Dalam lomba debat, peserta yang melontarkan argumen menyerang pribadi lawannya akan langsung mendapat Kartu Ad Hominem. Mirip seperti pebola yang mendapat kartu merah: untuk selanjutnya dia tidak diperkenankan meneruskan debat dan dinyatakan kalah.

Kenapa begitu? Sebab, ad hominem adalah salah satu bentuk logical fallacy. Dan logical fallacy itu salah besar, karena bisa menjebak perdebatan konstruktif menjadi debat kusir penuh retorika. Dan yang paling penting, logical fallacy menghasilkan kesimpulan yang sesat karena tidak disusun dengan logika yang benar.

Logical fallacy jenis ad hominem—alias serangan pribadi— adalah argumen yang menyerang pribadi lawan debat, bukan argumennya. Parahnya, walaupun serangan pribadi itu salah, dia sukar dipatahkan. Parahnya lagi, ad hominem dapat dilontarkan sangat frontal, dan dapat juga dikemas sangat halus hingga tidak ada yang menyadarinya.

Contoh ad hominem yang lazim:

Si A
FPI merazia hotel2 untuk memberantas perbuatan zinah!
Si B
FPI lagi? Dasar orang-orang munafik.

Salahnya cukup kentara kan? Argumen kedua mengolongkan FPI ke golongan munafik, sehingga perbuatan mereka jadi ‘nampak’ salah. Padahal, terlepas seseorang itu munafik atau tidak, jika yang dia lakukan benar, maka dia benar. Lagipula kita kan meributkan sah tidaknya ormas merazia hotel dengan alasan moral, bukan FPI munafik atau tidak

Contoh lain adalah ketika Megawati mengkritik pemerintahan SBY yang seperti menari poco-poco. Menganggapi komentar itu, juru bicara kepresidenan Andi Malaranggeng menjawab:

“Itu bukan tari poco-poco … tapi saya senang juga dengan pengandaian Ibu Mega karena poco-poco tarian asli dari Sulawesi”

Ini jawaban yang bener-bener bikin saya geli. Bukan karena tidak suka Mega, tapi karena tangkisan Andi yang begitu maut tanpa terlihat galak. Bagi saya ini sudah termasuk ad hominem, karena secara tidak langsung Andi merendahkan keseriusan kritik Megawati, sehingga Mega nampak konyol dan argumennya tidak sahih. Padahal, bisa jadi kan SBY dan tim-nya memang poco-poco?

Ada banyak contoh ad hominem, tapi komen-komen di blog saya kayaknya juga ada beberapa, termasuk juga *mungkin* di postingan-postingannya blog ini. Semoga tidak. Amin.

Satu hal yang pasti, bangsa ini baru akan maju jika sudah terbiasa berdiskusi secara konstruktif, termasuk juga bebas dalam kesalahan berargumentasi.

Sampai ketemu di postingan lain soal logical fallacy, ya Bu?

Kartu Ad Hominem
Tagged on:

26 thoughts on “Kartu Ad Hominem

  • March 5, 2008 at 5:36 am
    Permalink

    :) bismillah
    * soalnya yg pertama kali comment

    Mungkin masalah ad-homimem adalah masalah tak bisa menerima kenyataan, sehingga akhirnya subyeknya yg dicari2 kesalahannya. Kalau saya Bu Mega (gleks), dan saya melihat kondisi Negara di bawah Pak SBY, mungkin saya tak bisa mengomentari dengan bijak jalan pemerintahannya.

    Juga sifat merendahkan orang lain, termasuk bagian dari kecacatan pribadi. Pun itu juga pertanda tidak bs memandang tinggi orang lain.

    Reply
  • March 5, 2008 at 8:13 am
    Permalink

    don’t shoot the messenger, just shoot the message. ah, moga2 ga kena ad-hominem. :D

    Reply
  • March 5, 2008 at 8:49 am
    Permalink

    mon, kamu ga usah menggurui logical fallacy..
    ada postingan kamu yang adhominem juga yang gue tahu,…

    *komentar ini contoh adhominem kan Mon?

    Reply
  • March 5, 2008 at 9:18 am
    Permalink

    terimakasih kuliah singkatnya mon, saya jadi faham soal adhominem dan tetek bengeknya.

    saya nggak nyangka seorang sarjana teknik elektro kayak kamu bisa ngomong ginian.

    :ngakak:

    Reply
  • March 5, 2008 at 11:18 am
    Permalink

    Kemana Aja Lu Mon!
    *termasuk contoh bukan*

    Reply
  • March 5, 2008 at 1:42 pm
    Permalink

    Kalau ini Ad hominem nggak ?

    Anto : Saya ke Jakarta sampai Senin
    Sarah: Saya ke Jogja sampai Senin
    Tika : Sookooooorrrrrr

    Reply
  • March 5, 2008 at 2:06 pm
    Permalink

    ah, macam yang tau saja soal ad hominem si momon ini…

    :p

    Reply
  • March 5, 2008 at 3:20 pm
    Permalink

    ini pasti postingan iseng.. secara momon yang nulis. dia kan orang paling iseng

    Reply
  • March 5, 2008 at 4:07 pm
    Permalink

    Ad-hominem saudaraan sama adsense ya?

    Ad-hominem = Ad-sensi

    *kabur*

    Reply
  • March 6, 2008 at 7:21 am
    Permalink

    Misalnya si A plintat plintut dan gak konsisten argumennya dalam debat.

    Trus gue bilang, “Halaahh.. Lo kalo ngomong aja plintat plintut! tadi ngomong C, sekarang ngomong D. Sekolah dulu sana. Ntar 10 tahun kedepan baru kita debat lagi.”

    Itu Ad Hominem bukan..? :P

    Reply
  • March 6, 2008 at 9:43 am
    Permalink

    Itu tergantung kita melihatnya gimana. Yang salah adalah:

    A mengeluarkan pernyataan P
    A juga mengeluarkan pernyataan yang tidak konsisten dengan P.
    Maka, P salah.

    Itu adalah yang salah. Yang benar:

    A mengeluarkan pernyataan P.
    A juga mengeluarkan pernyataan yang tidak konsisten dengan P.
    Maka, A adalah sumber informasi yang tidak konsisten.
    Sumber informasi yang tidak konsisten tidak dapat dipercaya.
    Maka, A adalah sumber informasi yang tidak dipercaya.

    Begitu katanya

    Reply
  • March 6, 2008 at 2:32 pm
    Permalink

    wah, Mon, apa loe gak takut nulis2 ttg pejabat2 penting? <<< argumentum ad baculum (salah satu bentuk logical fallacy)...hehehehe di blog saya, ada 21 model, ad hominem itu model no #1. Argumentum ad baculum no #6.

    Reply
  • March 6, 2008 at 7:49 pm
    Permalink

    ‘Masuk aja ke kulkas, biar ngga basi’
    Kategori ad homimem, ga? :D

    Reply
  • March 7, 2008 at 4:04 pm
    Permalink

    jika a maka b
    jika b maka c
    maka a dan c selalu terkait dg b
    *halah…opo meneh iki?*

    Reply
  • March 9, 2008 at 7:40 pm
    Permalink

    saya suka membahas soalan ini, meski sampai sekarang masih agak paham tentang “sesat pikir” ini dalam tulisan /kalimat.

    Reply
  • March 9, 2008 at 7:41 pm
    Permalink

    *nambah. kamu keren mbahas ini. di tunggu selanjutnya ya haha

    Reply
  • March 17, 2008 at 1:26 pm
    Permalink

    Cool ..

    ad hominem mudah terjadi ketika di dalam pikiran ada usaha untuk menang. Padahal, jika ingin menemukan solusi, maka bersama2 saling membahas substansi masalah bukan menginginkan pendapatnya diterima yang lain.

    Bukan begitu bos??? *halah* ad hominem dah.

    Reply
  • May 3, 2008 at 11:28 am
    Permalink

    Dulu sekali pernah ingin menyanggah pendapat Mas Herman di entry ini, tapi connection error.. hehehe.. Baru ingat lagi setelah melihat tautan dari aRdho ;)

    Hmm.. setahu saya, logical fallacy adalah “pengambilan kesimpulan berdasarkan logika perangkaian informasi yang salah”. Sementara argumentum ad hominem adalah “argumen yang menyerang pribadi (bukan pendapat) lawan”.

    Nah.. argumentum ad hominem TIDAK SELALU merupakan hasil perangkaian logika yang salah. Bisa jadi itu merupakan hasil perangkaian logika yang benar. Jadi.. antara logical fallacy dan argumentum ad hominem tidak selalu berhubungan, apalagi dikatakan bahwa “argumentum ad hominem” adalah salah satu jenis dari “logical fallacy”.

    Reply
  • May 3, 2008 at 6:28 pm
    Permalink

    Argumen yang menyerang pribadi guna mematahkan argumen lain itu kan termasuk logical fallacy juga :)

    Salam kenal mas :)

    Reply
  • December 6, 2013 at 7:16 am
    Permalink

    Have you ever considered creating an e-book or guest authoring on other websites?
    I have a blog based on the same topics you discuss aand would
    really ljke to have you share soke stories/information.

    I know my visitors would appreciate your work.
    If you’re even remotely interested, feel free to shoot me an
    e mail.

    Reply

Leave a Reply to Effendi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.