Ada sebuah tulisan menarik di blog ini.

Setahu saya, semua media massa cenderung leaning. Kompas leaning. Republika leaning. Koran Tempo leaning. Detik leaning. Walaupun begitu, kritik di blog itu pasti akan bermanfaat bagi Kompas dan mereka harus menerimanya dengan lapang dada. Andai saja ada yang mau mengkritik media massa yang lain. Bagaimanapun juga, lebih mudah mengkritik Kompas, karena kita tidak akan dicap tak ber-Tuhan.

Satu hal, seandainya Kompas memang tidak berimbang, maka tidak berarti apa yang ditulis Kompas salah.

Gaya Kompas Mengobarkan Permusuhan
Tagged on:

52 thoughts on “Gaya Kompas Mengobarkan Permusuhan

  • October 7, 2008 at 11:50 am
    Permalink

    emmm… kata-katamu bijaksana juga mon?

    *berpikir apakah cerpenista pernah di kritik oleh sebuah blog?

    Reply
  • October 7, 2008 at 12:26 pm
    Permalink

    di dalam kitab suci sekalipun ada bagian-bagian yang bisa kita pakai untuk menjustify apa yang kita pikirkan dan yang kita ingin amini.

    Reply
  • October 7, 2008 at 12:40 pm
    Permalink

    seandainya memang tidak berimbang, bukan berarti yg ditulis itu salah

    kita serahkan pada pengadilan akhirat saja lah…

    Reply
  • October 7, 2008 at 1:33 pm
    Permalink

    gk tau Kompas, taunya cuma koran merapi

    Reply
  • October 7, 2008 at 2:21 pm
    Permalink

    Mas, saya setuju quote terakhirmu :)
    Semakin kentara ya ke arah mana bola bergulir..

    Serem :)

    Reply
  • October 7, 2008 at 2:23 pm
    Permalink

    lucu kalo ada yang bilang “media gw yang paling Netral” , asli lucu banget.
    simpel aja, kalo anda suka demokrasi, kompas dan media indonesia-lah jawabannya.
    kalo anda suka FPI dkk, bacalah media provokatif seperti sabili, eramuslim dkk.
    simpel aja sih hehe :D

    Reply
  • October 7, 2008 at 2:33 pm
    Permalink

    kalo aku perhatiin 2bulanan ini, sepertinya misi para kaum konservatif yang antidemokrasi memang ingin menghancurkan media2 yang bersebrangan dengan mereka, tentunya dengan ciri khas mereka, yaitu sangat SUBJEKTIF ! :D

    Reply
  • October 7, 2008 at 8:51 pm
    Permalink

    kok kayaknya mereka itu lebih suka memperdebatkan masalah seperti itu ya ketimbang mendiskusikan bagaimana memberdayakana ekonomi muslim, gimana rakyat indonesia yang sebagian besar muslim bisa terangkat derajatnya dan gak miskin lagi.

    Reply
  • October 7, 2008 at 9:01 pm
    Permalink

    Apakah orang yg “ber-Tuhan” sudah pasti lebih baik dr yg “tak ber-Tuhan”?

    Lalu jika pilihannya di antara jujur dan di “cap tak ber-Tuhan” dibanding munafik dan di cap “ber-Tuhan”

    Apakah cap itu yg akan menentukan nasib kita di mata Tuhan? …. *or maybe it’s rhetorical*

    Reply
  • October 7, 2008 at 10:57 pm
    Permalink

    nah, kalau begitu aku profil yg tak kau senangi kali ya Mon?

    beberapa kali ada lho berita di kompas yg .. mengarahkan. Misal (serius nih, tp, hehe, subjektif jg kali). Kompas pernah memberitakan bahwa india melarang impor 2 hewan : sapi dan babi. yg pertama karena sapi hewan suci di hindu, yg kedua karena babi hewan yg diharamkan islam. hehe (mana letak mengarahkannya ya?)

    terus, waktu ini pernah kompas menekankan bahwa MUI baru saja menetapkan hukum bahwa kodok haram. dah gt aja. kesan sekali deh di hatiku

    terus, waktu peristiwa WTC, kompas jg menutup aspirasi islam.

    banyak deh. oowh ya, mungkin momon kudu di bagian yang humanis ya? kalau begitu kompas oke lah.

    :)

    Reply
  • October 8, 2008 at 1:07 am
    Permalink

    Setuju banget dengan:

    Satu hal, seandainya Kompas memang tidak berimbang, maka tidak berarti apa yang ditulis Kompas salah.

    Keren deh…

    Reply
  • October 8, 2008 at 3:32 am
    Permalink

    Bagaimanapun koran ditulis oleh manusia yang punya hati, jadi gak mungkin objektif 100%.. Kalo Kompas leaning ke satu arah, mestinya ada koran lain yang leaning ke arah berlawanan.. Asalkan koran tidak menipu (kalopun menipu, bisa dituntut), menurutku koran tersebut sudah melakukan pekerjaannya.. Tinggal pembacanya membedakan mana arah yang dia setujui.. Lagian di jaman internet ini, sumber berita mudah didapatkan dari banyak tempat..

    Reply
  • October 8, 2008 at 8:33 am
    Permalink

    kalo ditanggapi positip hasilnya positip, kalo negatip ya hasilnya negatip…

    Reply
  • October 8, 2008 at 3:42 pm
    Permalink

    Bener gak sih Kompas itu artinya Komando Pastur?
    Klo punya duit, saya mo bikin koran Kiblat ahhhh, sama2 menunjukkan arah, hehe

    Reply
  • October 8, 2008 at 9:32 pm
    Permalink

    Setahu saya, semua media massa cenderung leaning. Kompas leaning. Republika leaning. Koran Tempo leaning. Detik leaning.

    Memang bener kalo imparsialitas jurnalisme di dunia nyata itu hanya ilusi (meski tetap harus diusahakan), tapi menurut saya teriakan “gaya Kompas mengobarkan permusuhan!!!1one” itu reaksi yang berlebihan (gajah di pelupuk mata dst.)… ada banyak media lain dari agama dia sendiri yang ‘condongnya’ lebih kentara dan kebangetan mengobarkan permusuhannya. Ini yang bikin saya jauh lebih gregetan. Setidaknya Kompas (kalau memang benar seperti itu) menyajikannya dengan lebih penuh kelas dan sopan santun… :P

    Satu hal, seandainya Kompas memang tidak berimbang, maka tidak berarti apa yang ditulis Kompas salah.

    Tidakkah menulis sesuatu yang tidak berimbang akan mendistorsi persepsi pembaca akan kebenaran suatu peristiwa, karena yang ditulis -meski mungkin betul- bukan the full truth that’s been verified from both sides?

    Reply
  • October 8, 2008 at 9:53 pm
    Permalink

    mungkin saya setuju aja dengan cap tak ber Tuhan itu ..

    Reply
  • October 9, 2008 at 12:28 am
    Permalink

    saya orang awam yang bingung. terlalu banyak media yang tendensius, terlalu bingung memilah, ujung2nya membuang waktu percuma. terkadang ketidaktahuan lebih membawa nikmat. mungkin lebih baik saya menutup diri pada media dan dunia untuk sementara. all news are bad news.

    God, how often i wish i was born 1435 years ago in Your holy land, in a place where there’s no media like now, where I can hear your message right through Your last messenger.

    Reply
  • October 10, 2008 at 4:47 am
    Permalink

    hmmm. artikel yang bagus… tapi lebih bagus lagi kalo dijelaskan keberpihakan Kompas kepada siapa atau apa gitu… he he he

    Reply
  • October 10, 2008 at 9:07 pm
    Permalink

    Mmm, pemikiran yang menarik, ys semua koran itu tendensius menurut ku sih?> yang ini juga tendensius “lha wong menurutku”

    dulu waktu sma, di sekolah isinya beritanya republika, terus sabili, eramuslim, dll.
    mereka nulisnya provokatif dan fulgar. toh ga diprotes> “coba ada yang protes, bisa bisa …….”
    hehe….

    Reply
  • October 10, 2008 at 11:25 pm
    Permalink

    Haiyaaaa… Daripada puyeng ndebatin “Komando Pastur” vs “Republik Agama” dkk mending juga menyelamatkan what’s left of my savings after IDR and USD drop

    Eh tapi jadi kepikiran: kalo emang segitu punya waktunya buat ngata2in/berpikir kritis (pilih salah satu) ttg Kompas, kenapa nggak sekalian menggalang massa untuk boikot dan nggembosi oplag Kompas tho?

    (oh how I need Gus Dur and his “Gitu aja kok repot” these days)

    Reply
  • October 10, 2008 at 11:33 pm
    Permalink

    NAMANYA JUGA KOMPAS BUNG!!!
    KALAU GAK KE UTARA YA KE SELATAN!
    GAK PERNAH KE TIMUR, TENGGARA, BARAT, BARAT LAUT, SELATAN, BARAT DAYA. (ITU NYANYI)

    Reply
  • October 11, 2008 at 11:33 am
    Permalink

    Mon, dosenku pernah bilang kalau KOMPAS tidak pernah memuat artikel yang setuju dengan research stem cell. Tapi kupikir kita emang perlu bijaksana aja memilih dan memilah. Sementara waktu orang indonesia tumbuh menjadi bijaksana memilih dan memilah, kita nikmati saja perseteruan macam ini…. salam!

    nb: saya orang Katolik

    Reply
  • October 12, 2008 at 12:05 am
    Permalink

    Ada api yang patut kita khawatirkan, tapi tak semua api harus kita padamkan.

    There are simply too many things do not worth our precious time, Mon. Let’s move on and push something fun.

    Reply
  • October 12, 2008 at 12:25 am
    Permalink

    ada apa dengan kompas???? swear saia ga ngerti kasusnya…..

    Reply
  • October 12, 2008 at 8:46 am
    Permalink

    Setiap media pasti ada biasnya. Kita tinggal pilih saja mana yang sesuai dengan selera kita.

    Tapi yang berbahaya adalah jika media massa mulai melakukan pengecohan karena bias / interest nya.
    Misalnya, ada sebuah koran yang karena kepentingan bisnisnya bentrok dengan kebijakan menteri (yang bertujuan memakmurkan rakyat) — maka menteri tadi difitnah di medianya.
    Sampai sekarang kepentingan bisnis mereka jadinya masih tetap aman.

    Lalu, ada juga media yang bias nya sudah terjerumus ke level yang ekstrim. Contohnya seperti Kompas, Sabili, dll.

    Malah ada juga yang mulai menyuarakan hate speech :(

    Sebetulnya Kompas juga tidak semuanya buruk. Saya yakin pasti masih ada jurnalis baik yang berada di Kompas. Hanya saja sejak insiden terakhir dengan manajemennya, mungkin jumlahnya sudah semakin berkurang lagi.

    Anyway, saat ini saya jelas tidak peduli dengan media ekstrim & pengecoh. Yang model begini silahkan ke laut saja lah.

    Reply
  • October 12, 2008 at 12:18 pm
    Permalink

    Bagaimanapun, Kompas tetap masih memegang pangsa pasar terbesar di Indonesia. Biarkan masyarakat yg menilai.

    Reply
  • October 16, 2008 at 12:43 pm
    Permalink

    ampun deeh…
    udah pada lupa apa ya kata eyang voltaire..
    “I disagree with what you say, but I defend to the death your right to say it”

    capee gueee ama nih republik…
    ayang punya blog yg mas momon link itu, cuma another orang sotoy. proof? baca aja blognya ttg menara doa titah Yesus.
    i’m a Christian, i feel offended. tapi what can i do?
    kan di indonesia emang gini.
    heran…. ga bisa beda pendapat bgt aya org2 kita.a kapan mau maju…

    mendingan bahas gimana cara nyeret anak2 pak harto ke peradilan, daripada ngeribetin kompas yang tirasnya paling gede se negara ini.

    cheers.

    Reply
  • October 17, 2008 at 12:19 pm
    Permalink

    well quoted, leia.

    yang satu itu juga favorit saya dari si eyang.

    Reply
  • October 17, 2008 at 11:59 pm
    Permalink

    @leia
    “And the other is my sister.Yes Leia, you are my sister”

    (Luke Skywalker)

    ga bs komen jg. in masalah perbedaan kutub yg memang ada, dan ga bs ditutup2i.

    disederhakan boleh, tap ya cuma itu,sederhana

    tetep aja ada.

    mo gimana lagi?

    Reply
  • October 18, 2008 at 8:47 pm
    Permalink

    thx bonar, but eko i’m not luke’s sister LOL.
    polemik. tiada akhir. orang2 berpikiran sempit harus broaden their mind, this world is enggak selebar daun kelor. hidup bertetangga kudu tenggang rasa. or if you dont want to, bikn negara sendiri ajaa.. ato lebih gampang,
    bikin koran sendiri..
    *mas momoon maaf sy numpang berapi2 disini*

    Reply
  • October 19, 2008 at 8:42 pm
    Permalink

    Satu hal, seandainya Kompas memang berimbang, maka tidak berarti apa yang ditulis Kompas benar.

    Reply
  • October 28, 2008 at 5:29 am
    Permalink

    pendapat yang bagus,
    simple tapi mengena,
    semoga orang2 yang belum sadar bisa mencontoh mas momon ini

    Reply
  • October 30, 2008 at 10:57 am
    Permalink

    @leia
    bgmn kalau dipandang sebaliknya, yaitu bs ndak kita tetep bertetangga,tp tetep sadar ada kutub?

    ya, mari bertetangga
    * eeeh, dah dari dulu juga :))

    Reply
  • November 1, 2008 at 10:19 pm
    Permalink

    Salah besar kalau anda bilang KOMPAS adalah Media cetak terbesar di Indonesia…

    Media terbesar Indonesia versi cetak adalah JAWA POS GROUP…. Kompas mah ke laut ajaaa …

    Sekarang aku ngerti kenapa JAWA POS GROUP gak pernah mau fokus ke berita2 bernuansa POLitik dan SARA (cuman fokus yang SURFACE nya saja). Bagi saya, saya lebih suka membaca gaya penulisan JAWA POS GROUP lebih nasionalis dari KOMPAS ataupun REPUBLIKA, apalagi SWARAMUSLIM, SABILI dan sebagainya itu.

    Cuman memang kita semua gatal sih, yaa kalau gak ngomongin POlitik/SARA emang gak siiiippp … Duhh.

    KOMPAS itu memang KOMPOR kalau baca berita politiknya …. Apalagi masuk ke bagian HUMANIORA-SOSIALIS nya … Rada2 miring dibuatnya.

    NB : Saya adalah orang yang setuju dengan Isi BLOG itu atas keberpihakan KOMPAS. ketika keberpihakan itu terlalu melampau, saya percaya hal yang ditulis kompas sebagai SALAH. Saya juga gak percaya dengan Mimpi Indah Pluralisme. Cape’ sih ngomonginnya, kebanyakan berantem …. Bagus gak usah cape2 ngomongin PLuralisme.

    Salam.

    Reply
  • November 4, 2008 at 12:15 pm
    Permalink

    di negara ini kita hidup dan bekerja
    di negara ini kita makan dan berbahagia
    di tanah yang indah ini bersemilh cintamu yang abadi
    di negara busuk ini kita tersenyum pedih…

    kita mebicarakan kenyataan dalam dunia yang tak kumengerti
    kita membicarakan kepasrahan dalam spektrum yang hitam dan putih
    kita merasa benar-benar pintar memasyarakatkan kebodohan ini
    kita membicarakan kenyataan dalam dunia fantasi!!!

    aku tak butuh pegertianmu aku bukan bagian dari sejarah yang kau tuls kau ciptakan untuk anak dan cucumu’
    aku tak butuh penjelasanmu aku bukan bagian dari kebahagiaan yang membuat kita tak berpeghasilan

    nasionalisme,, menuntut bangsa kami menuju kehancuran
    nasionalisme,, untuk negara ini adalah pertanyaan?!

    ===koil : kenyataan dalam dunia fantasi===

    dengerin lagu koil,, mungkin itu bisa membri inspirasi bagi anda semua saudaraku!!

    Reply
  • November 6, 2008 at 10:57 am
    Permalink

    apa jadinya kalau urusan agama dijadikan menjadi urusan perut!!!!!

    Reply
  • November 8, 2008 at 11:28 am
    Permalink

    hmmm….ternyata oh ternyata…

    likes and dislikes. sulit kl udah begini.
    when your heart isnt open, then u’re frozen.

    mamasku katepenya katolik dan kenal baik dg orang2 kompas. issue itu (kompas = komando pastur) bener2 hoaks.
    aku bisa bilang krn aku udah meng-experience.

    Reply
  • November 10, 2008 at 3:23 pm
    Permalink

    sebenernya kan masalah perbedaan tak hanya terjadi di negara kita saja.
    Tuhan menciptakan kita berbeda agar kita saling mengerti & berfikir. ini lah namanya hidup.
    aku pikir hal semacam ini akan tetap ada sampai kapanpun. karena perbedaan itu ada dari dulu sekarang hingga nanti.

    Reply
  • Pingback:Websites tagged "kritik" on Postsaver

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.