Inbox adalah sesuatu yang membuat pelamar beasiswa merasa dag-dig-dug. Di masa surat menyurat lewat pos masih beken, pelamar akan pulang ke rumah dengan perasaan setengah antusias mengharapkan surat pengumuman beasiswa telah tiba. Setengahnya lagi adalah perasaan was-was andai surat itu membawa berita buruk. Setelah internet maju, tugas membuat deg-degan digantikan oleh email.

***

Setelah wawancara Fulbright yang tidak memuaskan saya, tiba-tiba pada bulan September sebuah email pengumuman mendarat di inbox. Tim seleksi Fulbright telah menjadikan saya sebagai alternate candidate. Email itu juga menerangkan bahwa kandidat alternate akan diberangkatkan jika telah tersedia dana dari pemerintah AS. Artinya, berbeda dengan principal candidate yang pasti berangkat, seorang alternate bisa berangkat dan bisa juga tidak.

Namun seorang alternate tetap harus mengikuti tes akademik (GRE) dan tes bahasa inggris (TOEFL iBT) untuk didaftarkan ke universitas di AS, sama seperti principal candidate.

***

Di bulan Oktober saya diemail AMINEF untuk bersiap-siap mengikuti GRE dan TOEFL dalam satu bulan. Tes bernama GRE itu terkenal sulit, bahkan orang Amerika gentar ketika mendengarnya. Anda akan menjadi orang yang berbeda setelah menyelesaikan GRE, kelakar seorang teman bule.

Dalam kondisi saya, tidak ada pilihan selain harus punya nilai GRE yang mumpuni. Akan sia-sia jika di kemudian hari status saya naik tingkat jadi kandidat principal, tapi tidak diterima di universitas gara-gara GRE yang seadanya.

Satu bulan saya mengulang lagi soal-soal artimatika SMA, menghafalkan kata-kata ajaib yang ternyata ada di bahasa Inggris, dan berlatih menulis esai demi esai argumentasi yang selogis-logisnya dalam bahasa Inggris. Setiap ada waktu kosong saya membaca-baca flashcard, berharap bisa mengusai kosakata baru dalam bahasa Inggris, hingga akhirnya tes itu diadakan tanggal 11 Oktober di Jakarta.

Tes GRE saya diadakan di gedung pencakar langit Jakarta yang kemilau. Interiornya seperti standar kantor Jakarta dengan sekat-sekatnya. Akan tetapi dinding dan pintunya yang berjajar rapi dengan cat warna krem monoton seperti menjamin bahwa tes ini akan dijalankan secara kaku dan keras. Beserta para kandidat Fulbright lainnya, kami duduk berjajar menunggu dipanggil masuk ke ruang ujian.

Semenit menjelang dipanggil, saya menelpon Ibu di Jogja. Saya minta didoakan, tapi sebenarnya saya cuma ingin mendengar suara keluarga di rumah, karena membayangkan senyum-senyum mereka adalah doa yang menenangkan.

***

Akhirnya 3 jam 45 menit kemudian GRE selesai. Tes itu terdiri dari 2 bagian soal bahasa, 3 bagian soal matematika, 1 tugas menulis sanggahan untuk sebuah esai, dan satu lagi menulis esai menyikapi sebuah permasalahan. Itu adalah tes yang melelahkan, tapi nampaknya pekerjaan saya tidak buruk-buruk amat.

***

Hasil GRE dan TOEFL diumumkan melalui email, kemudian, selang beberapa hari AMINEF menyambungkan saya dengan IIE. Ini adalah lembaga di AS yang bertugas mendaftarkan para kandidat S2 Fulbright ke 4 universitas yang paling sesuai dengan kemampuan akademiknya, sekaligus juga sesuai dengan dana yang tersedia. Pasalnya, jika biayanya terlampau mahal dari batas maksimal Fulbright, maka seorang kandidat harus mencari dana tambahan sendiri.

Kepada IIE, saya mengajukan dua univeristas yang menurut saya bagus dan cocok: Carnegie Mellon University di Pittsburgh dan Northeastern University di Boston. Saya memilih Carnegie Mellon karena programnya sangat fokus di bidang software engineering, sangat pas dengan minat saya. Sementara Northeastern memiliki fokus software engineering yang bagus, dan terletak di Boston, kota pelajarnya AS. Konon, nguping di Boston sangat mencerdaskan, karena orang-orangnya membahas hal-hal dengan ilmiah.

Pilihan saya direstui IIE. Berbekal nilai GRE, TOEFL, study objective, personal statement, dan CV, saya resmi didaftarkan di dua universitas itu, plus dua pilihan IIE. Otomatis, saya telah masuk ke tahap berikutnya yaitu menunggu jawaban dari universitas-universitas itu.

***

Menunggu adalah bagian paling rutin dalam perburuan sekolah dan beasiswa. Setelah menunggu undangan wawancara, menunggu hasil seleksi, dan menunggu nilai tes, maka berikutnya adalah saya menunggu pengumuman penerimaan. Pada bulan Februari hingga Mei, para pelamar sekolah menanti dan sekaligus cemas apakah diterima atau ditolak universitasnya. Mengecek email dari handphone selalu menjadi hal yang pertama saya lakukan setelah bangun pagi.

Untunglah pada bulan Februari 2012, sebuah berita baik berhenti pada inbox saya.

***

Dilanjutkan di Shortfall.

Disclaimer: semua pernyataan dan informasi yang ditulis dalam posting ini merupakan pandangan saya pribadi, dan tidak mencerminkan pandangan organisasi lain. Pengalaman seleksi Fulbright adalah pengalaman saya pribadi, dan oleh karena tidak mencerminkan kebijakan AMINEF maupun Fulbright, setiap orang dapat melalui pengalaman yang berbeda.

Berita Baik Beasiswa di Inbox
Tagged on:

28 thoughts on “Berita Baik Beasiswa di Inbox

  • Pingback:Mencari Beasiswa - Life - hermansaksono

  • June 29, 2012 at 2:11 pm
    Permalink

    IMHO, karena udah yg kedua kali yaa ceritanya jadi datar Mon. Jangan takut tampak melo ah Mon, yg kemaren lebih asik dari yg ini :)

    Reply
  • June 29, 2012 at 3:44 pm
    Permalink

    deg2 an…seru sekali membaca “proses” ini. Akan sabar menunggu “hasil” :))

    Reply
  • June 29, 2012 at 3:44 pm
    Permalink

    ini jadi berangkat tidak nih…. saya sampai ikut ikutan deg degkan bacanya…. selamat ya sudah jadi alternate candidate… carnegie mellon memang untuk IT merupakan salah satu terbaik di dunia..

    itu loh yang punya cerfikasi CMMI…

    Reply
  • June 29, 2012 at 3:50 pm
    Permalink

    wah pilihannya carniege mellon… tempat The Last Lecture

    jadi kayak nunggu release tv serial ini… seru :)

    Reply
  • June 29, 2012 at 4:23 pm
    Permalink

    berita baiknya, kamu dapet beasiswa-nya, mon?
    Yay! :D

    Reply
  • June 29, 2012 at 5:10 pm
    Permalink

    Congratulation.
    I don’t think this is to early for such a smart one like you…

    Reply
  • June 29, 2012 at 8:46 pm
    Permalink

    yeahhhhhhhh perjuangan shortfall nya dunk monce ;)

    Reply
    • July 4, 2012 at 11:38 pm
      Permalink

      Terima kasih. :D Bulan Agustus berangkatnya…

      Reply
      • July 5, 2012 at 10:20 am
        Permalink

        -The End-

        Selamat.

        Fiuh.. good2… :)

  • July 2, 2012 at 11:05 am
    Permalink

    persis sebulan lalu saya pun mendapatkan email bahwa beasiswa setahun lalu yg saya kirimkan di UCSC Milan Italy diterima, tetapi sayang saya harus memilih untuk tidak pergi ke Milan…

    siapa tahu saya akan seberuntung kamu lagi mon tahun depan utk datang ke US :)

    selamat mon

    Reply
  • July 3, 2012 at 6:49 am
    Permalink

    Hore2.. makan2 di Pizza Hut pertengahan bulan ini ya!

    Reply
  • July 3, 2012 at 10:55 am
    Permalink

    Jadi? Keterimanya dimana, Mon…?

    Reply
  • July 4, 2012 at 10:45 am
    Permalink

    selamat dab, orang sekonsisten model kamu ini pasti dapet buahnya…. :)

    Reply
  • Pingback:Shortfall - Life - hermansaksono

  • October 1, 2012 at 11:29 pm
    Permalink

    Umm just like love at the first sight.. Read ur twit and blog is really interesting.. Happy to know you…

    Reply
  • December 21, 2012 at 2:51 pm
    Permalink

    memang ya, pencari beasiswa itu dilarang putus asa.

    Reply

Leave a Reply to Hedi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.