wpid-siapa-yang-dipilih.jpg

Perusahaan multinasional membutuhkan setidaknya lima kali tes untuk merekrut pegawai baru. Biasanya dimulai dari seleksi administratif, lalu psikotes, dilanjutkan dengan interview, interview calon atasan, dan akhirnya: tes kesehatan. Akan tetapi, rangkaian tes sebanyak itu sama sekali tidak menjamin calon majikan akan mendapat pegawai yang kompeten. Karena observasi selama 6 bulan tentu tidak menampilkan jati diri calon pegawai secara lengkap.

Kita, para pemilih sebetulnya diuntungkan, karena kita punya tahunan, bahkan sepuluh tahun lebih, untuk mengamati gerak-gerik calon presiden kita. Kita punya banyak “bahan” untuk mereview capres-capres yang akan bertanding tanggal 8 Juli besok.

Pada tebangan pertama, pasangan Megawati-Prabowo tidak akan saya pilih. Saya melihat Ibu Mega tidak memiliki visi ataupun pengetahuan teknis untuk menjadi presiden. Saya yakin beliau sangat peduli terhadap bangsa ini, tapi peduli tidak cukup. Dan ini mengkhawatirkan, karena kurangnya pengetahuan, mau tidak mau, Mega pasti akan menyerahkan sejumlah kebijakan kepada orang lain.

Dan pada kenyataannya, ketika kita memilih Mega sebagai presiden, kita memilih Prabowo sebagai presiden. Ini membuat saya merasa tidak nyaman, terutama karena catatan HAM Prabowo. Bagaimana mungkin permasalahan HAM di Indonesia bisa beres jika negara ini dipimpin oleh seseorang yang pernah dipecat dari TNI karena menculik aktivis?

Tentu saja ada banyak yang bisa kita kagumi dari sosok Prabowo. Sikapnya yang keras terhadap campur tangan asing dan keterpihakannya terhadap petani dan nelayan harus diteladani. Di lain sisi Prabowo tidak memiliki pengalaman dalam pemerintahan. Dunia politik sipil sangatlah berbeda dengan militer, bisnis, ataupun tim kampanye. Apa yang dapat terjadi, andaikata kurangnya pengalaman ini membuat program Prabowo tidak jalan?

Pasangan capres nomer 2, SBY-Boediono sebetulnya adalah tim yang lumayan. Selama hampir 5 tahun memerintah saya merasakan kesungguhan SBY (dan juga JK) dalam menjalankan pemerintahan ini. Boediono juga merupakan pilihan wapres yang bagus, karena ekonom asal UGM ini telah dua kali menyelamatkan Indonesia dari kejatuhan ekonomi. Langkah SBY untuk tetap membiarkan KPK independen, adalah langkah yang terpuji. Walaupun begitu, SBY masih belum sukses mereformasi kejaksaan .

Saya juga ada kritik lain untuk SBY. Bukan soal kelambatannya dalam bertindak, karena dalam negara demokrasi, proses mencapai kesepakatan bersama lebih penting daripada hasil akhirnya. Dengan dukungan defacto di parlemen yang sangat sedikit, saya rasa kinerja SBY tidak buruk-buruk amat.

Kritik saya terhadap SBY adalah ketidaksigapannya mengantisipasi kenaikan harga pangan global yang menghujam di awal 2008. Hal-hal seperti ini sebetulnya bisa direm dengan antisipasi yang mantap. Tapi—entah kenapa—SBY terlambat, sehingga harga pangan meroket gila-gilaan.

Untuk pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto, saya menyimpulkan kalau lebih cepat, tidak selalu lebih baik: memilih Wiranto sebagai cawapres adalah pilihan buruk JK. Mantan Pangab ini masih memiliki catatan merah HAM. Di dalam debat, Wiranto tidak terdengar memiliki kompetensi ataupun visi. Tapi saya memahami pilihan ini, karena pilihan koalisi yang tersedia untuk JK tidak banyak.

Sebelum 2009 saya tidak pernah suka JK. Ada banyak alasan, seperti sikapnya terhadap masalah Lapindo. JK juga pernah menuding keberadaan KPK membuat perekonomian terganggu. Ketika gempa Jogja, JK pernah menjanjikan dana 25 juta untuk membangun rumah baru untuk setiap KK. Dalam sebuah wawancara, JK pernah mengatakan kalau undang-undang tidak memungkinkan pemerintah untuk membredel media massa. Bagaimana jika undang-undang mengijinkan? Akankah JK melakukannya?

Itu tentu sebelum kampanye. Sekarang pernyataan JK lebih “ramah”. Kampanyenya juga bisa dibilang paling cekatan dan paling rapih. Dengan dukungan dana yang paling sedikit, JK telah menggerakkan kampanye yang cerdas dan mengena, tanpa bantuan lembaga semacam Fox Indonesia. Beliau nampaknya cocok bekerja dalam tim yang terkomando, tapi setidaknya ini menunjukkan kalau kesigapan JK dalam bekerja memang terbukti. Setidaknya dalam skala tim sukses.

Tapi itu bukan yang membuat JK istimewa. JK istimewa karena pemahamannya terhadap wacana-wacana dunia nyata sekaligus solusinya. Walaupun sesekali solusi JK tidak komprehensif, sifat itu tidak terlihat di SBY ataupun Boediono.

Memilih SBY atau JK memang sulit, tetapi ada banyak hal yang membuat saya tidak nyaman dengan JK. Gayanya yang selalu tergesa-gesa bisa menjadi bumerang. Saya juga mengkhawatirkan sikapnya yang setengah hati terhadap demokrasi.

Oleh karena itu, saya mendukung SBY-Boediono karena selalu bersikap pruden dan hati-hati. Ini tentu berlawanan dengan opini kebanyakan masyarakat yang menginginkan pemerintah bertindak ngebut, tapi saya pikir akan lebih baik kalau kita pelan tapi mantap, daripada ngebut tapi banyak masalah yang tercecer.

Sikap SBY yang tidak menduakan demokrasi adalah faktor lain yang membuat saya lebih yakin memilih beliau. Banyak yang mengira kalau setelah 10 tahun reformasi kita bisa fokus sepenuhnya pada ekonomi. Akan tetapi kenyataannya tidak. Tanpa adanya fungsi pengawasan dalam demokrasi, negara yang kaya rayapun bisa jatuh miskin setiap saat.

Selain itu, dengan tidak membela besannya yang kini dipenjara atas tuduhan korupsi, SBY telah mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan keluarga. Sesuatu yang agak langka di negara ini.

Siapa Capres Yang Saya Contreng Besok?
Tagged on:

26 thoughts on “Siapa Capres Yang Saya Contreng Besok?

  • July 6, 2009 at 6:45 pm
    Permalink

    nice one herman. saya setuju dengan anda, saya mencoret kandidat dengan track record buruk di bidang hak asasi manusia dari awal, sehingga hanya tersisa satu pilihan buat saya. 5 tahun terakhir beliau di kursi presiden juga tidak seburuk yang disebutkan orang-orang di beberapa forum dialog online. jadi, lanjutkan!

    Reply
  • July 6, 2009 at 7:15 pm
    Permalink

    ga milih…. ga ada yg bagus programnya.. semua terkesan hanya melanjutkan program2 yg sudah ada… ga ada yg berani berinovasi… krn itu sy putuskan tidak memilih.. toh ini hak konstitusional saya sbg warga negara…

    Reply
  • July 7, 2009 at 3:52 am
    Permalink

    setuju sama momon. alasan yang sama (kurang lebih) jadi akhirnya LANJUTKAN! *itu kalo bisa milih. ahahaha*

    Reply
  • July 7, 2009 at 5:47 am
    Permalink

    Bung Herman, sedikit banyak sebenarnya saya setuju, SBY adalah yang terbaik ketimbang yang ada sekarang ini.
    Akan tetapi, saya tetap memiliki pandangan ‘tradisional’ terutama mengenai koalisi partai-partainya.
    Kekhawatiran saya adalah pada kebijakannya tentang kebebasan agama terutama bagi kalangan minoritas.
    Mungkin terkesan paranoid, tapi saya tidak bisa menyembunyikan ketakutan saya terhadap PKS :)
    Sayang sekali …

    Saya sangat paham kekhawatiran Anda. Sejujurnya ada banyak “ancaman” dalam pemilu ini, dan saya memilih untuk “menebang” ancaman yang lain.

    Reply
  • July 7, 2009 at 8:49 am
    Permalink

    Selain koalisi partai nya, saya paling anti Kebijakan SBY yang namanya BLT, ya selain sangat politis menurut hemat saya, juga ngerusak mental bangsa.. :D. Apa gak ada cara laen yang lebih elegan…

    Reply
  • July 7, 2009 at 8:54 am
    Permalink

    Sebetulnya BLT itu bagus, karena mengalihkan subsidi BBM (yang tidak tepat sasaran) ke subsidi targeted yang pro rakyat miskin. Dengan demikian rakyat miskin tidak terlalu terpukul karena kenaikan harga BBM.

    BLT akan jelek jika diterapkan permanen, karena ini jelas-jelas merusak mental bangsa. Tetapi kalau sementara, itu tidak merusak.

    Reply
  • July 7, 2009 at 9:17 am
    Permalink

    Very nice..

    Lanjut Gan!!

    *saya terpaksa golput padahal pengen banget ikut nyontreng tahun ini* :(

    Pakai KTP kan bisa. Tapi harus diurus sekarang di KPPU.

    Reply
  • July 7, 2009 at 9:25 am
    Permalink

    Kalao emang mau ‘niat banget’ buat nyontreng saya sarankan buat sholat istikharah aja mas, biar apdol niatnya mau nyontreng siapapun. kosentrasikan diri buat minta petunjuk-Nya, soalnya jangan2 analisis mas juga udah kena pengaruh iklan dan liat2 sby tipi hehe! bisa jadi malah nanti dapet petunjuk-Nya untuk tidak nyontreng, who knows.. tapi maap mas ya, ini kalao mas orang muslim tapi kalo bukan saya ndak tau juga..

    Tidak kok, kalau artikel saya Anda baca betul-betul, observasi saya murni berdasar observasi pra kampanye.

    Reply
  • July 7, 2009 at 11:57 am
    Permalink

    @tiva : kenapa bertanya muslim ? lha wong semuanya capres-wapres muslim, pastinya yg non jg akan milih muslim (kasian bgt ya?)

    @herman : aku dah deg2 syer, saat setelah MEGA kau bahas SBY, kan kalao di film thriller, itu berarti yg terakhir adalah jawaban, yaitu JK. wealah, akhirnya tetep ke SBY.

    Saya tetep milih JK, dengan beberapa alasan :
    1. Presiden yg bukan dari Jawa, akan bs memutuskan keyakinan beberapa orang indonesia ttg Satriyo Piningit yg keturunana Raja2 Jawa (majapahit/siliwangi, g tau).

    2. Saya suka enterpreneur, pasti ga bs ditebak apa yg akan dilakukan. Mendobrak gitu. Misal, kalau ya konversi Minyak ke LPG dari JK, itu salah satu contoh kebijakan yg terasa bgt. Pernah liat tukang bakso bw tabung ijo itu? wah, coba aja tanya berapa hemat dan untungnya mereka2. jg BLT, dsb dsb.

    3. Sy ingin dobrakan2. Bukan … kehati2an. :)

    May the best win!

    * btw, sy mikir di posisi Tuhan. Menurut saya, dia bs aja milh ga menangin JK : spy JK balik kampung dan ngurus masjid. Pasti tuhan lebih suka itu. heheh

    Enterpreneurship dan negarawan itu dua konsep yang berbeda

    Reply
  • July 7, 2009 at 12:29 pm
    Permalink

    Mas, saya seneng banget atas tulisan Mas. sampai detik ini saya memang bimbang mo milih yang mana. No 1 dan 3 punya catatan HAM yang nggak terpuji. Nomor 2 adem sih, intelek juga pendampingnya, tapi koalisinya yang bikin saya takut. Hampir saya nggak milih. Tapi setelah baca diskusi ini saya jadi punya pandangan untuk menentukan pilihan terbaik dari yang terburuk. Apalagi saya minoritas yang mau bikin rumah ibadah saja ijinnya sulit. tapi saya percaya bahwa kaum mayoritas yang bersifar nasionalis dan menghargai perbedaan di Indonesia jumlahnya jauuuh lebih banyak. Saya jadi mikir, yang terbaik bagi Indonesia pasti baik bagi saya yang kecil ini. Jadi saya pilih SBY. Dia militer punya wawasan nusantara dan pasti tidak mau NKRI terbelah karena penerapan kebijakan yang hanya mewakili golongan tertentu. Maaf. Makasih, Mas.

    Selamat memilih :)

    Reply
  • July 7, 2009 at 3:24 pm
    Permalink

    akhirnya Mon … seminggu lalu pas YM-an sama aku kayaknya kamu undecided :)

    kata Muhammad Nuh, JK itu mobil balap, SBY itu bus kota, Mega itu mobil probadi.

    pilih the best from the worst lah … then, back to work again. The one whom Indonesia needs is us!

    Reply
  • Pingback:To Vote or Not To Vote

  • July 8, 2009 at 12:13 am
    Permalink

    Buat mas Eko, saya bilang muslim karna saya menyarankan sebelum milih untuk sholat istikharah. kalo bukan muslim kan ndak enak juga saya kasih usul hehe!

    Reply
  • July 8, 2009 at 10:59 am
    Permalink

    Ah..I love you, Mon :D

    I love you more Mbak… :P

    Reply
  • July 9, 2009 at 3:39 pm
    Permalink

    Saya pinginnya milih JK-Boediono, tapi ga bisa, jadi ya milih salah satunya aja. :P

    BTW pemilu kalo nyocok-nyocokin gitu asik kali ya :))

    Reply
  • July 12, 2009 at 12:27 pm
    Permalink

    Surat suara ada ditangan saya nih. Dikirim pak pos yang dimana kebetulan saya berada di Malaysia. Saya simpan saja ah.

    Memang diantara 3 pasangan ini nampaknya masih SBY yang terbaik. Walo saya bukan pendukung SBY apalagi demokratnya.

    Yang penting semoga SBY dan demokrat tidak lupa diri. Dan di 2014 kita bisa mendapatkan pemerintahan yg lebih sempurna.

    SAMBUNGKAN bung!!

    Reply
  • July 13, 2009 at 2:16 pm
    Permalink

    mas, kalo yang bikin tanah hutan lindung jadi dijual itu siapa ya mas?

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.