Merokok di tempat umum menganggu

Sebetulnya, mereka yang anti asap rokok hanya menginginkan hak untuk bernafas tanpa terganggu asap rokok. Akan tetapi, pro asap tentu punya sanggahan, walaupun sebetulnya agak-agak ngawur, alias fallacious:

“Mohon hargai juga hak kami untuk merokok!” 

Kalau kita baca sekilas pasti terasa ada yang salah dalam pernyataan di atas. Memang, masalah merokok bukan cuma hak pribadi, tapi juga hak orang lain untuk sehat. Perokok tetap berhak merokok, selama tidak menganggu orang lain. Jawaban untuk sanggahan seperti ini sebetulnya sederhana:

“Hak untuk merokok dapat dilakukan di rumah masing-masing, atau di outdoor.”

Pernyataaan seperti itu masih tetap bisa didebat lagi oleh seorang pro asap. Misalnya:

“Demikian juga yang ingin bernafas tanpa asap rokok, dapat di rumah atau outdoor!”

Argumen di atas juga sesat, karena ini sekali lagi bukan hak merokok, tapi hak untuk sehat. Menyanggahnya gampang:

“Apakah kesehatan perokok terganggu jika bernafas dengan udara yang bersih asap rokok?”

***

Sesaat, perdebatan di atas nampak sudah selesai. Namun sebetulnya masih bisa didebatkan, diperluas, dibolak-balik lagi. Misalnya, seorang pro asap mungkin akan menyanggah seperti ini.:

“Kalau begitu, bis kota juga harus dilarang karena mengeluarkan asap.”

Kalau sudah begini, maka perdebatan sudah melebar. Mungkin sengaja dibuat lebar, mungkin tidak sengaja. Namun akibatnya diskusi jadi tidak fokus dan tidak ketemu titik solusinya. Ada banyak sanggahan, misalnya bahwa pemerintah juga sudah mulai mengatur kendaraan bermotor yang asapnya mengganggu, dan banyak lagi.

Akan tetapi untuk argumen yang konyol, sayang rasanya kalau tidak dipakai buat main-main sedikit:

“Apakah Bung juga mau lari-lari di jalan sambil dinaiki 30 orang,” kata anti asap rokok.

“Lho Anda jangan memperluas isunya dong!”

“Kan Anda dulu yang memperluas, saya jadi terbawa Anda”

Dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Padahal masalah ini sebetulnya gampang, perokok boleh merokok di mana saja asal semua asapnya dihisap sendiri.

“Mohon Hargai Hak Perokok”
Tagged on:

37 thoughts on ““Mohon Hargai Hak Perokok”

  • December 8, 2011 at 3:16 pm
    Permalink

    uhuhuhuhuhuhu…

    intinya ya begitu ya…

    harus ada yang namanya tenggang rasa sesama manusia :))

    Reply
  • December 8, 2011 at 5:35 pm
    Permalink

    Bagaimana kalau setelah asap rokoknya dihisap, gak usah dikeluarkan lagi?

    Reply
    • December 8, 2011 at 7:06 pm
      Permalink

      Jadi setelah semua dihisap sendiri, gak boleh dikeluarkan lagi ya.

      Reply
  • December 8, 2011 at 5:48 pm
    Permalink

    Tulisan penutupnya jelas ada keberpihakan. Saya yakin sampeyan dari golongan bukan perokok.

    Reply
  • December 8, 2011 at 6:22 pm
    Permalink

    bener tuh, coba yg ngerokok, rokoknya dibalik… api di dalem mulut biar asep ga keluar terus abis isep asapnya jgn dikeluarin lagi

    biar mampus :v

    Reply
  • December 8, 2011 at 6:49 pm
    Permalink

    hihi kalo asapnya dihisap lagi semua tanpa sisa sih terserah om ;))

    saya lebih memilih bergerak menjauh *dengan bahasa tubuh jijik* dari perokok, meski dia teman dekat sekalipun. kalo misal gak bisa menjauh (misal di dalam ruangan) biasanya aku tiup balik asapnya ke muka dia :))

    Reply
  • December 8, 2011 at 7:01 pm
    Permalink

    Bhahak. Sama banget ini. Waktu itu seorang perokok melakukan pembelaan dgn ngomong”Saya juga kasihan dong, orang lain yang naik mobil tapi saya yang harus menghirup asapnya” dan saya cuma bisa menjawab “Anda logical fallacy”. Ah, lain kali juga saya mau jawab “Apakah Bung juga mau lari-lari di jalan sambil dinaiki 6 orang,”
    Terima kasih Mas Momon atas bantuan jawabannya :D

    Reply
  • December 8, 2011 at 7:20 pm
    Permalink

    rokok soal selera, soal kepentingan. perokok yang educated tau bagaimana menempatkan diri. perokok yang egois dan mau menangnya sendiri biasanya mung waton suloyo, njelehi.

    Reply
  • December 8, 2011 at 11:52 pm
    Permalink

    Kalau menurut saya :
    “merokok bukanlah hak asasi manusia karena merokok bukanlah hak yang langsung diberikan Tuhan. Sebab, ketika seseorang tidak merokok, dia tidak akan mati. Akan tetapi, hak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat, khususnya bebas dari asap rokok merupakan hak asasi. Sebab, manusia tak bisa hidup tanpa lingkungan bersih dan sehat yang merupakan pemberian langsung dari Tuhan. ”

    (dikutip dari http://hukumonline.com/berita/baca/lt4ec253b37df42/pembangunan-ruang-merokok-tak-bisa-dipaksakan)

    Reply
  • December 9, 2011 at 7:50 am
    Permalink

    musti gitu ya.. susah banget mo hidup sehat..

    Reply
  • December 9, 2011 at 8:13 am
    Permalink

    Para perokok egois klu mau merokok ditempat umum mbokya bawak kantong plastik trus kepalanya dimasukkan tuh kantong, bernafas didalam kantong tsb. Biar modar sekalian.

    Reply
  • December 9, 2011 at 8:25 am
    Permalink

    Kalau menurut perda ttg larangan merokok di tempat umum, harusnya perokok berkumpul dalam 1 ruangan khusus, dengan sistem penyerapan asap yg benar. Jd sebenernya ga boleh juga merokok di pinggir jalan, sambil jalan, warung pinggir jalan. Menganggun banget…

    Reply
  • December 9, 2011 at 10:07 am
    Permalink

    Hahahaha… wangun!
    Sayangnya kenangan terakhir pas ketemuan almarhum Papaku tahun lalu ya terkait dengan asap rokok. Dia menyulut rokok lalu mendekat ke cucunya yang kugendong… aku lalu masuk ke rumah dan nutup pintu untuk dia.

    Dari balik kaca dia bilang, “Kenapa ditutup?” Aku bales “Karena kamu ngrokok, Pa.. kasian anakku” Lalu sejak saat itu dia janji, ketika ketemu nanti dia sudah akan berhenti merokok.

    Tiga bulan kemudian janjinya terkabulkan. Dia sudah tak bisa merokok lagi, terlelap dalam tidur abadinya… :)

    Reply
  • December 9, 2011 at 2:07 pm
    Permalink

    Ada helm khusus perokok? Nanti asapnya ada di dalam helm saja ^^

    Reply
  • December 9, 2011 at 7:26 pm
    Permalink

    Hahahaha….kl asepnya bisa dihisap sampe habis (jangan ada yg keluar) sih g masalah…atau kl asapnya bisa “ramah lingkungan” sih oke2 aja…wkwkwkwk.

    Reply
  • December 10, 2011 at 5:10 pm
    Permalink

    Usulkan untuk merokok pakai hel fullface, jadi asapnya terhisap sendiri :)

    Reply
  • December 13, 2011 at 3:50 pm
    Permalink

    Betul, Mon.
    Boleh saja merokok, asal tidak mengganggu orang lain. Oleh sebab itu, pengelola tempat-tempat umum seharusnya di enforce untuk menyediakan tempat khusus/ kawasan merokok, seperti yang dianjurkan oleh perda.

    Pandangan saya, ujung-ujungnya terkait dengan fasilitas. Analoginya, akan sangat sulit suatu kawasan menjadi bersih dari sampah kalau fasilitas tempat sampahnya tidak memadai.

    Anyway, saya perokok.

    Dan semoga pendapat diatas bukan logical fallacy. ;)

    Reply
  • December 15, 2011 at 2:59 pm
    Permalink

    Kalau saya boleh jujur maka saya akui bahwa perokok itu egoistis. Sebagai perokok, bau yang tak saya sukai adalah bau rokok (bukan bau tembakau) — termasuk bau rokok saya setelah saya selesai mengasap. Sebagai perokok, saya ogah dikurung dalam ruang pengasapan bersama perokok lain.

    Jadi? Ya tahu dirilah. Belakangan ini bersama keluarga saya lebih suka ke kedai yang bukan dalam mal. Dan saya memilih kapling tanpa asap rokok. Kalau ingin merokok ya keluar sebentar (di udara terbuka), cuma beberapa isapan, lalu masuk lagi.

    Reply
    • February 11, 2012 at 9:56 pm
      Permalink

      kalo Anda sebagai perokok gak suka asap rokok sendiri, apalagi orang yang bukan perokok, Pak…..

      Reply
  • December 16, 2011 at 2:28 pm
    Permalink

    semoga para perokok segera sadar tentang “keegoisann”nya selama ini *eh*

    Reply
  • December 18, 2011 at 11:40 am
    Permalink

    kalo anda menganggap asap kendaraan tidak ada konteksnya dgn masalah rokok artinya andalah yg egois, misi anda hanya untuk menyerang perokok. Sy dpt pointnya bahwa kendaraan berasap dpt bermanfaat untuk transportasi kebanyakan kegiatan jd sah-sah saja menurut anda, apakah anda tidak berfikir bahwa adanya perokok maka ada keluarga yang terhidupi darinya contoh petani tembakau, karyawan pabrik rokok dsb. Jadi jangan egois dlm menyampaikan pendapat sementara anda menyebut orang lain egois

    Reply
    • December 18, 2011 at 12:21 pm
      Permalink

      Tapi kan petani tembakau bisa bertani tanaman lain yang tidak membunuh perokok pasif dan perokok aktif. Kegoisan Anda membuat pikiran Anda jadi cekak.

      Reply
  • December 21, 2011 at 1:13 pm
    Permalink

    Masalahnya sekarang, para perokok itu cuma peduli hak mereka dan tidak peduli hak orang lain untuk menghirup udara bersih. Dan rata-rata, orang yang merokok itu bebal, gak sadar kalo orang lain terganggu asap rokoknya. *curhat securhat-curhatnya*
    Mestinya para perokok itu merokok sambil kepalanya dibungkus plastik biar asapnya gak ke mana-mana, cuma dia sendiri yang hisap.

    Reply
  • December 22, 2011 at 7:24 pm
    Permalink

    Sy coba tdk berlaku egois dan membalas “kecekakan” pikiran Anda. Sy hanya menyampaikan argumen sy. Tp ya sudahlah…. sy cinta damai, be your self. Assalaamu alaikum.

    Reply
  • December 27, 2011 at 12:13 am
    Permalink

    Wkwkwkwkwk… ternyata banyak yang benci sama orang yang merokok dan membuat generalisasi yang bahasa kasarannya: perokok = dungu dan egois… Dan kesannya, semua perokok mengganggu. Sampai-sampai, jika ada yang merokok di Semarang dan Anda sedang di Jakarta, pun tetap disalahkan karena udara dari Semarang suatu saat akan tiba di Jakarta…. :) Padahal, sebenci apapun kita sama perokok dan sepintar apapun kita menasihati/menyindir mereka, tetap saja ada rokok dan ada yang merokok. Lihat aja sekarang, anak-anak usia SD sudah mulai demen rokok… Mau dilawan? Silahkan kalau bisa… Dan klo saya: selama tidak mengganggu, yah biarkan aja dia menikmati rokoknya. Mungkin dia menemukan “sesuatu” ketika merokok, yang tidak diketahui dan tidak pernah dirasakan pembenci rokok… Lagian, tanaman tembakau dan cengkih itu juga ciptaan Allah yang berhak hidup untuk diambil manfaatnya buat manusia, termasuk dibuat rokok… :)

    Reply
    • December 27, 2011 at 12:28 am
      Permalink

      Gimana nggak benci ada orang mikirnya cekak seperti ini tapi sotoy?

      Reply
  • December 27, 2011 at 8:31 pm
    Permalink

    Wkwkwk….., salah kan…, padahal saya juga enggak merokok. Kalau begitu, ngikut sama kang hermansaksono aja deh, bloger yang pikirannya nggak cekak dan nggak sotoy di seantero jagat internet… :)

    Reply
    • December 27, 2011 at 8:38 pm
      Permalink

      Tu kan logika Anda ngawur lagi. Yang saya kritik kan pemikiran Anda, bukan Anda perokok atau bukan.

      Reply
  • December 27, 2011 at 9:08 pm
    Permalink

    Wuiiiihhh… jadi nggak enak bertamu di rumah orang tapi bikin suasana jadi panas. Oke deh kang…, mohon maaf klo tidak berkenan… Setiap orang kan punya pola pemikiran dan logika sendiri-sendiri, yang pada tataran tertentu kita tidak boleh menghakimi pola pemikiran dan logika mereka, dan kemudian memaksakan pola pemikiran dan logika kita. Maklum, saya tinggal di lingkungan yang perokok logis/sopan. Artinya, mereka tahu diri kapan dan di mana merokok. Mereka bukan orang bodoh dan bebal. Klo boleh saya bilang, mereka jenius dan unik, dan saya membutuhkan karya/pemikiran mereka… Jadi saya tahu alasan mengapa mereka merokok, dan saya tidak terganggu oleh mereka. Itulah mengapa saya bilang: selama tidak mengganggu, ya biarkan aja mereka menikmati rokoknya . Dan, tidak setiap perokok dungu, bebal, dan egois. Boleh kan menyampaikan pendapat yang berbeda…? Resikonya paling dimaki-maki dan dibilang ngawur atau gak logis sama tuan rumah… :)

    Reply
    • December 27, 2011 at 9:43 pm
      Permalink

      Pertama, setiap orang memang berhak punya opini. Tapi itu tidak membuat opini mereka menjadi benar. Itu logika dasar.

      Kedua, menurut Anda enak kedatangan tamu pidato tanpa logika?

      Reply
  • March 20, 2012 at 10:03 pm
    Permalink

    Lari-lari sambil dinaiki 6 orang? Yah, bisa, kalau kalau 6 orang penumpang dianggap lumpuh semua atau dianggap suster ngesot semua. Kan bisa jalan kaki, naik kursi roda, atau sepeda, atau lainnya yang tidak berpolusi.

    Ini bukan fallacy, lho. Logika penuh.

    Reply
  • March 20, 2012 at 10:17 pm
    Permalink

    tapi saya bukan mau membela perokok, lho. saya sih juga sebel saya orang egois, perokok atau bukan perokok.

    saya sering pake sepeda goes dan sepeda listrik, kadang rasanya pingin ngomong ke orang lain, “coba itu knalpotnya dibalik ke dalem mobil atau helm motor”, kalau lagi naek sepeda. lain lagi kalo saya lagi naik mobil atau motor, sih. hehehe.

    oh, ya, saya dateng ke sini sebenernya pengen nyari bahan sanggahan untuk orang yang berfallacy ria. makasih inspirasinya.

    Reply
  • December 3, 2017 at 7:13 pm
    Permalink

    Orang merokok itu karena banyak pikiran dan membuat kepala jadi pusing, akhirnya mereka merokok untuk menenangkan hati dan pikiran. Jadi bagi non perokok yang banyak pikiran dan pusing, malah bersyukur, karena bisa menenangkan hati dan pikiran tanpa merokok yang dapat mengganggu kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

    Reply

Leave a Reply to arka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.