakaan Fakultas Psikologi UGM.

Terlihat jelas bahwa PPDGJ III mengatakan orientasi homoseksual tidak dianggap sebagai gangguan. Selain itu, buku diagnosis ini menyetarakan homoseksualitas dan biseksualitas dengan heteroseksualitas. Akan tetapi, dr. Fidiansjah tidak menyebutkan 2 kalimat penting itu sehingga homoseksualitas dan biseksualitas seolah-olah adalah gangguan jiwa.

Ini bertentangan dengan pernyataan dr. Fidiansjah bahwa membaca teks itu tidak boleh sepotong-sepotong. Oleh karena ada dua kalimat yang hilang, dr. Fidiansjah tidak nampak mengatakan kebenaran.

Kesalahan ini tidak dapat diterima. dr. Fidiansjah harus mengkoreksi ucapannya kepada publik dan meminta maaf karena tindakannya berpotensi melanggengkan diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum marginal homoseksual, biseksual, dan LGBT pada umumnya.

Menariknya, dr Fidiansjah mengutip Einstein untuk menekankan bahwa ilmu harus mengacu kepada ajaran agama: “Ilmu tanpa agama itu buta, tapi agama tanpa ilmu lumpuh”.

Ucapan Einstein tersebut memang sering dipakai untuk melegitimasi bahwa agama harus mengatur sains. Padahal, maksud Einstein, ilmu hanya bisa tumbuh dari orang-orang yang jujur dan peduli. Di sini agama menjadi sangat penting karena mengajarkan kejujuran dan kepedulian.

Oleh karena itu, dr. Fidiansjah harus jujur dan peduli, termasuk ke kelompok minoritas LGBT.

Gambar 4. PPDGJ III halaman 288
Gambar 4. PPDGJ III halaman 289

Tambahan:

  • 19 Feb 2016: Paido Siahaan mengingatkan saya bahwa mungkin dr. Fidiansjah memakai buku teks PPDGJ edisi lama yang masih menggolongkan homoseksualitas sebagai gangguan. Ini menimbulkan pertanyaan mengapa memakai buku kuno dipakai untuk mendiagnosa gangguan jiwa, jika ada buku edisi baru yang mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan? Oleh karena itu, dr. Fidiansjah tetap harus mengkoreksi ucapannya.
  • 20 Feb 2016: UU No 14/2014 tentang Kesehatan Jiwa, Pasal 68.a, mengatakan bahwa ODMK berhak mendapatkan informasi yang tepat mengenai kesehatan jiwa.
  • 21 Feb 2016: PP PDSKJI menyatakan bahwa homoseksualitas bukan gangguan jiwa. Silakan cek butir 2 pada halaman 1. Di situ disebutkan bahwa orang homoseksual adalah orang yang beresiko mengalami masalah kejiwaan, tetapi bukan orang dengan gangguan jiwa.PDSKJI-LGBT-1PDSKJI-LGBT-2
dr. Fidiansjah Tentang LGBT: Salah atau Benar?
Tagged on:

99 thoughts on “dr. Fidiansjah Tentang LGBT: Salah atau Benar?

  • February 19, 2016 at 12:29 pm
    Permalink

    di FB, para bigot-bigot dan homophobe banyak yang share videonya. kesel bangeeet, secara beliau kan psikiater dan punya RSJ pun jadi pasti perkataannya dijadiin acuan sm yg awam. mau share tulisan ini ke teman2 pun ga enak karena pak dokter ini orang tua teman saya. waktu lagi taping sang anak bilang bapaknya lagi dakwah. ya kalau emang mau dakwah jangan jadi psikiater pak, jadi kyai sana. kzl.

    Reply
  • February 19, 2016 at 1:41 pm
    Permalink

    Menyedihkan, golongan ilmuwan yang seharusnya bisa netral dan berpegang teguh pada keilmuan, justru membohongi masyarakat. Dan masyarakat juga dengan riang gembira menyebarkannya.

    Reply
  • February 20, 2016 at 6:22 am
    Permalink

    Saya lebih percaya Quran yg bilang lgbt haram drpd buku itu yg bisa jadi salah. Karena memang semua hal termasuk ilmu pengetahuan harus berdasarkan agama

    Reply
    • February 20, 2016 at 12:55 pm
      Permalink

      Setuju… Kembali pada kitab suci, sebagai pegangan hidup. Jelas diharamkan.

      Reply
    • February 21, 2016 at 3:50 pm
      Permalink

      Allah swt menyukai orang2 yg berilmu…. Berpedoman ama kitab jangan cuma sekilas… Dalami jga maksud dan ilmu2 yg disampaikan dalam kitab….

      Reply
    • February 22, 2016 at 1:59 am
      Permalink

      Kenapa Anda memaksakan bahwa ilmu pengetahuan harus berdasarkan agama?

      Reply
      • May 12, 2016 at 7:11 pm
        Permalink

        well..sebenarnya pertanyaan itu bisa dibalik juga, kenapa sih kita harus mengorbankan agama karena ilmu pengetahuan? kalau menurut mas herman sendiri…LGBT normal ya?

  • February 20, 2016 at 7:41 am
    Permalink

    Indonesia harus revisi PPDGJ 3 jangan sampai mengacu kepada DSM 3-5 punya Amerika yang salah kaprah. Saya kira Tiongkok dan Rusia aja gak mau pake acuan DSM dari USA.
    Menurut ane LGBT itu gangguan kejiwaan, harus masuk di PPDGJ 4 nanti, jangan sampai Phaedophilia dan Bestiality juga meminta pengakuan dan legalisasi nantinya juga, menjijikan tau. Kuncinya LGBT ini kalo diakui bisa membuka penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya meluas.

    Perilaku sosial itu bisa menular, apalagi kalo sengaja ditularkan, seperti kata Mensos yang khawatir akan adanya rekayasa sosial terhadap anak oleh pelaku LGBT.

    Tidak semua pakar kejiwaan USA juga setuju dengan dicabutnya LGBT dari DSM. Ada sebagian mereka bilang itu hanya akibat konsekuensi politik dan tekanan sosial masyarakat yang pemikirannya makin liberal, penghilangan itu juga bukan karena perkembangan ilmu pengetahuan.

    Kalo ada yang bilang LGBT karena genetik juga salah besar. Ada penelitian yang membuktikan hal itu salah. Gen gay itu tidak ada, namun hasil dari rekontruksi sosial yang salah. Gen gay ini dinyatakan hoax dengan penelitian menggunakan sampel manusia kembar identik. Silahkan browsing aja sendiri.

    Indonesia harus punya definisi sendiri untuk LGBT ini sebagai penyakit, jangan mengacu DSM USA karena kita beda haluan.

    Tolong dipublish bila anda memang ilmiah.

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:59 am
      Permalink

      Anda kurang tepat. Faktor genetik berkaitan dalam pembentukan orientasi seksual. Penelitian tahun 2010 pada orang kembar di Swedia (7625 orang responden) menemukan bahwa orientasi seksual banyak terpengaruh oleh faktor genetik dan lingkungan [1]. Penelitian genetika tahun 2014 menguatkan adanya faktor genetik dalam orientasi homoseksual [2].

      Riset tahun 2014 menemukan bahwa ketertarikan terhadap sesama jenis tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial remaja [3]. Riset itu hanya menemukan bahwa lingkungan sosial mempengaruhi hasrat pacaran dan hasrat seks.

      Selain itu Anda tidak bisa menyatakan bukti empiris salah atau benar hanya karena asal penelitianya. Itu sesat logika jenis genetics. Kalau Anda ingin membantah mereka, saya persilahkan Anda untuk membuat penelitian sendiri.

      Saya tidak perlu membuat penelitian untuk membuktikan bahwa Anda benar, karena beban pembuktian itu bertumpu pada pada pihak yang melontarkan argumen.

      [1] http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10508-008-9386-1
      [2] http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=9625997&fileId=S0033291714002451
      [3] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/23842784/

      Reply
      • February 26, 2016 at 2:43 pm
        Permalink

        Gimana mau Indonesia harus ngikutin DSM, orang penyusunnya banyak psikiater LGBT dan pendukungnya.
        http://www.josephnicolosi.com/who-were-the-apa-task-force-me/

        Ini psikiater yang bilang bahwa disahkannya LGBT cuman akibat tekanan sosial politik bukan karena perkembangan ilmu pengetahuan yang sejati.
        http://www.madinamerica.com/2014/12/homosexuality-came-dsm/

        Studi yang membuktikan LGBT bukan genetik dan gen gay itu hoax.
        http://www.redflagnews.com/headlines/identical-twin-studies-prove-homosexuality-is-not-genetic
        http://www.trueorigin.org/gaygene01.php

        Cuman saran aja, kalo di Indonesia LGBT biar tetap underground aja, jangan dikampanyekan kesana kemari, minta diakui, apalagi dilegalkan. Saya takut nanti kalian dijadikan musuh bersama malah lebih repot ntar. Bagi orang Indonesia mungkin akan dipandang mengkampayekan dosa, yang kalian mungkin tau sendiri kan sejarahnya Indonesia, ngeri bro kalau soal beginian jadi ingat 1948, 1965, dan 1997. Ini saran sebagai teman yang masih peduli.

      • March 6, 2016 at 1:54 am
        Permalink

        “Gimana mau Indonesia harus ngikutin DSM, orang penyusunnya banyak psikiater LGBT dan pendukungnya”

        Pernyataan Anda sama sekali tidak membantah bahwa LGBT bukan gangguan jiwa. Anda tidak bisa membantah sebuah temuan ilmiah dengan teori konspirasi.

      • March 21, 2016 at 4:51 am
        Permalink

        Referensi mas Herman bagus, artikel jurnal yg kredibilitasnya sudah terbukti. Referensi mas Niko? Artikel-artikel dari internet? Siapa yang menulis? Ada kredibilitas apa?

      • June 12, 2016 at 1:57 pm
        Permalink

        1. Hidup itu cuman sementara di dunia sangat rugi kalau hanya untuk hal2 duniawi dan melupakan bekal untuk setelah dunia yg fana ini.

        2. Kalau kita balik lagi tujuan kita hidup di dunia : 1. Ibadah 2. Melewati Ujian hidup , bahkan sekolah dasar harus melewati ujian agar bisa melalui fase selanjutnya.

        3. Kita sepakat kita ini ciptaan Tuhan dan akan kembali ke sang pencipta. Adakah manusia muncul dengan sendirinya ? Mau pake teori big bang dll..

        4. Orang di ciptakan ke dunia tidak akan serta merta tau tanpa ada panduan dari sang pencipta. Seperti alat2 electronic butuh panduan agar dapat mengoprasikannya dengan benar bahkan memperbaiki kerusakannya

        5. Agama adalah sarana dari-NYA… cara kita kembali ke sang pencipta dengan cara yang benar. Perlahan lahan tapi pasti telah bnyak pnelitian yg akhirnya sejalan dengan agama( ttg hujan, rahim dan pembuahan dll)

        6. Semua agama kompak LGBT itu menyimpang terutama agama samawi. Ini informasi dari sang pencipta… bagaimana jika sebuah panduan barang electeonik memberikan pelarangan penggunaan barang…adakah barang itu akan awet? Atau malah hancur… kita bisa lihat berbagai penyakit muncul sprt Aids dll

        7. Masihkah kita mengabaikan semua informasi dari sang pencipta. Setelah bnyaknya fakta tentang cause dan effect dari perbuatan buruk manusia…

        8. Sungguh ironi …ciptaan yang mendurhakai sang Penciptanya…
        seperti kota Sodom dan kota pompaii yg luluh lantah karna tlah melampaui batas…

        9. Kalau kita buat sebuah pengandaian… dimana manusia itu semua homo dan lesbi… gmn dengan kelangsungan pradaban dunia? Akan kah masih berlanjut ?

        10. Semoga bisa jd buah pikiran bagi pelaku, pendukung LGBT. Mohon maaf jika ada kata2 yg menyinggung hati… hanya ingin memberi masukan untuk perbaikan bersama… jika tidak berkenan di skip aja…

  • February 20, 2016 at 8:38 am
    Permalink

    Dari judulnya aja jelas Pedoman dan penggolongan diagnosis gangguan JIWA, jd isinya ya tentang Gangguan JIWA, GO*LOK HOMO LESBI YA GANGGUAN JIWA.

    Reply
    • February 20, 2016 at 9:57 am
      Permalink

      Baca lagi, disitu ada heterokseksual tol. Hetero termasuk gangguan? :)

      Reply
    • April 14, 2019 at 12:57 pm
      Permalink

      LGBT sebagai gangguan jiwa bahkan sudah secara resmi dihilangkan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 17 Mei 1990 dan dicantumkan Depkes RI dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 (PPDGJ II) dan PPDGJ III (1993).

      Reply
  • February 20, 2016 at 9:28 am
    Permalink

    Yang nulis laman wes bego ini mah

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:30 am
      Permalink

      Walaupun saya bego, Anda belum memberi sanggahan kenapa saya salah. Jadi apa yang saya tulis di sini masih tetap benar.

      Reply
    • March 21, 2016 at 4:52 am
      Permalink

      Lebih tepatnya: anda sebagai pembaca kurang bisa memahami konteks artikel ini. Yah tidak jauh lah dengan si pak dokter.

      Reply
  • February 20, 2016 at 10:14 am
    Permalink

    Kalo ente memang ga setuju ama Dr. Fidiansyah ajak ketemuan aja gan dan berdebat disitu bila perlu disiarin di tv ga usah banyak koar2 di dunia maya atau ente memang hanya berani di dunia maya? Lgbt koq di dukung??? Ane doain yang dukung lgbt selurug keluarganya jadi lgbt juga biar adil… Mau dukung lgbt tapi ga mau jadi lgbt anda sehat gan?#riplogika

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:29 am
      Permalink

      Menyanggah lewat tulisan maupun ketemu langsung dengan dr Fidiansjah itu sama saja derajatnya. Syaratnya, saya punya bukti dan argumen untuk membantah kesalahan dr Fidiansjah.

      Perhatikan bahwa di tulisan ini saya sudah menunjukkan bukti untuk membantah dr Fidiansjah. Lalu buat apa ketemu langsung?

      Reply
    • March 21, 2016 at 4:53 am
      Permalink

      Mau dukung lgbt harus lgbt juga?
      Hmm…..

      Reply
  • February 20, 2016 at 10:22 am
    Permalink

    Entah kenapa saya setuju pendapat dr fidian ,secara logika hetero itu kan normalnya sesuai fungsi dan penggunaan jenis kelamin,menurut saya hetero itu paling natural,dorongan sexual untuk berkembang biak itu dasar paling natural,sedangkan homoseks/biseks itu kan sekedar orientasi.
    saya berpendapat homoseks/biseks dianggap bukan gangguan karena telah menyesuaikan cara pandang seks dlm kehidupan modern,kalau seks itu tidak harus berkembang biak,tp secara natural dan kodratnya semua manusia itu hetero karena jenis kelamin cuman ada laki laki dan perempuan

    Reply
    • March 25, 2016 at 1:33 pm
      Permalink

      Kalimat anda salah semua, hahaha….
      (homoseks/biseks itu kan sekedar orientasi), hahaha….. kamu pikir heteroseksual bukan orientasi…??
      (saya berpendapat homoseks/biseks dianggap bukan gangguan karena telah menyesuaikan cara pandang seks dlm kehidupan modern)
      hahaha…. nenek moyang kamu belum lahir saja yang kayak beginian udah ada, belajar deh…!!
      (karena jenis kelamin cuman ada laki laki dan perempuan)
      hahaha…. jenis kelamin ada 3, laki-laki dengan penis, perempuan dengan vagina, dan interseks, bisa karena belum berkembang atau memang mempunyai alat kelamin ganda meskipun salah satunya biasanya lebih dominan.

      Reply
  • February 20, 2016 at 10:43 am
    Permalink

    Mikirin ga gimana manusia berkemvang biak kalo semua orang LGBT?

    Reply
    • February 20, 2016 at 12:58 pm
      Permalink

      Betuuulll… Mikir dong Mikir… Gentol banget yaa dukungannya, sampai ada bantuan dr PBB. kita-kita ini lahir dari Bapak-Ibu, bukan dari Bapak-Bapak atau Ibu-Ibu….

      Reply
    • February 22, 2016 at 1:26 am
      Permalink

      Belum ada bukti bahwa orientasi seksual LGBT itu menular, jadi orang LGBT itu jumlahnya akan selalu sedikit karena mereka tidak bisa berkembang biak.

      Padahal orang hetero terus berkembang biak. Jadi hipotesis LGBT akan mempunahkan populasi manusia itu adalah hipotesa yang lemah.

      Reply
      • March 7, 2016 at 8:47 am
        Permalink

        Biarlah… mereka yang hanya mencari kesenangan sesaat. Kegiatan yang seharusnya bertujuan untuk melanjutkan keturunan telah beralih fungsi. Apa tujuan kalian? menuruti hawa nafsu? padahal dimanapun nafsu adalah lawan dari akal sehat, dan kalian mencoba meng-akal sehatkan nafsu? mengelak, ber teori, berpendapat hanya untuk kepuasan, hak. Kalian menghancurkan kaum kalian, tak akan ada yang lahir LGBT kalau sekarang dilegalkan LGBT karena kalau memang kepercayaan Gen LGBT itu ada maka tak akan ada orang yang mempunyai anak dengan gen LGBT karena orang yang LGBT tak akan punya anak.

        pertanyaan yang tak maksud menyinggung>> bagaimana pola pikir kelompok yang pro dengan LGBT?

      • March 12, 2016 at 3:03 am
        Permalink

        Siapa bilang bahwa seks harus untuk melanjutkan keturunan? Bagaimana dengan pasangan mandul? Apakah mereka tidak boleh berhubungan seks karena tidak bisa melanjutkan keturunan?

        Apa salahnya menuruti hawa nafsu? Hawa nafsu itu kan sifat dasar manusia, yang bermasalah kan hawa nafsu merampas hak orang lain. Misalnya pemerkosaan atau pelecahan seksual pada anak-anak. Ini yang disebut dengan hawa nafsu merampas akal sehat, karena akal sehat seharusnya menuntun kita untuk tidak menganggu orang lain. Yang bermasalah justru pola pikir Anda yang ingin menganggu urusan pribadi orang lain. Bukankah yang terjadi di ranjang adalah urusan pribadi dua manusia?

      • December 29, 2017 at 10:37 am
        Permalink

        kita main logika aja dulu, pak. bapak tau tentang Conditioning? modifikasi perilaku yang berdasar pembiasaan, yang lama2 jadi perilaku menetap dan jadi trait, atau kepribadian, atau identitas seseorang.
        Apakah semua LGBT memang sedari awal mereka LGBT? atau sebagian besar dari mereka memang dikondisikan untuk akhirnya menjadi pelaku LGBT karena tanpa disadari conditioning itu terjadi dari lingkungan, peer sama lingkaran interaksi sosial mereka?

      • December 29, 2017 at 10:39 am
        Permalink

        jadi kalo menurut teori Conditioning itu kira-kira LGBT bisa ditularkan, nggak pak?

  • February 20, 2016 at 11:29 am
    Permalink

    Maklum gan udah tua. Gak bisa mikir dinamis. Generasi muda tugasnya memang ngingetin yg sudah pikun. Jleb

    Reply
  • February 20, 2016 at 11:39 am
    Permalink

    WHO pada tahun 1990 tepatnya MEI tanggal 17, MERUBAH klasifikasi GANGGUAN JIWA PADA HOMOSESUALITAS DAN BISEKSUALITAS SEBAGAI IDENTITAS. INGAT, MERUBAH DARI AWALNYA GANGGUAN JIWA MENJADI IDENTITAS SEKSUAL.

    Sehingga PPDGJ II tahun 1983 BERUBAH JADI PPDGJ III tahun 1993.

    PADA DASARNYA TETAP GANGGUAN JIWA. entah karena alasan apa WHO Merubahnya menjadi IDENTITAS. IYA IDENTITAS dari GANGGUAN jiwa.

    APAPUN pembelaan terhadap KAUM INI, kalaupun bukan PENYAKIT, PEMBIASAAN APAPUN bisa ditularkan, walaupun menafikan kalau PSIKOLOG yang lo bilang di TV itu bohong. LO bisa bilang itu bukan penyait, karena belum ada anggota famili terdekat lo yang tertular. Lain halnya gue yang SUDAH merasakan itu.

    Keenam, GA ADA TEMPAT DI BUDAYA KETIMURAN DAN INDONESIA UNTUK KAUM INI.

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:22 am
      Permalink

      Pernyataan bahwa LGBT bukan kebudayaan ketimuran itu salah, karena masyarakat Bugis, misalnya, mengenal 5 ragam gender dan seksualitas. Serat Centhini mengenal hubungan anal seks.

      Reply
      • May 10, 2022 at 7:21 am
        Permalink

        Pak Anda yg membuat tulisan ini saja sengaja menyamarkan status LGBT menurut PDSKJI. Coba baca lembar pernyataan sikap PDSKJI yg Anda post di poin no 3, bahwa homo(gay dan lesbi) dan biseksual itu masuk kategori ODMK.
        Baik ODMK maupun ODGJ itu bukan orang sehat yang mereka harus segera di terapi.
        Paham?

      • May 12, 2022 at 10:57 pm
        Permalink

        Orang LGBT masuk ODMK karena tekanan hidup yang dibikin oleh orang-orang jahat seperti Anda. Paham?

    • March 25, 2016 at 1:37 pm
      Permalink

      @rofiemuh, kakek-kakek itu psikiater, bukan psikolog. hahaha….

      Reply
  • February 20, 2016 at 12:20 pm
    Permalink

    Bagus bisa berkembang biak kalau bisa diurusin dg baik. Tapi buktinya jutaan anak indonesia terlantar dalam kemiskinan. Coba cek ada berapa ribu jumlah panti asuhan di Indonesia. Perbuatan siapa itu?

    Tidak semua heteroseksual tidak bertanggung jawab dg kelahiran anaknya. Tapi kalau jumlahnya jutaan yg terlantar di ribuan lembaga dan tidak tahu siapa orang tuanya, ya harus refleksi juga, jangan asal soal kembang biak.

    Lha aneh kok takut semua manusia jadi lgbt. Kira2 apa situ bisa jadi gay kalo emang lebih suka dg perempuan? Gak kan? Ealah, ini logika simple aja kok dibikin rumit. Makanya belajar, baca banyak buku, pelajari statistik diberbagai bidang keilmuan.

    ——-

    Perilaku incest ayah kepada anaknya, perkosaan yg dilakukan laki2 kpd perempuan, mengahamili perempuan lalu ditinggal gitu aja, pernah dibahas seheboh ini?

    Hati2 mendzolimi orang lain tapi lupa dg kedzoliman yg nyata. Bukan mau membela siapapun, tapi cara kalian itu sudah tidak manusiawi.

    Heranku apa kalian ni nggak kerja kok tiap hari bisa punya waktu menghujat orang, scrolling isu trus latah.

    Anak istri sudah makan dg layak? Jangan2 istri kelen yg kasih makan karna kelen gak kerja. Ya gakpapa juga sih, gimana lagi

    Reply
  • February 20, 2016 at 2:01 pm
    Permalink

    Ada gak yang bisa ngasih argumen kenapa LGBTIQ harus dikategorikan sebagai gangguan jiwa tanpa confirmation bias (kata agama A,B,C… agama ada sekian ribu di dunia ini, gak bisa jadi patokan ilmiah), sesuai dengan metode ilmiah yang sah (bukan asal2an dengan praduga) dan data yang valid?

    Reply
  • February 20, 2016 at 2:20 pm
    Permalink

    Apapun isi buku itu LGBT tetap sakit jiwa, karena kelakuanya sudah lebih rendah dari binatang, tempat mereka itu RSJ, ingat NKRI adalah negara yg berketuhanan dan bermoral, agama manapun jelas menolak keberadaan LGBT yg tidak bermoral

    Reply
  • February 20, 2016 at 2:41 pm
    Permalink

    Nabi adam aja perlu siti hawa agar punya keturunan. Masa adam sama adam and hawa sama hawa. LGBT ada kan karena ada ibu bapanya. Hidup yg normal saja.

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:24 am
      Permalink

      Ya orang yang dilahirkan LGBT kan bukan adam maupun hawa, jadi kita tidak bisa memaksakan mereka untuk menjadi adam dan hawa

      Reply
    • February 22, 2016 at 10:30 am
      Permalink

      Gak semua orang LGBT. Bahkan LGBT ini termasuk minoritas. Jadi buat apa takut kekurangan generasi penerus di dunia. Nggak semua orang yang bukan LGBT juga punya keturunan.
      Selain itu dunia juga udah kebanyakan orang. Pernah nggak sih kamu mikir kalau LGBT mungkin salah 1 cara alam untuk mengendalikan ledakan jumlah penduduk. Kalau jaman dulu manusia banyak yang mati karena bencana alam, perang, atau wabah penyakit, maka sekarang ini jumlah penduduk dikendalikan oleh orang2 yang tidak mampu atau tidak mau memiliki keturunan.

      Reply
    • March 25, 2016 at 1:44 pm
      Permalink

      @Denish, saya setuju Tuhan hanya menciptakan Adam dan Hawa.
      Dan saya juga percaya bahwa Tuhan tidak menciptakan Adam dan Hawa + Siti + Mumun + Rosalinda.

      Reply
  • February 20, 2016 at 4:09 pm
    Permalink

    Kiranya Tuhan yang Maha Kasih senantiasa memberikan kemudahan dan perlindungan bagi mereka yang dinistakan dan memberi pengampunan kepada mereka yang menistakan. Amen.

    Reply
  • February 20, 2016 at 4:27 pm
    Permalink

    dunia psikologi internasional memang sudah tidak lagi menganggap gay sebagai bentuk gangguan jiwa (kecuali ada konspirasi terhadap argumen ini). tapi, masalah gay tidak selesai dengan psikologi saja. masih ada ilmu yg menurut saya lebih valid (biologi) yang sampai sekarang belum menentukan apakah perilaku gay itu nature (alami) atau nurture (buatan).

    masalah ini juga ngga bisa diselesaikan pakai agama, karena agama itu iman. saya orang beragama. saya juga beriman atau percaya bahwa gay itu salah. percaya itu lawan dari kata tau. untuk tau perlu bukti empiris. science lah yang punya andil untuk mengetahui ini. science lah yg mampu memberikan fakta. tp selama science masih belum membenarkan, saya masih berpegang pada agama.

    orang bilang gay adalah ketidaknormalan (penis pasangannya vagina, bukan penis). masa sampai harus pakai science segala untuk melihat ketidaknormalannya? emang benar sih, gay ngga normal. tapi bisa jadi itu hal yang normal dalam ketidaknormalan. seperti orng yang buta. bukan berarti ngga bisa buta sejak lahir. makanya sekali lagi perlu science untuk membuktikan ini.

    Reply
  • February 20, 2016 at 4:45 pm
    Permalink

    Itu ngaku2 psikiater tp kok bisa main skip bacaan untuk memutarbalikkan fakta? ini bener2 bahaya.

    cara seperti ini yg dipake teroris, pake kitab suci, dibaca cuma sepenggal, artinya lgsg berubah

    keterlaluan.

    antara dia denial.. atau memang bodoh

    Reply
    • March 21, 2016 at 4:56 am
      Permalink

      Yah apalagi kalau bukan… Menyembunyikan fakta yg sesungguhnya :v

      Reply
  • February 20, 2016 at 10:06 pm
    Permalink

    apa dr fidi berasumsi tidak ada yg membaca buku itu karena tebal? jadi dia bisa memutar balikkan isi bukunya?

    Reply
  • Pingback:dr. Fidiansyah dituntut minta maaf atas pernyataan kelirunya yang semakin mengekalkan kebencian terhadap LGBT | Kabar LGBT

  • Pingback:dr. Fidiansyah diminta mengkoreksi ucapan kelirunya yang semakin mengekalkan kebencian terhadap LGBT | Kabar LGBT

  • Pingback:Tujuh hal tentang LGBT yang sebaiknya Anda tahu - Indonesiana - hermansaksono

  • February 21, 2016 at 6:19 am
    Permalink

    Sampe lebaran monyet pun spermatozoa gak akan sudi membuahi amandel atau usus besar! Jadi LGBT ini yaa penyinpangan, sakit jiwa dan berbahaya bagi peekembangan populasi manusia..

    Reply
    • February 22, 2016 at 1:34 am
      Permalink

      Pertama, homoseksual itu bukan penyimpangan melainkan variasi normal dari orientasi seksual manusia. Jika Anda bilang itu penyimpangan, terserah, tapi ingat itu pendapat pribadi Anda yang nampaknya tidak didukung oleh bukti ilmiah. Jadi Anda tidak bisa memaksakan pendapat pribadi ke orang lain.

      Kedua, WHO, APA hingga Kemenkes RI sudah menetapkan bahwa homoseksualitas itu bukan gangguan jiwa. Lihat pernyataan PDSKJI soal LGBT, di situ tertulis bahwa homoseksualitas bukan gangguan jiwa.

      Tiga, belum ada bukti bahwa orientasi seksual LGBT itu menular, jadi orang LGBT itu jumlahnya akan selalu sedikit karena mereka tidak bisa berkembang biak. Padahal orang hetero terus berkembang biak. Jadi hipotesis LGBT akan mempunahkan populasi manusia itu adalah hipotesa yang lemah.

      Reply
  • February 21, 2016 at 7:50 am
    Permalink

    “orientasi seksual itu sendiri jangan dianggap sebagai gangguan”

    Jangan dianggap gangguan tapi bisa dibilang bahwa itu gangguan kan? dibuku itu dari awal apa sudah dijelaskan kalau gangguan orientasi seksual termasuk 3 poin itu? Homo, bi, hetero?

    Coba penulisnya juga kalau mau menunjukkan isi buku jangan setengah2 juga. Apa isi hal 289? Hal 290? Bagaimana isi halaman2 sebelumnya?

    Reply
    • February 21, 2016 at 3:23 pm
      Permalink

      jangan dianggap gangguan tapi bisa dibilang gangguan? piye?

      kalo udah dibilang jangan dianggap ya berarti ga bisa dianggap gangguan jiwa….

      Reply
    • February 22, 2016 at 1:34 am
      Permalink

      Anda tidak bisa mencocok2an buku panduan diagnosis resmi dengan opini pribadi.
      Gangguan orientasi seks hanya dibahas di halaman 288 dan 289, silakan lihat halaman 289 di atas. Saya tidak mempost seluruh isi PPDGJ III karena bagian yang lain tidak berhubungan dengan topik dalam tulisan ini.

      Reply
    • January 11, 2018 at 4:26 am
      Permalink

      Lah baca sendiri. Ini yg punya blog aja mati matia bikinin referensi biar elu ada kerjaan dirumah

      Reply
  • February 21, 2016 at 8:44 am
    Permalink

    Aduh, masih panjang perebatannya ?

    Kalo gw gini deh, kalo emang homoseksualitas itu menurut lo pada MENULAR, so what ? Yang maki maki homoseksualitas kan udah ngerasa seksualitasnya HETEROSEKSUAL MURNI dan tidak terganggu gugat, trus kenapa harus takut ? Regardless, ke-HETEROSEKSUALITAS-an seksual nya masih dipertanyakan, or may be the worst adalah homoseks yang DENIAL sama identitasnya ? Hetero ya hetero aja kali, ga usah maki yang gak sama. Takut banget ketularan. Dipikir jadi homo gampang, banyak syarat dan ketentuan. Apalagi kalo gak cakep2 banget, jangan kepedean ditularin jadi homo, oh geez so ridiculous. Gak semua semua bakat jadi homo kali. Apalagi tampang pas-pasan ???

    Reply
  • Pingback:Hal Tentang LGBT Yang Sebaiknya Anda Tahu | Grup RS Awal Bros

  • February 21, 2016 at 12:52 pm
    Permalink

    Sampe lebaran monyet pun spermatozoa gak akan sudi membuahi amandel atau usus besar! <<< skr udah tahun monyet.lho!!

    Btw, kebanyakan komennya keluar dari konteks. Yg dibahas kayanya kesalahan pengutipan. Knapa merembet kemana2.

    Its ok lah LGBTIQ itu najis, haram, dilaknat dll. Tapi dengan komentar miring ttg mereka bisa nyelesein masalah?

    Pernah ga kalian mencoba melihat permasalahan dr sudut pandang orang lain??

    Reply
  • February 21, 2016 at 4:21 pm
    Permalink

    Saya tidak anti dan tidak mendukung LGBT..
    Nabi Adam butuh Siti Hawa untuk memperoleh keturunan?
    Lalu siapa yang melahirkan Adam & Hawa?? :)
    Mereka tercipta begitu saja (katanya) oleh kuasa Tuhan bukan?
    Jadi tak perlu takut dunia kiamat (seandainya) semua orang LGBT, toh Tuhan hidup & mati itu atas kehendak Tuhan (katanya), lalu kenapa kaum LGBT bisa lahir di dunia kalau Tuhan tidak menghendakinya??! :D
    Tak perlu diskriminasi, biar Tuhan melakukan kehendaknya (hanya berlaku bagi Tuhan yang benar” Maha Kuasa tak perlu campur tangan manusia).

    Reply
  • February 22, 2016 at 2:13 am
    Permalink

    ada ratusan ribu anak indonesia terlantar dalam kemiskinan. Coba cek ada berapa ribu jumlah panti asuhan di Indonesia. Perbuatan siapa itu?
    Tidak semua heteroseksual tidak bertanggung jawab dg kelahiran anaknya. Tapi kalau jumlahnya jutaan yg terlantar di ribuan lembaga dan tidak tahu siapa orang tuanya, ya harus refleksi juga, jangan asal soal kembang biak.
    Lha aneh kok takut semua manusia jadi lgbt. Kira2 apa situ bisa jadi gay kalo emang lebih suka dg perempuan? Gak kan? Ealah, ini logika simple aja kok dibikin rumit. Makanya belajar, baca banyak buku, pelajari statistik diberbagai bidang keilmuan.
    ——-
    Perilaku incest ayah kepada anaknya, perkosaan yg dilakukan laki2 kpd perempuan, mengahamili perempuan lalu ditinggal begitu saja, bnyaknya wanita yg mnjadi PSK dg ribuan pelangganya, baik yg di komplek pelacuran atau yg berjaja berseliweran dipinggir2 jalan, sehingga banyak bekas kondom bertebaran disembarang tempat, banyak para bayi malang di buang di dalam kardus atau di bak2 sampah . apakah semua dilakukan oleh rakyat LGBT, apa pernah PELAKUNYA yg rata2 orang normal tapi bejad itu dibahas seheboh LGBT ini? yang seakan2 mereka adalah makhluq luar angkasa yang sangat berbahaya yang tidak layak hidup di muka bumi ini… Coba pikirkan dan perhatikan Antara Orang normal dan bangsa LGBT yang hidupnya sama2 sederhana, bekerja.. pergi ke kantor terus pulang ke rumahnya setiap hari dan hidupnya tidak pernah mengganggu dan menyakiti hati orang lain, dan tidak pernah mengumbar nafsu sexnya, berarti antara mereka berdua itu SAMA BAIKnya bukan?, sebaliknya orang normal dan kaum LBGT yg hidupnya selalu penuh dosa,penzina,pemabuk,perusak hubungan orang,korupsi serta mengumbar nafsu sex nya kemana mana, berarti antara mereka berdua itu hidupnya SAMA TIDAK BAIKnya juga kan? sama2 BEJADnya bukan ? lalu apa yg jadi MASALAH ? jadi kesimpulannya adalah bahwa hidup ini adalah SIAPA YANG BAIK DAN SIAPA YANG BURUK, BUKAN SIAPA YANG NORMAL ,SIAPA YANG TIDAK NORMAL. Tidak tepat dan tidak elok kalau kita melihat hidup ini hanya dari sisi bathin atau sisi orientasinya saja, karena penciptaan hal ihwal genetik manusia tidak seorangpun yg bisa mengatur dan mengendalikannya, sama halnya dg penciptaan FISIK manusia ada yg terlahir normal sempurna dan ada yg cacat, seperti tuna netra, tuna rungu atau yg tidak punya kaki dan tangan.. semua adalah rahasia sang pencipta dan pasti ada beribu2 hikmah yang terkandung di balik semua ciptaanNya.

    Reply
    • February 22, 2016 at 3:03 am
      Permalink

      Mengapa kita harus super paranoid dan bersikap antipati secara berlebihan kepada kaum marginal LGBT, padahal mereka adalah saudara saudara kita juga, sama2 makhluq tuhan yg maha pengasih
      Kita sebenarnya sama2 tau, bahwa kerusakan moral yang parah dimuka bumi ini adalah akibat ulah manusia itu sendiri, siapapun dia,
      Ada jutaan anak terlantar dalam kemiskinan. ada berapa ribu jumlah panti asuhan yg menampung mereka di berbagai belahan dunia .anak2 yang tidak tau siapa ayah bundanya?, kemana orang tua mereka?, lantas Perbuatan siapa itu?
      Tidak semua heteroseksual atau kaum normal yg tidak bertanggung jawab dg kelahiran anaknya. Tapi kalau jumlahnya sudah jutaan yg terlantar di ribuan lembaga , ya harus refleksi juga dengan fakta yg menyedihkan ini, jangan asal berkata bahwa manusia itu harus hidup normal ,berpasangan antara jenis laki laki dan perempuan untuk berkembang biak di muka bumi ini
      Lha aneh kok semua manusia NORMAL jadi pada takut dengan yg namanya LGBT. Kira2 apa mereka bisa jadi gay kalo emang lebih suka dg perempuan? Gak kan?Sebenarnya ini logika simple tetapi kok dibikin rumit. Makanya belajar, baca banyak referensi buku, pelajari statistik di berbagai bidang keilmuan. agar tidak cepat menyalahkan kelompok tertentu dan merasa paling benar sendiri
      ——-
      Perilaku incest ayah kepada anaknya, perkosaan yg dilakukan laki2 kpd perempuan, mengahamili perempuan lalu ditinggal begitu saja, bnyaknya wanita yg mnjadi PSK dg ribuan pelangganya, baik yg di komplek pelacuran atau yg berjaja berseliweran dipinggir2 jalan, sehingga banyak bekas kondom bertebaran disembarang tempat, banyak para bayi malang di buang di dalam kardus atau di bak2 sampah . apakah semua dilakukan oleh rakyat LGBT?, apa pernah PELAKUNYA yg rata2 orang normal tapi bejad itu dibahas seheboh LGBT ini? yang seakan2 mereka adalah makhluq luar angkasa yang sangat berbahaya yang tidak layak hidup berdampingan dengan orang normal di muka bumi ini… Coba pikirkan dan perhatikan : antara Orang normal dan bangsa LGBT yang hidupnya sama2 sederhana, bekerja.. pergi ke kantor terus pulang ke rumahnya setiap hari dan hidupnya tidak pernah mengganggu dan menyakiti hati orang lain, dan tidak pernah mengumbar nafsu sexnya, berarti antara mereka berdua itu SAMA BAIKnya bukan?, sebaliknya orang normal dan kaum LBGT yg hidupnya selalu penuh dosa,penzina,pemabuk,perusak hubungan orang,korupsi serta mengumbar nafsu sex nya kemana mana, berarti antara mereka berdua itu hidupnya SAMA TIDAK BAIKnya juga kan? sama2 BEJADnya bukan ? lalu apa yg jadi MASALAH ? jadi kesimpulannya adalah bahwa hidup ini adalah SIAPA YANG BAIK DAN SIAPA YANG BURUK, BUKAN SIAPA YANG NORMAL ,SIAPA YANG TIDAK NORMAL. Tidak tepat dan tidak elok kalau kita melihat hidup ini hanya dari sisi bathin atau sisi orientasinya saja, karena penciptaan hal ihwal genetik manusia tidak seorangpun yg bisa mengatur dan mengendalikannya, sama halnya dg penciptaan FISIK manusia ada yg terlahir normal sempurna dan ada yg cacat, seperti tuna netra, tuna rungu atau yg tidak punya kaki dan tangan.. semua adalah rahasia sang pencipta dan pasti ada beribu2 hikmah yang terkandung di balik semua ciptaanNya.

      Reply
      • March 5, 2016 at 10:37 pm
        Permalink

        nulis panjang-panjang isinya ngawur kemana-mana

  • February 22, 2016 at 4:49 pm
    Permalink

    saya Sendiri SEBA-GAY tidak Setuju kalo LGBT di Berlakukan atau di SAH kan.. karna Akan Membuat Penyakit.. ya Okelah Fine saya Gay main aman pake kondom..
    coba kita liat sisi baiknya
    kalk gay atau lesbian bertebaran.. = tingkat Manusia Menurun KEMISKINAN menurun Juga Dan Hutang Negara Terselamatkan

    tapi Kalao di legalkan… Bisa Tebar penyakit sana Sini

    tapi Contoh Tahiland negara dengan 80%Gay lesbian Bisex dan Transgender

    nah BAGAIMANA dengan Trans-Sexual Yg merubah kodrat Pria jadi wanita tanpa Melakukan oprasi
    dan wanita Menjadi sang prianya tanpa mempunyai Titit (Maaf)

    jadi intinya gak ush di sah-kan dan gk ush di gubris.. LGBT biarkan LGBT~
    kalian Yg normal lanjutkan Hidup kalian…

    ada Fakta kok.. Gay-Lebih Pandai di banding org normal… penelitian sudah membuktikan…
    cobaaa Pakai Pemikiran yg lebih bagus dan dengan Kepala Dingin

    Reply
    • February 28, 2016 at 10:57 am
      Permalink

      GAY LAKI SAMA LAKI HUB SEK LEWAT DUBUR YNG KOTOR BODOH BANGET/ AMAT GILA
      LESBIAN LEBIH BODOH LAGI, ALAT APA YANG MEMBUAT ANDA MERASA SEPERTI HUB SEK. GILA JUGA DENGAN BENDA MATI YANG ANDA JADIKAN SEBAGAI ALAT KELAMIN PRIA
      BENAR APA YANG DITERANGKAN DOKTER DI ILC
      GAY ,LESBI ORANG KELAIANAN JIWA
      UNTUK AJA BELUM ADA BERITA GAY HUB SEK DG BINATANG JANTAN DITIDURKAN DIMANA ITU BINATANG JANTAN
      LESBIAN HUB SEK DG BINNATANG BETINA BAGAIMANA ? GAK BISA BANTU GAK PUNYA TANGAN DAN KAKI
      Jadi sadarlah bahwa alat kelamin pria manusia pasangannya alat kelamin manusia perempuan begitu sebaliknya ,
      masalah bisek sejak lahir ibunya telah tahu
      tapi ibunya gak memperdulikan sampai dewas
      transek aku gak bisa memberi komentar belum baca buku
      maaf dan terima kasih aku hanya ingin kita saling menjaga keturunan dan anak kita
      dan pemerintah tetap tidak melegalkan nanti
      suatu saat gay akan minta dilegalkan menikah dengan binatang jantan kesayangannya

      Reply
      • March 6, 2016 at 1:56 am
        Permalink

        Anda sama sekali tidak memberi argumen atau bukti yang sahih bahwa memakai dubur untuk berhubungan seks itu gila/gangguan jiwa. Kalau tidak ada argumen/bukti bagaimana kita bisa tahu benar salahnya argumen Anda?

      • June 13, 2016 at 11:39 pm
        Permalink

        Tujuan utama dari hubungan homosexual itu bukan melepaskan hasrat seksual, tetapi lebih mecintai satu sama lain pasangannya, anda bisa saja berhubungan badan dengan siapapun tanpa adanya cinta, namun anda bisa mencintai tanpa adanya hubungan seksual. Lagi pula hubungan sexual diantara pasangan gay tidak selalu anal sex, ada banyak variasi seks.

  • February 22, 2016 at 9:24 pm
    Permalink

    ada tambahan catatan :
    dr Fidiansyah itu kepala Seksi Religi, Spiritualitas dan Psikiatri dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia/PDSKJI. Definisi Seksi / kelompok dokter ini aja sudah aneh, spesialis kejiwaan tapi membawa religi dan spiritualitas.. apakah ini artinya sains nusantara ? yang penetapan standar Kejiwaan manusia seharusnya melalui penelitian tetapi digabung dgn keyakinan agama.

    Sekarang dokter Indonesia malah bikin kelompok penderita baru yaitu LGBT masuk kelompok ODMK yang definisinya tidak jelas. Padahal dalam jurnal HAM 2009 ODMK disebutkan adalah orang yang terlantar http://www.komnasham.go.id/sites/default/files/dokumen/JURNAL%20HAM%202009.pdf, atau orang2 yang mengalami masalah kejiwaan karena adanya bencana alam. Tidak menyebut ttg LGBT

    Juga beredar kronologis dikeluarkannya kelompok LGBT dari definisi gangguan jiwa oleh American Psychiatrist Association yg tidak melalui studi yang cukup di th 1970-an. Untuk itu bisa digunakan standar lain misalnya standar Royal British Psychiatry http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/ps02_2014.pdf yg antara lain menyebutkan ” There is now a large body of research evidence that indicates that being gay, lesbian or bisexual is compatible with normal mental health and
    social adjustment.”
    Jadi patutlah dr Fidiansyah menggunakan data penelitian ilmiah yang bisa mengcounter statement tidak hanya dari APA tetapi juga RBP bahwa LGBT tidaklah normal. Mana data penelitiannya.
    Mau dibawa pendidikan sains Indonesia kalau menghasilkan psikiater yang patut diragukan keahlian dan pendiriannya sebagai tenaga medis? Sungguh mengecewakan.
    Dan sungguh disayangkan ada Psikolog dan Psikiater yang menyamakan tindakan kriminal dengan orientasi seksual. Menurut saya perlu dikaji kembali pemahaman Psikolog dan Psikiater agar kembali ke alam penelitian sains medis dan bukan terbawa emosi spiritualitas/ religinya saja.

    Reply
  • February 22, 2016 at 9:36 pm
    Permalink

    oya, tambahan lagi, di Amerika Serikat yang katanya tempat LGBT marak, data populasi sampai sekarang stabil di angka 3%. https://www.washingtonpost.com/national/health-science/health-survey-gives-government-its-first-large-scale-data-on-gay-bisexual-population/2014/07/14/2db9f4b0-092f-11e4-bbf1-cc51275e7f8f_story.html
    http://www.gallup.com/poll/183383/americans-greatly-overestimate-percent-gay-lesbian.aspx
    Kalau berkaca pada berita di atas dan memperhatikan kultur Amerika yang lebih bebas dan terbuka dari Indonesia, apakah betul LGBT menular? jika menular kenapa populasi hanya di 3% ? Data gallup menyebutkan angka persentasi populasi tersebut masih sama jika dibandingkan dgn data 2002 dan 2011.
    Di lain pihak, sudah ada pula yang menstudi ttg kebencian thd LGBT (homophobic) dan hasilnya http://www.livescience.com/19563-homophobia-hidden-homosexuals.html
    http://www.livescience.com/52146-homophobia-personality-traits.html a.l. kesimpulannya jika anda benci LGBT ada kemungkinan anda sebenarnya punya kecenderungan LGBT, atau punya masalah kejiwaan

    Reply
  • March 1, 2016 at 5:32 am
    Permalink

    Koreksi pada bagian akhir tambahan dalam butir 2 disebutkan “20 Feb 2016: UU No 14/2014 tentang Kesehatan Jiwa, Pasal 68.a, mengatakan bahwa ODMK berhak mendapatkan informasi yang tepat mengenai kesehatan jiwa”.
    UU mengenai kesehatan jiwa adalah UU Nomor 18 Tahun 2014, sedangkan UU Nomor 14 Tahun 2014 adalah UU mengenai pembentukan Kabupaten Muna Barat di Provinsi Sulawesi Tenggara
    Sumber:
    1. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1596.pdf
    2. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1600.pdf

    Reply
  • March 1, 2016 at 6:45 pm
    Permalink

    LGBT itu tidak boleh dipromosikan di media2 Indonesia secara gamblang seperti sekarang. Tidak sesuai dengan nilai2 di Indonesia. Ya, saya setuju kita tidak boleh membully/mendiskriminasi mereka. Tetapi jangan sampai ada anak/pemuda yg normal lalu menjadi LGBT lagi. Biarkan yg sekarang menjadi generasi terakhir di Indonesia. Tidak ada manusia yang lahir langsung menjadi LGBT. Itu peran lingkungan, media, dan pornografi!

    Reply
    • March 12, 2016 at 2:59 am
      Permalink

      “Itu peran lingkungan, media, dan pornografi!”

      Itu dasarnya apa? Anda tidak bisa berbusa-busa bicara di tempat umum tanpa dasar yang kuat.

      Reply
  • March 31, 2016 at 8:24 am
    Permalink

    Karena saya umat beragama islam, maka saya kontra dengan LGBT.

    Nafsu adalah kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang dirasa cocok. Nafsu tidaklah semua dimaknai dengan keburukan mutlak atau kebaikan yang mutlak. Hanya saja, nafsu menjadi buruk apabila untuk melanggar batasan Allah SWT.
    وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي

    “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yusuf : 53)

    Disini kita tahu bahwa homoseksual jelas bukan karena akal sehat yang merupakan lawan dari nafsu. Namun para homoseks selalu saja berdalih dan mengelak untuk mencoba mengakalkan hawa nafsu. Tak ada manfaat yang didapat dari perbuatan ini, malah hanyalah hukuman dan adzab. Bila manusia berakal tentu ia mengetahui hal ini.
    Nabi Luth juga bersabda dalam potongan ayat,

    أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ…

    “Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”

    Itu dapat dimaknai bahwa perbuatan kaum luth yang homoseksual merupakan perbuatan bagi orang bodoh, atau tepatnya tidak mempunyai akal, bila melihat makhluk Allah yang tak ber-akal adalah hewan karena manusia diberikan oleh Allah nafsu seperti hewan namun juga diberikan akal untuk menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Jadi apabila manusia tak berakal maka itu tak lebih dari seekor hewan.

    بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

    “Tetapi orang-orang yang lalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun” (QS. Ar Rum : 29)

    Kaum homoseksual layaknya seorang anak kecil yang memaksakan keinginannya dikarenakan belum matangnya akal. Ia akan memilih hal yang dilihatnya menarik meskipun dapat membunuhnya. Sebagai orang yang tau pastilah kita mencoba menjelaskan, namun apabila keinginan seorang anak tersebut tak dapat lagi ditolak karena keinginannya yang menggebu. Apabila Allah telah menyesatkan mereka, tiada penolong bagi mereka selain Allah SWT dan kesadaran dirinya untuk berfikir. Merekalah yang mendustakan bukti nyata dari Allah.

    وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيَ آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ﴿١٧٥﴾

    “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al A’raaf : 175)
    Perumpamaan lain Allah sebutkan dalam:

    وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

    “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS. Al A’raaf : 176)
    Ayat serupa juga ada dalam Al Quran surah Yusuf ayat 111.
    Allah juga berpesan untuk jangan sekali-kali mengikuti mereka, seperti dalam firmannya:
    وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

    “… dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi : 28)

    Reply
  • May 7, 2016 at 11:45 am
    Permalink

    Ingat lgbt ingat sejarah nabi luth, saat Alloh membalikkan tanah kaum lgbt hingga tdk tersisa…dan meletusnya gunung pompei… hii ngeriii!!!.. Nabi Muhammad saw mengutuk orang berzina satu kali, tp mengutuk lgbt tiga kalie, sdr!!.. DSM IV TR mendelete lgbt sbg sexual disorders dg dalih HAM…Biasa! Standar gandi eh ganda!

    Reply
  • Pingback:Jurnal Lgbt | Info Beasiswa Kuliah

  • October 6, 2016 at 3:47 pm
    Permalink

    Salut buat mas Herman yang bisa melihat realitas secara obyektif, walaupun mungkin mas Herman (semoga benar) bukan bagian dari LGBT.

    Saya yakin mas Herman tidak membela yg pro atau anti LGBT, tapi hanya menempatkan realiatas secara obyektif.

    Pandangan agama selama ribuan tahun yg sudah tidak sesuai ilmu pengetahuan dan tidak manusiawi mestinya perlu ditinjau ulang.

    Sudah ada sih kalangan ahli agama yg mencoba menfasirkan kembali pemahaman agama yg lebih manusiawi, tetapi mereka malah dibilang sesat, kafir dan hujatan hujatan kotor lainnya.

    Rakyat Indonesia masih belum bisa menghargai perbedaan. Kalau ada perbedaaan, biasanya langsung di cap sesat, kafir, di maki maki, hujat dan kata kata kotor lainnya. Merasa paling benar sendiri, dan pihak lain sesat yg harus ditumpas.

    Reply
  • October 16, 2016 at 9:16 pm
    Permalink

    harus di rehabilitasi,, jangan di musuhi atau dibenci,, mereka itu saudara kita

    Reply
  • November 29, 2016 at 1:52 pm
    Permalink

    Referensi mas Herman bagus, artikel jurnal yg kredibilitasnya sudah terbukti. Referensi mas Niko? Artikel-artikel dari internet? Siapa yang menulis? Ada kredibilitas apa?

    Reply
  • Pingback:Ini Sekedar Gerundelan: Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono

  • August 18, 2018 at 6:54 pm
    Permalink

    saya pernah membaca di salahsatu artikel yang membahas LGBT dimana penderita LGBT sebelumnya memiliki prilaku sexsual yang normal, dikarenakan ada trauma yang di alami, semisal penderita LGBT sebelumnya pernah menjadi korban daripada penyimpangan sexsual sehingga mempengaruhi mental daripada pelaku atau penderita LGBT tersebut.

    Reply
  • August 5, 2019 at 2:25 pm
    Permalink

    Sebaiknya memang dikembalikan ke kitab suci, yang dimana Al-Quran juga banyak menceritakan tentang kaum LGBT jaman dahulu. Perilaku penyimpangan ini juga telah dikabarkan sejak lama.

    Reply
  • January 16, 2020 at 12:51 am
    Permalink

    Bicara hal ini di negara berkembang emang menantang apalagi budaya dan nilai yang terkandung di dalam keluarga kuat seperti di Indonesia.

    Reply
  • December 26, 2020 at 10:47 pm
    Permalink

    Saya yakin dan akan selalu yakin bahwa LGBTQ+ adalah gangguan jiwa. Memang di masa skg ini ilmu pengetahuan diperlukan sebagai bukti2 yang mendukung sebuah pernyataan/teori tapi tidak bisa kita hanya berpikir dgn menggunakan ilmu pengetahuan saja tapi akal sehat.
    Terserah untuk mereka yang tidak punya agama/tdk percaya Tuhan/punya agama tapi hanya sekedar KTP saja.
    Untuk orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada dan ajarannya adalah benar pasti tidak asal percaya dengan segala ilmu pengetahuan yg skg telah byk berkembang di dunia, termasuk mengenai LGBTQ+ ini. Tuhan kasih manusia akal sehat, lebih bagus lg khidmat, dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
    Benar kata psikiater trsbt, kalo cuma pake ilmu pengetahuan tanpa akal sehat yg diajarkan dalam agama pasti ujung2nya tersesat pula. Begitupun sebaliknya.
    Sulit buat menyadarkan kaum ????️‍???? bahwa apa yang mereka lakukan menyimpang/ salah karena sudah byk dukungan. Dan mereka semakin percaya diri bahwa mereka bnr.
    Saya cuma bisa doakan agar Tuhan melembutkan hati dan pikiran kaum ????️‍???? (dan mereka pun tdk keras hati) agar sadar dgn keadaan mereka yg sedang tersesat dalam masalah kejiwaan tersebut.

    Reply

Leave a Reply to Herman Saksono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.