coffin
Kebanyakan orang meninggal dengan cara biasa. Di kasur atau di rumah sakit. Serangan jantung juga termasuk cara yang lumrah. Sampai saat ini, penyakit jantung masih pembunuh nomer satu sedunia, disusul oleh stroke.

Ini berbeda jika seandainya meninggal karena kanker setelah berbulan-bulan dikemoterapi. Atau tewas terlindas mobil. Atau kecelakaan pesawat terbang. Cara begini shock valuenya lebih garang.

Tentu tidak semua orang berpulang dengan cara tragis atau cara umum. Heath Ledger justru meninggal dengan cara yang konyol. Hasil otopsi menunjukan bahwa aktor pemeran Joker ini meninggal karena mencampur-campur obat resep.

Hari Sabtu ini, aktor lama Sophan Sophian meninggal karena lubang di jalan, kata Okezone. Diantara banyaknya penyebab kematian, Alm. Sophian harus pergi karena hal seremeh lubang di jalan.

Demikian juga dengan Benazir Bhutto yang meninggal bulan Desember 2007. Hasil forensik Scotland Yard menunjukan bahwa tokoh sekaliber ini tewas karena kejedhug atap mobil.

Perlukah Kita Mati Dengan Keren
Tagged on:

32 thoughts on “Perlukah Kita Mati Dengan Keren

  • May 17, 2008 at 9:14 pm
    Permalink

    tentu saja perlu walau keren atau tidak, toh tidak akan mengubah keadaan. misalnya hidup lagi kalo matinya kurang keren.

    Reply
  • May 17, 2008 at 9:26 pm
    Permalink

    tidak perlu sepertinya…
    cukup hidup dengan keren mungkin ya? :P

    tapi kalau waktunya tiba… toh kita tidak bisa milih kan? :)

    Reply
  • May 17, 2008 at 9:48 pm
    Permalink

    Kang, menurut gw Pak Sophan meninggalnya keren, karena sedang beribadah untuk bangsa Indonesia..

    Reply
  • May 17, 2008 at 10:12 pm
    Permalink

    kita tak akan pernah bagaimana kematian menjemput kita… *kecuali bunuh diri yak*

    Reply
  • May 17, 2008 at 10:54 pm
    Permalink

    Pengin mati yang biasa-biasa aja ah. Sukur-sukur tidak ngerasa sakit. Dan tidak merepotkan orang-orang yang ditinggal mati

    Reply
  • May 18, 2008 at 2:07 am
    Permalink

    Nggak perlu, Mon. Keren atau enggak, toh ga ada perlunya buat kita yang udah gama over, udah selesai, tamat…bla..bla…bla

    Reply
    • January 17, 2015 at 5:59 pm
      Permalink

      Home run! Great slgnuigg with that answer!

      Reply
  • May 18, 2008 at 6:54 am
    Permalink

    ihh, mas Herman, kemana rasa empatynya???… duh, mo matinya keren, mo matinya enggak keren… yang penting bagaimana beliau semasa hidupnya…

    Sophan Sophian sepanjang pengetahuan saya, sungguh2 orang yang KEREN… dalam segala hal. Kharismanya ketika dia mengundurkan diri dari DPR ktika dia tidak lagi sepakat dengan putusan2 MPR/DPR membuat saya kagum dan rasanya pengen Tosh2-a sama beliau. Belum lagi kesetiaannya sama keluarganya, tidak seperti kehidupan artis/pejabat2 lain yg sungguh sangat tidak padtut ditiru.

    Alm juga org yg idealis sekali loh.

    Pokoknya menurut saya, justru semasa hidup beliaulah yg membatnya keren… layak untuk mendapatkan Peti Jenasah TERBAIK didunia…

    Good man die young, katanya…

    ah, mas Herman, dikau… kenapa oh kenapa???… sedih aku… Ndak jadi mengidolakan mas deh… :(

    **pulang sambil nangis terisak**

    Reply
  • May 18, 2008 at 11:35 am
    Permalink

    catatan saya mon, kalo yang mati orang ngetop, baru deh tuh jalan rusak diperhatiin (masih harapan sih, lom tentu beruntung). kalo tukang ojek yang mati karena jalan berlubang, ga ada apa2nya. udah matinya ga keren, ga diperhatiin pula. nasib jadi orang ga keren

    @mba silly…anda patut kecewa pada momon. memang tidak sekeren yang diprofilkan mas kw…hihihi

    Reply
  • May 18, 2008 at 12:56 pm
    Permalink

    Tetangga saya dulu ada yg mati dengan sebab yang sama, motornya njegluk masuk ke lobang di jalan dan terlempar bersama.

    Bedanya waktu itu tetangga saya bukan sedang beribadah (jika pawai foya-foya –menggunakan motor yang cuma layak jalan di jalan sehingga tidak mengganggu perasaan banyak manusia– bisa disebut beribadah) melainkan free riding tanpa helm di dalam pelukan arak lokal.

    Reply
  • May 18, 2008 at 4:40 pm
    Permalink

    Mati dengan keren….

    *cengir*

    Diniatkan sih bisa… tapi kalo tiba-tiba matinya cuma karena nginjak tai kebo yang ada paku karatan? *lol*

    Aih… Aih… idup sih dijalani saja. Mau mati gimana – kaya kata mbak Silly – yang penting gimana waktu idupnya di dunia :D

    Reply
  • May 18, 2008 at 7:36 pm
    Permalink

    tentu, mati harus keren… i mean if was going to have my last act in this so f*ckin’ deppressin’ world..

    kalo bisa seluruh dunia jadi inget kematian saya… dan kalo semasa hidup saya sudah melakukan sesuatu sehingga menjadi anchor + pas mati juga jadi anchor kan super duper keren tuh?

    btw mon, kamu pengen mati kayak gimana?

    (*inget saya kan kita ketemu waktu di blogger event sumthin itu kemaren, saya spousenya bananatalk :P )

    Reply
  • May 18, 2008 at 8:38 pm
    Permalink

    Jawabannya, terserah si Bos deh…

    Reply
  • May 18, 2008 at 8:47 pm
    Permalink

    Yahya:
    btw mon, kamu pengen mati kayak gimana?

    Saya pengen mati di rumah :D

    Btw, kalau besok saya mati tulisan ini jangan dikira firasat ya.

    Reply
  • May 19, 2008 at 7:51 am
    Permalink

    Menurut saya, apakah perlu mati dengan keren, bagaimana caranya, dan sebagainya nggak perlu difikirkan dan diperdebatkan. Lebih baik memikirkan bagaimana caranya hidup dengan keren.

    Reply
  • May 19, 2008 at 8:40 am
    Permalink

    serasa nonton ‘six feet under’ hehehe …

    Reply
  • May 19, 2008 at 12:04 pm
    Permalink

    Owww tentu saja saya minta mati dengan keren..biar dekang terus oleh CA :)

    Reply
  • May 19, 2008 at 1:04 pm
    Permalink

    kenapa ‘keren’ itu penting sekali?

    Reply
  • May 19, 2008 at 2:19 pm
    Permalink

    lobang di jalanan emang bahaya tuh, terutama buat pejalan kaki yg lagi nyebrang.

    Reply
  • May 19, 2008 at 3:42 pm
    Permalink

    Hidup Keren aja (Walaupun muka ngak keren). Entar matinya bakal keren dengan sendirinya. :)

    Reply
  • May 19, 2008 at 9:04 pm
    Permalink

    hehehe…lucu juga…jadi inget omongan seorang jenderal waktu kawannya meninggal dunia, eh nanti gw kalo mati bakal pake upacara lo…temennya jawab, emang elu tau?
    …asal jangan mati di keren-jeng sempeh aja…salam kenal mon…

    Reply
  • May 20, 2008 at 2:17 am
    Permalink

    …tokoh sekaliber ini tewas karena…

    Sekaliber apa, mas? :D

    Reply
  • May 20, 2008 at 9:58 am
    Permalink

    memang usia tak berbau…

    Reply
  • May 21, 2008 at 2:16 pm
    Permalink

    Yo’i perlu banget itu Mas..

    Mati tertembak peluru emas..
    Dibungkus kafan bertahta intan..
    Dan dikubur dalam gundukan berlian..

    Sip tho?

    Reply
  • May 21, 2008 at 7:52 pm
    Permalink

    Haduh mas Herman… Silly jadi gak enak, saya bercanda kok mas… (mesti tika nich yg bocorin… tika ndak sampein toh mas kalo saya minta maaf sama ams?..):D

    Lain kali kalo saya comment, gak usah ditanggapi serius… hehehehe…

    Makasih yach, maafnya, walaupun sayalah yg harus minta maaf.

    silly

    Reply
  • May 24, 2008 at 8:48 pm
    Permalink

    @ Silly-stupid:
    Mas Herman tidak sedang membahas apa jasa Sophan Sophian disini. Hanya membahas ttg kematian. Jadi kenapa harus repot menceritakan kisah Sophan Sophian?

    Btw, Ali Sadikin meninggal pada usia 81 tahun. Apa yang pernah beliau sumbangkan untuk negara ini? Lebih dari Sophan Sophian. He was a good man! So, good man die young”? Ah Pernyataan itu konyol. Sorry for being honest.

    Saya heran, kenapa post yang jelas-jelas untuk becanda seperti ini ditanggapi dengan sangat serius, seperti tidak tahu bahwa kita ini sedang becanda, bung! Apakah tidak bisa dibedakan? Saya dan Mas Herman sampai heran menanggapi komen-komen ini. Hehe.

    Reply
  • Pingback:15 cara mati yang paling mungkin « his randomness

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.